# Catatan Kaki Seorang Soka #
Zirbad (Negeri bawah Angin), begitulah mereka menyebutnya. Sebuah Wilayah Misterius di kepulauan Berkabut , Yakni Negrinya Para Pengembara. Disinilah titik Awal dan Akhirnya Peradaban mereka, dimana belum ada seorang asing pun yang mengetahui, melihat dan berlabuh di dalamnya kecuali Para Isteri dan Anak yang mereka peroleh sekembalinya dari Petualangan panjang.
Siklus Pengembaraan telah membawa Zirbad pada kemajuan yang pesat khususnya dalam Ilmu Pengetahuan, karena para pengembara selalu kembali dengan berbagai ‘Buah tangan’ berupa Informasi yang berguna dalam membangun Peradaban Negri ini. saat ini, Zirbad mengalami kemajuan di bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri rumahan dan Keagamaan. Penduduk Negri ini Menganut Agama Islam sebagai satu – satunya Agama Resmi. Adapun Zirbad, dipimpin Oleh seorang Sultan, yang berasal dari keluarga Pertama yang menempati Wilayah ini dan keturunannya.
***
Pada Masa Keemasan Zirbad, Pernah Hidup seorang Ustadz yang sangat Alim, Hafizh Al – Qur’an, Lihai dalam Bidang Tafsir, Pandai dalam Ilmu Sejarah, cakap dalam bidang hadits, Guru Fikih, kebanggaan Zirbad, seorang Da’I, Penulis kitab – kitab berkualitas, Pengembara Ilmu, Motivator Ulung yang tidak tergantikan di masanya, ialah Abu Soka (ayahnya Soka) Muhammad bin Soleh. Ia hidup bersama keluarga kecilnya yang sederhana di lembah Kunang – kunang.
>> Dalam kegelapan Malam yang diterangi Kunang – kunang, di Ruangan Khusus Sang Ustadz
Ustadz: (Menulis Kitab)
Soka (Umur 10 Tahun): (Memperhatikan dengan penasaran) Ayah lagi Nulis apa lagi?
Ustadz: (Senyum Sembako) Biografi Para Ulama Nusantara, berikut Nasab dan Sanadnya…
Soka: (Terpesona Penuh kepolosan) Hebat! Hehe… (Teringat sesuatu) Eh, ayah, kata orang – orang ayah Hapal Al – Qur’an yak? Ayah Al Hafizh dong?
Ustadz: (Diam sejenak + Senyum) Ayah bukan seorang Al – Hafizh, Ayah cuma hamba Allah yang mencintai Al – Qur’an.
Soka: (Kecewa) Yaahhh, kirain ayah Hapal Al Qur'an Dan Al Hadits
Ustadz: (Senyum Simpul + mengusap kepala soka) Soka, Apalah Artinya gelar ‘Al-Hafidz’ di mata manusia? Sedangkan Pujian – pujian Manusia itu bisa mencemarkan hati dan menjerumuskan kita ke Neraka?
Soka: (Bingung) ???
Ibu: (Senyum Delima) bingungkan? Makanya, sekarang soka harus tidur karena sudah larut malam. masa anak - anak suka begadang? gak baik kan ya ayah? (melirik)
Soka: (Cemberut) kalo gitu soka gak mau kayak anak – anak, soka mau kayak Ayah! Pokoknya soka mau terus nemenin ayah menulis!
Ustadz: (Senyum+memberi kode izin) Baiklah, tapi Syaratnya soka gak boleh bertanya apapun sampai ayah selesai menulis, Sepakat?!
Soka: (Nyengir) Yak, Sepakat!! Hehe…
Begitulah, soka selalu menemani Sang ayah ketika menulis kitab, sepanjang Malam.
***
>> Suatu hari Menjelang Berbuka Puasa (Puasa Nabi Daud AS)
Soka: (Selesai Setor Hapalan Al – Qur’an)
Ustadz: (kecup Kening) Alhamdulillah, soka sudah sejauh ini, masih ada 17 Juz lagi yang harus dihapal yah?
Tiba – tiba…”TOK! TOK! TOK!” , terdengar suara Ketukan yang begitu keras. “Assalaamu ‘alaikum!!”
Ustadz: (bergegas membuka Pintu) Wa 'alaikum Salaam Warahmatullahi wabarakaatuh wa maghfiratuh wa ridhwaaanuhu!
Pengawal2 Sultan: (Langsung Meringkus Ustadz) Maaf Ustadz, kami mendapat Perintah untuk menangkap dan membawa Anda ke hadapan Sultan dalam keadaan Hidup!
Ustadz: (Senyum Tawakkal) Hm, Akhirnya, Masa Uji berkalaku telah tiba…
Ibu dan Soka: (Kaget+Histeris) Allahu Akbar!!! Apa – apaan ini! (mencoba meraih Paksa Ayah dari cengkeraman para pengawal namun tak kuasa) Kalian ini!!! bukankah kalian Muslim??? Suami saya bahkan belum berbuka Puasa!
Pengawal2 Sultan: (tegas) Maafkan kami, Anggap saja ini situasi darurat, kami harus segera membawa Ustadz ke Istana!
Ustadz: (Tenang + Senyum Sembako) semua akan baik – baik saja! Tenanglah, teguhlah, berpikir positiflah! karena di penghujung setiap malam ada pagi yang cerah, di balik setiap bukit ada taman yang indah, setelah perjalanan jauh ada sungai yang mengalir, dan di balik batu yang besar ada mata air yang sejuk, di bawah terik matahari ada tempat bernaung, dan setelah kelelahan ada tidur yang tenang yang lelap dan melapangkan (dikutip dari DR. ‘Aidh Al - Qarni)
Ibu+Soka: (berlinang air mata) Ayah....
Ustadz: (Senyum Tulus) InsyaAllah ayah akan baik – baik saja, (matanya berkaca - kaca) Ayah titipkan kalian kepada Yang Maha Melindungi!
Ibu+Soka: (Berlinang Air mata + Pasrah) tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah…(terduduk roboh)
Secara umum Ustadz memang tidak sepaham dengan berbagai kebijakan yang diatur oleh kesultanan Zirbad, tampak dari Nasihat - nasihatnya kepada Para pejabat dan Sultan. Akan tetapi Hal itu tidak membuktikannya sebagai pemberontak. Namun, para pendengki memanfaatkan situasi tersebut dengan menyebarkan isu bohong yang disandarkan kepada Ustadz tentang Rencana Pemberontakan Ustadz dan Para Jamaahnya. Maka, Orang – orang mulai mencemooh dan meremehkannya, merusak rumahnya dan memporak – porandakan keluarganya. Lalu Al – Ustadz dikurung di Penjara Bawah tanah dalam sebuah ruangan yang sempit selama lima Tahun tanpa ada seorang pun yang boleh diizinkan menemuinya.
***
>> 5 Tahun Kemudian, di Penjara Bawah Tanah, terselip pembicaraan menarik...
Penjaga 1: Bocah itu semakin terkenal, bahkan ia menjadi seorang penceramah yang laris di pasar – pasar dan sangat dihormati, sebab selain isi ceramahnya yang bagus, ia selalu membumbuinya dengan lantunan Prosa dan Puisi.
Penjaga 2: (Tersadar+Kagum) Maksudmu Ibnu Soleh? Aku dengar ayahnya juga seorang Ustadz…Namun, dia adalah ayah yang gagal karena meninggalkan keluarganya dalam keadaan lemah
Penjaga 3: Hmph, betapa beruntungnya bocah itu, minggu depan ia diundang oleh Sultan untuk menyampaikan Syair di hadapan keluarga Istana, para pejabatnya dan rakyat.
Penajaga 1+2: Benarkah?! Dalam rangka apa?
Penjaga 3: dalam Rangka Memeriahkan proses Eksekusi Biang Pemberontak Negri, Al – Ustadz Muhammad
Ustadz: (Mendengar pembicaraan mereka + Hatinya terketuk) Apakah itu “engkau”? (berlinang air mata) Sungguh Ayah merindukan kalian,,,
***
>> Pelataran Istana Kesultanan Zirbad, sebelum Proses Eksekusi
Ibnu Soleh (alias Soka bin Muhammad bin Soleh): (membaca syair dengan gaya Penyair)
“Wahai Jiwa, celakalah kamu jika Uban telah tumbuh
Maka untuk apakah bujuk rayu dan untuk apa pernyataan cinta
Masa mudaku hilang dan Masa tuaku bertahan
Seakan – akan jiwaku penuh dengan kealpaan
Sedangkan utusan kematian telah datang
Andai saja syairku sampai kepada orang yang kutuju
Dan Allah telah menetapkan takdir azaliku”
(dikutikp dari Ibnu Asakir)
Semua Hadirin: (Berdiri + Bertakbir)
***
Proses Eksekusi pun dimulai, Al – Ustadz dibawa ke pelataran oleh Para Algojo. Akhirnya Usaha soka untuk bertemu sang ayah pun berhasil. ketika melihat sang ayah, Soka merinding dibuatnya dan tak kuasa menahan Rindu. betapa banyak hal yang ingin ia sampikan kepada sang ayah.
Sultan: (interogasi) Wahai Ustadz, bukankah aku senantiasa menghormatimu?
Ustadz: (senyum tulus) Iya, engkau senantiasa menghormatiku
Sultan: Lalu, apa yang membuatmu berani memberontak kepadaku hai Ustadz?
Ustadz: (senyum) Aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran, namun kalian anggap itu pemberontakkan, sesungguhnya Setan telah menguasai hati kalian!
Sultan: (Geram) Cih, Keras Kepala!!! Pancung dia!
Soka: (Teriak ) Ayaaahhh…!!! (berlari menghampiri Ustadz)
Semua orang: (Tersentak kaget?) Ayah???
mereka tidak menyangka bahwa Soka adalah anak dari Al - ustadz karena menurut rumor keluarga sang Ustadz telah binasa. sedangkan soka tergolong anak rumahan yang tidak begitu terkenal di masyarakat.
Algojo: (tertahan untuk memancung)
Sultan: (terpaku)
Soka: (memeluk Erat ayah + air mata membanjiri wajahnya) Oh ayah, kami hidup sengsara dan (Terdiam+terisak - isak) Tahun lalu ibu wafat…
Ustadz: (Berlinang Air mata + terisak - isak) Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada – Nya, Sungguh Engkau telah menganugerahkanku sebaik - baik pendamping hidup ya Allah...mudah – mudahan Engkau menikahkan kami kembali di Surga sana. Amiin Wahai Tuhan seluruh Alam…
Algojo: (bersiap – siap memancung)
Sultan: Tahan! Biarkan ia memberikan kata – kata perpisahannya!
Ustadz: (senyum tulus) bagaimana kabarmu wahai buah hatiku?
Soka: (hatinya meleleh) sesungguhnya Allah masih menaruh belas kasihan kepadaku ayah...
Ustadz: (Senyum bangga) Syairmu sungguh menawan soka. kini kau sudah tumbuh dengan cemerlang wahai soka anakku, apakah soka membaca kitab – kitab ayah? hehe
Soka: (Senyum di dalam kesedihan) I, i.. Iya, Ayah
Ustadz: (heran) Mengapa Soka menangis? bukankah usia ayah telah mencapai lima puluh lima tahun?
Soka: (membisu dalam kesedihan yang dalam)
Ustadz: (Spontan) Ayo, bangkitlah anak muda! Sudah saatnya soka melihat Masa depan! Mengembaralah! tinggalkan negri ini! bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dimanapun soka berada!
Soka: (memeluk erat + Menangis histeris) Ayah, tapi soka gak punya keluarga selain ayah!!! (Memelas) Ayo kita pulang!
Ustadz: (Tegas!!!) SOKAAaa!!! (berbisik) ayah gak punya banyak waktu untuk semua ini. Ini perintah terakhir dari ayah dan soka harus patuh!
… Hening…
Ustadz: (berbisik lirih) Selamanya ayah tidak akan pernah rela mati di hadapan Soka, ayah khawatir semua ini akan menjadi beban dendam yang soka pendam seumur hidup! Maka dengarkanlah kata – kata ayah!
Soka: (membisu+menyimak)
Ustadz:
1. jadikanlah Al – Qur’an dan Al hadits sebagai Pedoman hidup soka! Bawalah mereka selalu kemanapun soka berada!
2.Tempuhlah jalan para penuntut Ilmu Agama Islam, karena setiap orang memiliki suku dimana mereka berlindung di dalamnya sementara para penuntut Ilmu tidak memiliki tempat berlindung kecuali Allah Ta’ala.
3.Pergilah ke Ibu kota Nusantara! Tempuhlah semua jalur ke Utara, soka akan melalui lautan yang luas, pegunungan, perbukitan, sungai – sungai sehingga sampai disana, banyak – banyaklah bertanya dan bertawakkal!
Soka: (terdiam + pikirannya menerawang)
Ustadz: (Alih fokus) Wahai Sultan, Izinkanlah buah hatiku mengembara!
Sultan: (Menegaskan) Mengembara adalah suatu kehormatan bagi Negri ini dan suatu kehinaan bagi siapapun yang menghalangi seseorang untuk mengembara!
ustadz: (senyum) Terimakasih. (kembali fokus) Ayo segera Pergilah! jangan pernah sekalipun menoleh ke belakang! Pantang bagi seorang pengembara menoleh ke belakang! Ayo pergilah soka!!! (tegas)
Soka: (Terisa – isak+Berlinang air mata+mencium wajah + tangan Ayah) Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh! (melangkahkan kakinya dengan berat hati dan perlahan meninggalkan sang ayah)
Ustadz: (Berdo’a + Terisak – isak) Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakaatuh Wamaghfiratuh Waridhwaanuh!
"Semoga Allah membekali kamu dengan takwa, mengarahkan kamu kepada segala kebaikan, melaksanakan bagimu segala kebutuhan dan keperluanmu, menyelamatkan agama dan duniamu, mengembalikan kamu pulang dengan selamat dan memperoleh keberuntungan". (HR. Ibnu Babawih)
Amiin Wahai Allah, Tuhan semesta alam.
Soka: (Berjalan semakin jauh meninggalkan Sang Ayah tanpa menoleh sedikit pun ke belakang)
Algojo: (kembali Bersiap – siap memancung)
Ustadz: (Syahadat+Berdo’a)
“Waha Dzat Yang Maha Pemaaf atas orang – orang yang banyak dosa – dosanya
Akan datang kepadamu seorang yang bergelimang dosa seraya memohon ampunan atas dosa – dosa yang telah diperbuatnya
Saya adalah seorang tamu, maka balasan seorang tamu adalah belas kasih dan kebaikan baginya”
(dikutip dari Wasiat Ibnu Al - jauzi)
***
Itulah hari kemenangan bagi Setan karena Wafatnya seorang Ulama. Pasar – pasar ditutup, orang – orang berdatangan dari berbagai penjuru Negri, Mereka baru menyadari semuanya, mereka Sungguh menyesal dan meratapi kepergian Sang Pelita harapan Negri.
Cukuplah seseorang itu dikatakan baik karena ia tidak pernah menzholimi / merugikan kita sama sekali, lantas atas dasar apa kita ikut campur menghinakan seseorang lantaran kesalahan manusiawinya (jika memang terbukti) yang juga bisa terjadi pada diri kita semua. Semoga Allah merahmati para Ulama.
***
dan soka pun memulai petualangannya sebagai pengembara...
https://www.facebook.com/ SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan
Zirbad (Negeri bawah Angin), begitulah mereka menyebutnya. Sebuah Wilayah Misterius di kepulauan Berkabut , Yakni Negrinya Para Pengembara. Disinilah titik Awal dan Akhirnya Peradaban mereka, dimana belum ada seorang asing pun yang mengetahui, melihat dan berlabuh di dalamnya kecuali Para Isteri dan Anak yang mereka peroleh sekembalinya dari Petualangan panjang.
Siklus Pengembaraan telah membawa Zirbad pada kemajuan yang pesat khususnya dalam Ilmu Pengetahuan, karena para pengembara selalu kembali dengan berbagai ‘Buah tangan’ berupa Informasi yang berguna dalam membangun Peradaban Negri ini. saat ini, Zirbad mengalami kemajuan di bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri rumahan dan Keagamaan. Penduduk Negri ini Menganut Agama Islam sebagai satu – satunya Agama Resmi. Adapun Zirbad, dipimpin Oleh seorang Sultan, yang berasal dari keluarga Pertama yang menempati Wilayah ini dan keturunannya.
***
Pada Masa Keemasan Zirbad, Pernah Hidup seorang Ustadz yang sangat Alim, Hafizh Al – Qur’an, Lihai dalam Bidang Tafsir, Pandai dalam Ilmu Sejarah, cakap dalam bidang hadits, Guru Fikih, kebanggaan Zirbad, seorang Da’I, Penulis kitab – kitab berkualitas, Pengembara Ilmu, Motivator Ulung yang tidak tergantikan di masanya, ialah Abu Soka (ayahnya Soka) Muhammad bin Soleh. Ia hidup bersama keluarga kecilnya yang sederhana di lembah Kunang – kunang.
>> Dalam kegelapan Malam yang diterangi Kunang – kunang, di Ruangan Khusus Sang Ustadz
Ustadz: (Menulis Kitab)
Soka (Umur 10 Tahun): (Memperhatikan dengan penasaran) Ayah lagi Nulis apa lagi?
Ustadz: (Senyum Sembako) Biografi Para Ulama Nusantara, berikut Nasab dan Sanadnya…
Soka: (Terpesona Penuh kepolosan) Hebat! Hehe… (Teringat sesuatu) Eh, ayah, kata orang – orang ayah Hapal Al – Qur’an yak? Ayah Al Hafizh dong?
Ustadz: (Diam sejenak + Senyum) Ayah bukan seorang Al – Hafizh, Ayah cuma hamba Allah yang mencintai Al – Qur’an.
Soka: (Kecewa) Yaahhh, kirain ayah Hapal Al Qur'an Dan Al Hadits
Ustadz: (Senyum Simpul + mengusap kepala soka) Soka, Apalah Artinya gelar ‘Al-Hafidz’ di mata manusia? Sedangkan Pujian – pujian Manusia itu bisa mencemarkan hati dan menjerumuskan kita ke Neraka?
Soka: (Bingung) ???
Ibu: (Senyum Delima) bingungkan? Makanya, sekarang soka harus tidur karena sudah larut malam. masa anak - anak suka begadang? gak baik kan ya ayah? (melirik)
Soka: (Cemberut) kalo gitu soka gak mau kayak anak – anak, soka mau kayak Ayah! Pokoknya soka mau terus nemenin ayah menulis!
Ustadz: (Senyum+memberi kode izin) Baiklah, tapi Syaratnya soka gak boleh bertanya apapun sampai ayah selesai menulis, Sepakat?!
Soka: (Nyengir) Yak, Sepakat!! Hehe…
Begitulah, soka selalu menemani Sang ayah ketika menulis kitab, sepanjang Malam.
***
>> Suatu hari Menjelang Berbuka Puasa (Puasa Nabi Daud AS)
Soka: (Selesai Setor Hapalan Al – Qur’an)
Ustadz: (kecup Kening) Alhamdulillah, soka sudah sejauh ini, masih ada 17 Juz lagi yang harus dihapal yah?
Tiba – tiba…”TOK! TOK! TOK!” , terdengar suara Ketukan yang begitu keras. “Assalaamu ‘alaikum!!”
Ustadz: (bergegas membuka Pintu) Wa 'alaikum Salaam Warahmatullahi wabarakaatuh wa maghfiratuh wa ridhwaaanuhu!
Pengawal2 Sultan: (Langsung Meringkus Ustadz) Maaf Ustadz, kami mendapat Perintah untuk menangkap dan membawa Anda ke hadapan Sultan dalam keadaan Hidup!
Ustadz: (Senyum Tawakkal) Hm, Akhirnya, Masa Uji berkalaku telah tiba…
Ibu dan Soka: (Kaget+Histeris) Allahu Akbar!!! Apa – apaan ini! (mencoba meraih Paksa Ayah dari cengkeraman para pengawal namun tak kuasa) Kalian ini!!! bukankah kalian Muslim??? Suami saya bahkan belum berbuka Puasa!
Pengawal2 Sultan: (tegas) Maafkan kami, Anggap saja ini situasi darurat, kami harus segera membawa Ustadz ke Istana!
Ustadz: (Tenang + Senyum Sembako) semua akan baik – baik saja! Tenanglah, teguhlah, berpikir positiflah! karena di penghujung setiap malam ada pagi yang cerah, di balik setiap bukit ada taman yang indah, setelah perjalanan jauh ada sungai yang mengalir, dan di balik batu yang besar ada mata air yang sejuk, di bawah terik matahari ada tempat bernaung, dan setelah kelelahan ada tidur yang tenang yang lelap dan melapangkan (dikutip dari DR. ‘Aidh Al - Qarni)
Ibu+Soka: (berlinang air mata) Ayah....
Ustadz: (Senyum Tulus) InsyaAllah ayah akan baik – baik saja, (matanya berkaca - kaca) Ayah titipkan kalian kepada Yang Maha Melindungi!
Ibu+Soka: (Berlinang Air mata + Pasrah) tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah…(terduduk roboh)
Secara umum Ustadz memang tidak sepaham dengan berbagai kebijakan yang diatur oleh kesultanan Zirbad, tampak dari Nasihat - nasihatnya kepada Para pejabat dan Sultan. Akan tetapi Hal itu tidak membuktikannya sebagai pemberontak. Namun, para pendengki memanfaatkan situasi tersebut dengan menyebarkan isu bohong yang disandarkan kepada Ustadz tentang Rencana Pemberontakan Ustadz dan Para Jamaahnya. Maka, Orang – orang mulai mencemooh dan meremehkannya, merusak rumahnya dan memporak – porandakan keluarganya. Lalu Al – Ustadz dikurung di Penjara Bawah tanah dalam sebuah ruangan yang sempit selama lima Tahun tanpa ada seorang pun yang boleh diizinkan menemuinya.
***
>> 5 Tahun Kemudian, di Penjara Bawah Tanah, terselip pembicaraan menarik...
Penjaga 1: Bocah itu semakin terkenal, bahkan ia menjadi seorang penceramah yang laris di pasar – pasar dan sangat dihormati, sebab selain isi ceramahnya yang bagus, ia selalu membumbuinya dengan lantunan Prosa dan Puisi.
Penjaga 2: (Tersadar+Kagum) Maksudmu Ibnu Soleh? Aku dengar ayahnya juga seorang Ustadz…Namun, dia adalah ayah yang gagal karena meninggalkan keluarganya dalam keadaan lemah
Penjaga 3: Hmph, betapa beruntungnya bocah itu, minggu depan ia diundang oleh Sultan untuk menyampaikan Syair di hadapan keluarga Istana, para pejabatnya dan rakyat.
Penajaga 1+2: Benarkah?! Dalam rangka apa?
Penjaga 3: dalam Rangka Memeriahkan proses Eksekusi Biang Pemberontak Negri, Al – Ustadz Muhammad
Ustadz: (Mendengar pembicaraan mereka + Hatinya terketuk) Apakah itu “engkau”? (berlinang air mata) Sungguh Ayah merindukan kalian,,,
***
>> Pelataran Istana Kesultanan Zirbad, sebelum Proses Eksekusi
Ibnu Soleh (alias Soka bin Muhammad bin Soleh): (membaca syair dengan gaya Penyair)
“Wahai Jiwa, celakalah kamu jika Uban telah tumbuh
Maka untuk apakah bujuk rayu dan untuk apa pernyataan cinta
Masa mudaku hilang dan Masa tuaku bertahan
Seakan – akan jiwaku penuh dengan kealpaan
Sedangkan utusan kematian telah datang
Andai saja syairku sampai kepada orang yang kutuju
Dan Allah telah menetapkan takdir azaliku”
(dikutikp dari Ibnu Asakir)
Semua Hadirin: (Berdiri + Bertakbir)
***
Proses Eksekusi pun dimulai, Al – Ustadz dibawa ke pelataran oleh Para Algojo. Akhirnya Usaha soka untuk bertemu sang ayah pun berhasil. ketika melihat sang ayah, Soka merinding dibuatnya dan tak kuasa menahan Rindu. betapa banyak hal yang ingin ia sampikan kepada sang ayah.
Sultan: (interogasi) Wahai Ustadz, bukankah aku senantiasa menghormatimu?
Ustadz: (senyum tulus) Iya, engkau senantiasa menghormatiku
Sultan: Lalu, apa yang membuatmu berani memberontak kepadaku hai Ustadz?
Ustadz: (senyum) Aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran, namun kalian anggap itu pemberontakkan, sesungguhnya Setan telah menguasai hati kalian!
Sultan: (Geram) Cih, Keras Kepala!!! Pancung dia!
Soka: (Teriak ) Ayaaahhh…!!! (berlari menghampiri Ustadz)
Semua orang: (Tersentak kaget?) Ayah???
mereka tidak menyangka bahwa Soka adalah anak dari Al - ustadz karena menurut rumor keluarga sang Ustadz telah binasa. sedangkan soka tergolong anak rumahan yang tidak begitu terkenal di masyarakat.
Algojo: (tertahan untuk memancung)
Sultan: (terpaku)
Soka: (memeluk Erat ayah + air mata membanjiri wajahnya) Oh ayah, kami hidup sengsara dan (Terdiam+terisak - isak) Tahun lalu ibu wafat…
Ustadz: (Berlinang Air mata + terisak - isak) Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada – Nya, Sungguh Engkau telah menganugerahkanku sebaik - baik pendamping hidup ya Allah...mudah – mudahan Engkau menikahkan kami kembali di Surga sana. Amiin Wahai Tuhan seluruh Alam…
Algojo: (bersiap – siap memancung)
Sultan: Tahan! Biarkan ia memberikan kata – kata perpisahannya!
Ustadz: (senyum tulus) bagaimana kabarmu wahai buah hatiku?
Soka: (hatinya meleleh) sesungguhnya Allah masih menaruh belas kasihan kepadaku ayah...
Ustadz: (Senyum bangga) Syairmu sungguh menawan soka. kini kau sudah tumbuh dengan cemerlang wahai soka anakku, apakah soka membaca kitab – kitab ayah? hehe
Soka: (Senyum di dalam kesedihan) I, i.. Iya, Ayah
Ustadz: (heran) Mengapa Soka menangis? bukankah usia ayah telah mencapai lima puluh lima tahun?
Soka: (membisu dalam kesedihan yang dalam)
Ustadz: (Spontan) Ayo, bangkitlah anak muda! Sudah saatnya soka melihat Masa depan! Mengembaralah! tinggalkan negri ini! bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dimanapun soka berada!
Soka: (memeluk erat + Menangis histeris) Ayah, tapi soka gak punya keluarga selain ayah!!! (Memelas) Ayo kita pulang!
Ustadz: (Tegas!!!) SOKAAaa!!! (berbisik) ayah gak punya banyak waktu untuk semua ini. Ini perintah terakhir dari ayah dan soka harus patuh!
… Hening…
Ustadz: (berbisik lirih) Selamanya ayah tidak akan pernah rela mati di hadapan Soka, ayah khawatir semua ini akan menjadi beban dendam yang soka pendam seumur hidup! Maka dengarkanlah kata – kata ayah!
Soka: (membisu+menyimak)
Ustadz:
1. jadikanlah Al – Qur’an dan Al hadits sebagai Pedoman hidup soka! Bawalah mereka selalu kemanapun soka berada!
2.Tempuhlah jalan para penuntut Ilmu Agama Islam, karena setiap orang memiliki suku dimana mereka berlindung di dalamnya sementara para penuntut Ilmu tidak memiliki tempat berlindung kecuali Allah Ta’ala.
3.Pergilah ke Ibu kota Nusantara! Tempuhlah semua jalur ke Utara, soka akan melalui lautan yang luas, pegunungan, perbukitan, sungai – sungai sehingga sampai disana, banyak – banyaklah bertanya dan bertawakkal!
Soka: (terdiam + pikirannya menerawang)
Ustadz: (Alih fokus) Wahai Sultan, Izinkanlah buah hatiku mengembara!
Sultan: (Menegaskan) Mengembara adalah suatu kehormatan bagi Negri ini dan suatu kehinaan bagi siapapun yang menghalangi seseorang untuk mengembara!
ustadz: (senyum) Terimakasih. (kembali fokus) Ayo segera Pergilah! jangan pernah sekalipun menoleh ke belakang! Pantang bagi seorang pengembara menoleh ke belakang! Ayo pergilah soka!!! (tegas)
Soka: (Terisa – isak+Berlinang air mata+mencium wajah + tangan Ayah) Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh! (melangkahkan kakinya dengan berat hati dan perlahan meninggalkan sang ayah)
Ustadz: (Berdo’a + Terisak – isak) Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakaatuh Wamaghfiratuh Waridhwaanuh!
"Semoga Allah membekali kamu dengan takwa, mengarahkan kamu kepada segala kebaikan, melaksanakan bagimu segala kebutuhan dan keperluanmu, menyelamatkan agama dan duniamu, mengembalikan kamu pulang dengan selamat dan memperoleh keberuntungan". (HR. Ibnu Babawih)
Amiin Wahai Allah, Tuhan semesta alam.
Soka: (Berjalan semakin jauh meninggalkan Sang Ayah tanpa menoleh sedikit pun ke belakang)
Algojo: (kembali Bersiap – siap memancung)
Ustadz: (Syahadat+Berdo’a)
“Waha Dzat Yang Maha Pemaaf atas orang – orang yang banyak dosa – dosanya
Akan datang kepadamu seorang yang bergelimang dosa seraya memohon ampunan atas dosa – dosa yang telah diperbuatnya
Saya adalah seorang tamu, maka balasan seorang tamu adalah belas kasih dan kebaikan baginya”
(dikutip dari Wasiat Ibnu Al - jauzi)
***
Itulah hari kemenangan bagi Setan karena Wafatnya seorang Ulama. Pasar – pasar ditutup, orang – orang berdatangan dari berbagai penjuru Negri, Mereka baru menyadari semuanya, mereka Sungguh menyesal dan meratapi kepergian Sang Pelita harapan Negri.
Cukuplah seseorang itu dikatakan baik karena ia tidak pernah menzholimi / merugikan kita sama sekali, lantas atas dasar apa kita ikut campur menghinakan seseorang lantaran kesalahan manusiawinya (jika memang terbukti) yang juga bisa terjadi pada diri kita semua. Semoga Allah merahmati para Ulama.
***
dan soka pun memulai petualangannya sebagai pengembara...
https://www.facebook.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar