Minggu, 15 September 2013

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 59

“ PENCURIIIIII…………!!! PENCURIIIIII…………!!!”

Akhirnya, sosok pencuri yang sudah lama meresahkan warga, terlihat juga batang hidungnya. Segenap warga pun mengerjarnya dengan Hasrat yang tinggi. Mereka berharap bisa membasminya untuk selama – lamanya, sebagai peringatan bagi generasi pencuri selanjutnya.

Sang pencuri berlari dengan sekuat tenaga. Pelariannya mengantarkannya pada sebuah rumah. Ia berharap bisa mendapat perlindungan dari penghuni rumah tersebut.

* SUAMI OTAK KIRI

Pencuri: (Tergesa – gesa menghampiri penghuni rumah yang kebetulan tengah duduk di teras rumahnya) Pak, sy mohon tolong saya! Izinkan saya masuk rumah bapak! Saya harus segera sembunyi pak! Tolong saya pak! Tolong! (pintanya memelas)

Soki: (bingung) Ada apaan sih?

Pencuri: (Bingung) E…nanti saya ceritain pak, sekarang juga Saya harus segera bersembunyi!

Soki: (Curiga) Ck, ya udah cepet masuk sana!

Pencuri: (terharu + cium tangan) Terimakasih pak, saya akan mengenang jasa bapak!

….Beberapa detik kemudian…warga menghampiri rumah pak soki…

Warga: (menghampiri) Pak soki! Lihat anak muda yang lari ke daerah sini gak?

Soki: (curiga) Memangnya kenapa pak?

Warga: tu orang pencuri ulung yang selama ini kita cari – cari!

Soki: (WADUH?) jadi dia pencurinya?! (berbisik) coba kalian cek ke dalam rumah saya! Mudah – mudahan itu orang yang kalian maksud!

… Apes Bukan main, pemuda itu pun tertangkap basah…warga menyeretnya dari rumah soki ke Alun – alun Pasar…

Pencuri: (lewat di hadapan pak soki) Pak? (memelas)

Soki: (geram) Cuih, Mau ngomong apa lo?? Sialan, Kalo gw tau lo pencurinya, udah gw abisin daritadi!

* SUAMI OTAK KANAN

Pencuri: (menghampiri penghuni rumah yang kebetulan tengah duduk di teras rumahnya) Pak, sy mohon tolong saya! Izinkan saya masuk rumah bapak, Saya harus segera sembunyi pak! Tolong saya pak! Toloong! (pintanya memelas)

Soka: (Senyum tulus) Oh iya, silahkan Masuk…

….Belum sempat masuk, warga sudah memergokinya ….

Warga: WWOOOYY ITU DIA! (menghampiri rumah soka + berhenti tepat di depan rumahnya) Eh bangsat! Ngapain lo di rumah pak kiyai! (berusaha menerobos dan menangkapnya)

Pencuri: (bersembunyi dengan takutnya di belakang soka)

Soka: (menahan mereka dengan isyarat)

Warga: (Kikuk) Lho pak kiyai?

Soka: (Senyum Sembako) saat ini, beliau tengah menjadi tamu saya, maka saya bertanggungjawab untuk melayaninya dengan sebaik - baiknya!

Warga + pencuri: (Tercengang?)

Warga: (Jengkel???) Gak bisa bagitu pak kiyai, knp pak kiyai akan melindungi seorang pencuri?

Soka: Memangnya apa yang telah dia curi sehingga kalian sangat berhasrat untuk menghukumnya?

Warga: hari ini dia mencuri beras, tapi kita gak tau, selama ini apa saja yang sudah dia curi?

Soka: (Senyum Tulus) bagaimana? (menoleh kepada pencuri)

Pencuri: selama ini saya hanya mencuri makanan pak kiyai?

Soka: (Terharu + Astagfirullah + terdiam) Sesungguhnya Negri kita tengah mengalami krisis berkepanjangan, bahkan krisis tersebut tengah mengikis rasa kemanusiaan kita. Mudah – mudahan Allah memberikan pahala atas kesabaran kalian. Semua yang dicuri oleh pemuda ini, InsyAllah akan saya ganti?! Siapa pun yang merasa barangnya dicuri bisa menyampaikannya kepada saya?

Warga: (WAduh?) pak kiyai, ini bukan soal ganti rugi, ini soal keamanan dan kenyamanan lingkungan kita! Kalo pencuri seperti mereka tidak dibasmi, maka lingkungan kita Selamanya akan terganggu!

Soka: (mengangkat jarinya) Sesunggunnya, kenyamanan + keamanan + kedamaian itu hakikatnya hanya bisa kita dapati dengan mendekatkan diri kita kepada Allah. Orang – orang yang hatinya senantiasa tertaut kepada Allah, mereka itulah yang merasakan kedamaian hakiki!

Warga: (Bisu)

SOKA: (Senyum tulus) dan Allah mencintai orang – orang yang Pemaaf. Allah akan menolong seseorang yang melepaskan kesulitan saudaranya! Bukankah kita semua sesama muslim adalah bersaudara? Adakah diantara kalian yang membutuhkan pertolongan Allah?

Warga: (Nelen ludah + terpaku + merenung)

SOKA: Persoalan menuntaskan kemiskinan adalah tanggungjawab kita bersama, maka biarlah pemuda ini tinggal bersama saya! Mudah – mudahan Allah memberikan Taufiq dan HidayahNya kepada kita semua…(Senyum tulus)

Warga: (Pasrah dan tidak berdaya) sesungguhnya Allah telah meninggikan derajat Pak kiyai diantara kami, karena ilmu agama anda. (menghela Nafas) Dan kami serahkan pencuri itu kepada Pak kiyai lantaran anda adalah orang yang Berilmu agama lagi terhormat.

SOKA: (memejamkan mata) Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan…

Warga: (terharu) Tapi bagaiman jika dia kembali mencuri pak kiyai?

Soka: (Senyum Sembako) jangan mendahulukan Allah! Berprasangka baiklah!

Pencuri: (Terharu + berlinang air mata)

… warga pun kembali ke tempatnya masing – masing …

… pemuda (sang pencuri) pun menerima tawaran Soka untuk tinggal
bersamanya …

Pemuda: Terimakasih pak kiyai, jika saja tidak ada pak kiyai pasti saya sudah habis dihakimi warga?

Pak kiyai: (senyum tulus) Awalilah rasa syukurmu hanya kepada Allah, dalam semua hal karena sesungguhnya atas ridho dan rahmatNyalah
kita dipertemukan

pemuda: (terharu) Iya Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin…

***

Selama beberapa Bulan tinggal bersama Soka, pemuda itupun kembali hidup dengan layak. Kehidupannya kembali normal. Kebutuhan hidupnya tercukupi selama tinggal disana. Mengenai ibadah dan keilmuan, Soka tidak pernah memaksakannya, cukuplah ia belajar dari ketauladanan dan keinginannya sendiri.

***

- Kuningnya Senja, dalam diskusi di teras Rumah –

Pemuda: Pak kiyai, anda bahkan tidak makan dan tidur sebanyak saya? Memenuhi hidup anda dengan ibadah, belajar dan mengajar… bahkan senantiasa menjaga senyum itu tetap tulus? Bersama anda saya merasakan kedamaian yang belum pernah saya rasakan selama ini? Apa rahasianya?

SOKA: (Senyum Sembako) Ilmu Agama itu membuka jalan menuju Pendekatan diri kepada Allah. Wahai anak muda, sesungguhnya orang – orang yang berilmu + mengamalkan ilmunya Ikhlas karena Allah, mereka itu sedang membangun taman yang luas di dalam hatinya, taman itu senantiasa ia bawa sepanjang hidupnya… Mereka memenuhi perutnya dengan buah – buahan dari taman itu dan tertidur pulas di hamparannya karena taman itu ditanam dengan ilmu, dirawat dengan amal dan dihiasi dengan keikhlasan. Maka kedamaian itu tumbuh di hati mereka dan menghiasi wajah mereka dengan senyuman yang tulus. InsyaAllah.

Pemuda: (terpesona) SubhanaAllah, apakah saya bisa membangun taman seperti itu di dalam hati saya Pak kiyai?

SOKA: ( Senyum tulus) Tentu saja…

Pamuda: bagaimana caranya?

SOKA: (Senyum Sembako) dengan Ilmu + Amal + Ikhlas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar