* Suami Otak Kiri
Anak: (Babak belur pulang tawuran)
Soki: (Geram + menenggelamkan kepalanya di bak Mandi berkali - kali+ Memenjarakannya di Gudang Rumah)
* Suami Otak Kanan
Abdullah:
“Ini sedikit cerita tentang babeh ane. Beliau seorang Ahli Ilmu Agama (Fiqih) yang mengajarkan ilmunya kepada Masyarakat. Masa Senjanya sibuk Belajar dan Mengajar. Akhlaq sama orang tuanya bagus banget, klo ngadepin kelakuan anaknya juga sabar. Beliau Ayah sekaligus Guru bagi ane. Masyarakat Biasa Panggil Beliau, Kiyai.”
***
Jakarta Saat itu jauh dari Kesejahteraan dan Kedamaian. Demoralisasi meluas di setiap sisi dan sudut kota ini. Tawuran menjadi ‘Games’ Harga diri bagi Para pemudanya, termasuk Abdullah.
Soka: (Khawatir) Dul, mau kmn lo?
Dul: (Ngeles) Ada Urusan Beh (Acuh dan segera Pergi)
***
- Sepulangnya dari urusan –
Dul: (Babak Belur+Masuk Rumah)
SOka: (Berdiri tepat di balik pintu) Oh, jadi ini urusan lo?
Dul: (Berpaling+Acuh+berjalan menuju kamar)
Soka: Dul, Bukannya Lo udah khatam Kitab Riyadhus Sholihin? (sindiran)
Dul: (Nyolot) Terus kenape???
Nyak: (nenangin babeh) Udah, udah, babeh ayo duduk dulu yak? Biar adem atinya (mengajak duduk)
Soka: (Ngelus dada) Astagfirullah lulusan pesantren kok begitu...
Nyak: (ikut bersedih) Sabar ya beh, Maklum anak muda…
***
- Suatu hari, rapat keluarga –
Soka: Dul, sebagai Ayah, Babeh udah penuhi kebutuhan pendidikan ilmu agama lo. Sekarang, semuanya terserah lo deh karna lo juga udah gede. tapi Tenang aje, Babeh bakal tetep penuhi kebutuhan lo kok sampe mapan. Tapi babeh Cuma minta satu hal aja?!
Dul: (Nyimak) Apa tuh beh?
Soka: jangan pernah sekali – kali lo mati dalam keadaan Berdosa! Mau gimana kek caranya, lo gak boleh mati dalam keadaan berdosa! Itu juga klo lo mau babeh ama enyak lo ridho!
Dul: (berpikir pendek, Terpatri di Hati) Iya InsyaAllah beh
Soka: (Senyum Misterius)
Nyak: (melirik babeh???)
Soka: (Isarat: ‘tenang aje’)
***
- Akan terjadi tawuran besar dimana dul terlibat di dalamnya –
Dul: (bergegas keluar Rumah)
Soka: (Mencegat + memandang dengan isarat)
Dul: (Geleng kepala+Tegas) Ini soal Harga Diri Beh!
Soka: (Senyum sinis) Wuidih, Hebat, hebat! Pengangguran ngomong soal Harga diri?! Mendingan lo Demonstrasi soal Harga Minyak!
Dul: (berpaling+Acuh+pergi)
Soka: (Teriak) Woy Dul, Inget kesepakatan kita!!!
Dul: (selalu ingat)
- Di majelis Soka –
Masyarakat: (tergesa – gesa menghampiri) Kiyai, Dul!!! (terengah - engah)
Soka: (tenang) Kenape dul?
Murid: (gugup) itu, dia ikut tawuran disana!
Soka: (Tenang) masih hidup kan?
Murid: (Tegas) SEKARAT!
Soka: (Bangkit dan bergegas menuju TKP)
***
Hari berganti Hari, di rumah....
Dul: (terbaring kaku+terbalut luka - luka+tulang kakinya patah)
Soka: (Senyum Sembako) gpp dul, lo udah tepatin janji lo ma babeh, itu udah cukup! (terharu)
Sepanjang waktu babeh dan nyak merawat dul. menyuapinya makan, membimbingnya buang air, nyebokin, memotivasinya dengan penuh kasih sayang tanpa keluhan, seperti Sedia dulu kala ketika dul masih bayi. mereka tidak henti - hentinya berdo'a untuk kesehatan dan kebaikan anaknya. dul mulai bermuhasabah. Perlahan - lahan semua itu merobohkan tembok keangkuhannya, membuka cakrawala pikirannya dan menyadarkannya betapa tinggi derajat dan kasih sayang orang tua. ia pun mulai mengingat kembali harapan babehnya. babehnya selalu berharap kelak dul yang menggantikannya memimpin majelis ilmu.
***
Dul: (dalam pembaringannya) Beh, bisa ajarin dul ilmu Fiqih?
Soka: (Terkejut bukan main??? Senyum Sumringah + Semangat) Oh, Ayo!!! siapa takut?! Hehe...
Dul: (senyum) tapi dul gak bisa nyakalin (memberikan syakal), dul dengerin aje yak sambil berbaring?
Soka: Gpp, belajar menurut kesanggupan dul aje.
***
Agama itu Hidayah. Sumber Hidayah terbesar adalah Orang Tua. Allah Ta'ala gak berteori, jika dia berkehendak, maka jadilah!
(KH. Abdul karim bin abdul Hamid Addary)
Masa - masa sulit yang dialami Dul, dilaluinya sembari belajar Agama kepada Babehnya. Sang babeh pun penuh semangat dan suka cita mengajarkannya. Ilmu agama pun perlahan - lahan menarik dul kepada Keikhlasan. ia mulai membuat dul jatuh cinta sehingga setelah sembuh dari sakitnya pun dul senantiasa belajar terus - menerus dengan tekun dan jarang keluar rumah kecuali untuk keperluan ibadah.
***
- di majelis Ilmu sepeninggal (Wafatnya) sang Kiyai -
Masyarakat: (menunggu dengan penasaran) siapa yang gantiin kiyai?
Kordinator: kata Umi (istri kiyai), pengganti kiyai udah ada, beliau ngajar hari ini, tungguin aja deh!
"Assalaamu 'alaikum!" terdengar salam yang tidak asing lagi.
Masyarakat: (sontak menjawab) Wa'alaikum Salaam Wr.Wb. (terkejut) Lah? jadi lo dul yang gantiin Kiyai?
Dul: (Senyum Tulus) iye, ini amanah dari babeh. (duduk lesehan di tempat Kiyai) jadi gimana? masih pada mau ngaji?!
Masyarakat: (teringat Masa lalu Dul yang suram, saling melirik, Bisu)
Dul: (Menghela nafas, Senyum Sembako) ane cuma memenuhi amanah, klo pada mau pulang silahkan, yang mau ngaji, kita lanjut?!
Masyarakat: (apa salahnya mencoba) Lanjut dul!
"Buah tidak jatuh jauh dari pohonya". Pengajian pun dimulai dengan Asma Allah, do'a2, menyelipkan kisah - kisah hikmah, canda tawa, bahasa yang ringan tapi dalam, istilah - istilah yang uniq, dan kasus - kasus Fiqih terkini. inilah hasil kaderisasi sang Ayah. hal itu membuat masyarakat betah.
***
waktu demi waktu majelisnya mulai dipenuhi pemuda se-tawurannya bahkan lawan - lawannya. dul mulai sibuk dengan belajar dan mengajar. kelak ia akan menjadi Guru bagi Soka (Episode Keliling Dunia)
Dul: Kata Enyak, babeh sepanjang hidupnya selalu membaca do'a ini buat istri dan anaknya. nyok tiap abis ngaji, kita doa rame - rame!
Dul dan Masyarakat: (Mengangkat tangan)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al – Furqan: 74)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar