Ilmu berperan penting dalam mempengaruhi ‘cara pandang’ seseorang. Dalam Prosesnya, ‘cara pandang’ berawal dari ‘melihat’, lalu menyimpan, menganalisis (mengklasifikasi dan mengklarifikasi), mempertimbangkan berdasarkan Hati, selanjutnya memutuskan. Namun pada kenyataannya, untuk melalui tahap demi tahap tesebut membutuhkan waktu yang cukup.
Mari Kita ambil sebuah kasus tentang 'Barang Sisa'. Pada umumnya Manusia Melihat 'Barang sisa' sebagai sampah, namun Segilintir Manusia justru melihatnya sebagai potensi. Perhatikan, Berapa banyak orang yang ‘melihat’ sampah di lingkungan mereka? Namun berapa banyak yang berhasil mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat? Ini persoalan ‘cara pandang’. Seseorang yang memahami ilmu tentang mengelola sampah akan memiliki cara pandang berbeda mengenai sampah dibandingkan dengan mereka yang tidak berilmu. Baginya, ketika ‘melihat’ Gunungan sampah maka tergambarlah Sketsa Perencanaan sampah di dalam otaknya, lalu ia akan Mulai mengklasifikasi gunungan sampah itu dalam beberapa kategori dan mengklarifikasi berdasarkan nalarnya untuk selanjutnya dipertimbangkan berdasarkan Hati sehingga lahirlah sebuah keputusan yang kelak menghasilkan Buah Pemikiran. WaAllahu A'lam.
* SUAMI OTAK KIRI
Soki: (Baru pulang kantor + masuk Rumah dan mendapati anak balitanya tiada) Lho, Mah si dede dimana (Nada Gelisah)?
Mamah: (Terbangun Kaget) Hah? Tadi disini pah sama mamah?
Mereka pun mulai mencari. Ternyata, si balita tertidur di Warung internet sebelah rumah.
- Di rumah -
Soki: (Gerutu) Argh Dasar TOLOL!
Mamah: (Tersinggung) Siapa yang TOLOL, Pah?!(Nada tinggi)
Soki: (berpaling) siapa lagi klo bukan kamu!! Bisa – bisanya anak ketiduran di Warnet?! Emangnya Kerjaan kamu apa sih? Cuma ngurus satu anak aja gak becus!
Mamah: (Emosi Bocor) Oh, jadi begini cara papah menghargai mamah? Aku yang tiap pagi buta sudah bangun, nyiapin keperluan kita, belanja, masak, nyuci, berbenah rumah, mengasuh anak dan melayani kamu, terus kamu bilang TOLOL?!!! (Bentak)
Soki: (Berkelit) Ya...Papah juga capek, Kamu ngertiin Papah dong! Papah ini seharian kerja banting tulang buat cari nafkah!
Mamah: (Heran) Lho Harusnya papah yang ngertiin Mamah! Klo kegiatan Papah Cuma nyari nafkah, ngebujang aja!
Soki: (Grrr..) Oh jadi begitu mah?! jadi itu yang kamu mau?
Mamah: (Terdiam + berlinang air mata) Astagfirullah pah, Mikir dong! Maksud mamah, Kamu itu kan suami aku dan bapak anak kita, bijaklah sedikit, aku ini bukan Pembantu Rumah Tangga!
Soki: ( Kicep )
* SUAMI OTAK KANAN
- Ba'da Subuh -
Soka: (Menenteng Keranjang Belanja sambil Berjalan Menuju Pasar)
Soni (Tetangga Jauh): (Kebetulan bangun Pagi+Terheran) Assalaamu 'alaikum! Lho Pak Ustadz mau kemana? (Nyengir)
Soka: (Senyum + Menghampiri) Wa'alaikum Salaam Wr.Wb.Wm.Wr. biasa, Belanja ke pasar...Lho ente sendiri kemana aja baru kelihatan? (sindiran)
Soni: (Tersipu Malu) Ahaha, bisa aja pa Ustadz ini, kayaknya ane lagi dapet Wangsit nih jadi bangunnya pagian. Ehm (Menatap Keranjang Soka), ternyata Pak Ustadz 'S.U.S.I.' juga? hihi (sindiran)
Soka: Hehe, (Terdiam sejenak+Senyum Simpul) Gini Son, Ane mau tanya sama ente, Kira - kira klo ente punya Perhiasan Antiq, gimane nyikapinnya?
Soni: (Tanggap) oW Jelas ane jaga bae - bae lah, simpen di brangkas, jangan ampe semua orang liat, biar pada kagak ngiri, klo kebelet ngiri kan berabe, nanti rumah ane dibobol, hehe
Soka: (Senyum) Hmm, Kayaknya ente beneran dapet wangsit, cerdas banget jawabnya. satu lagi son, menurut ente klo perhiasan ditaro di tempat kotor macem comberan gmn?
Soni: (Tanggep) Ya gak pantes lah, gak enak dipandang, bisa ngerusak tu barang, nanti disangka perhiasan abal - abal. (Sadar) Nah Lho ini obrolan kok jadi kesini arahnya yak? hehe
Soka: (Senyum Sembako) Pan tadi ente yang mulai. Pertanyaan ente buat ane, udah ente jawab sendiri. Sesungguhnya perhiasan yang paling indah adalah wanita solehah. InsyaAllah semua wanita itu solehah selama ia berakhlaqul Karimah. termasuk Isteri kita. seperti kata ente tadi, ane gak mau perhiasan pribadi ane gak enak dipandang, rusak dan jadi barang abal - abal lantaran tiap hari ke pasar.
Soni: kenapa Pak Ustadz?
Soka: karena Pasar itu tempat yang paling tidak disukai oleh Allah Ta'ala. Ampe setan aje bertelor dan ngibarin bendera disana. Hadeuh, Ribet deh Ribet, klo sampe kemilau perhiasan pribadi ane pudar, nanti giliran ane yang disuruh tanggungjawab,
Soni: (Penasaran) Tanggungjawab ama siapa???
Soka: Allah.
Istri Soni: Waduh...(Nelen Ludah)
- di Pasar, Kios Daging -
Tukang: (Penasaran) Pak Ustadz kok Istrinya diumpetin aje nih di rumah? apa kagak percaya istrinya yang belanja? hehe (Sindiran)
Soka: Ah ente bisa aja, pan ente tau dari bujangan ane biasa belanja ke pasar? Ya elah Timbang ke pasar, nyuci, bersih - bersih doang mah laki - laki kudu bisa, tapi klo soal ngasuh anak sama masak, ane Nyerah deh, itu spesialis seorang Ibu,
Tukang: klo begitu Istri banyak nganggurnya dong?
Soka: Tergantung. Emangnya gampang ngasuh anak? Ya cobain aje, hehe...Pokoknya kagak ada deh yang bisa gantiin peran Ibu bagi anak - anaknya, tangannya beda, hehe...
Tukang: Ya bener juga sih (merenungi Nasib Istrinya)
Soka: setidaknya, biar perhatian ibu banyak ke anak, kasian klo semua - muanya Bini kita yang kerjain, emangnya bini kita Pembokat?
Tukang: Ckckckc...(tertawa kecil + terangguk - angguk)
- di rumah, sepulang dari pasar -
Soka: (Ngepel Teras Rumah)
Istri: (Memandangi Soka+Senyum Delima)
Soka: (membalas pandangan istri+heran) Umi knp? sakit?
Istri: (Menahan tertawa) sehat kok. umi cuma gak kebayang aja punya suami kayak abi? rajin bersih - bersih, nyuciin baju kita dan membatasi umi belanja ke pasar
Soka: (senyum tulus) cukuplah bagi abi, seorang isteri yang menjaga harta suaminya dengan Amanah, membesarkan anak - anak dengan kasih sayang dan patuh terhadap suami dengan kesabaran. Mudah - mudahan Allah menjadikan generasi kita kuat dan menurunkan ketenangan di dalam rumah tangga kita
Istri: Aamiin (Senyum Delima)
- Berangkat Mencari Nafkah -
Soka: (bersiap - siap berangkat + kecup kening umi + berdo'a) "Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan menyia - nyiakan titipan - titipan-Nya" (Kitab Al - Adzkaarun Nawawiyyah)
Istri: (Balas mendo'akan) "Aku menitipkan kamu, agamamu, dan amanatmu serta semua penutup amalmu kepada Allah" (Kitab Al - Adzkaarun Nawawiyyah)
(Episode ini terinspirasi oleh Almarhum KH. Abdul Hamid bin Abdul Halim Addary "Semoga Allah Merahmati beliau")