Rabu, 26 Maret 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 72

(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

Selain sebagai Negri kepulauan, Indonesia juga dikenal sebagai Negri Pegunungan. Antara Pegunungan dan penduduknya ibarat sayur dan garam yang memberikan cita rasa tersendiri. Anda bisa saksikan bahwa Berbondong – bongong manusia dari berbagai penjuru negri dan luar negri ini, menempuh berbagai petualangan panjang dalam pendakian – pendakian yang menakjubkan. Ada beberapa hal yang memotivasi mereka mendaki, beberapa diantaranya untuk refreshing, mencari jati diri, menguji keberanian, mencari Hikmah, mempererat tali kekeluargaan, bersatu dengan alam, mentafakuri tanda – tanda kekuasaan Allah dan lain – lain. Bahkan Diantara mereka ada yang membuat tema dalam setiap pendakian. InsyaAllah semuanya menjadi baik jika diniatkan baik dan dengan cara – cara yang baik.

Banyak sekali kisah yang beredar seputar pendakian yang sampai kepada kami; melalui pengalaman Pribadi, Teman – teman kami ketika mendaki dan dari orang tua kami selaku pendaki. Ada satu Hal yang sama – sama harus kita ketahui selaku Manusia, bahwa Alam ini tidak diciptakan begitu saja dengan main – main. Tidaklah alam ini diciptakan melainkan dengan Ilmu yang di dalamnya menyimpan segudang Misteri dan teka - teki yang tidak terpecahkan kecuali melalui Ayat – ayat yang tertulis di dalamnya. hal tersebut diketahui bagi yang mau mengetahui. Mungkin berdasarkan sebab itulah, para Manusia Pecinta Alam tertantang menempuh berbagai petualangan dan berusaha menguak misteri di dalamnya. WaAllahu A’lam.

# Garisan Sang Pengembara #

>> Suatu Rombongan dalam ‘sebuah Tema’ Pendakian.

Kapten: (brifing: memastikan semua kru lengkap dan siap menempuh petualangan)

Semua Kru: (Aman) Semua siap kapten!

Kapten: (memotivasi) … Baiklah, Sesungguhnya orang yang rugi adalah orang yang tidak mengambil pelajaran dari setiap sisi dari petualangan ini. Betul tidak?

Semua Kru: (Tegas) Betul!!!

Kru 1: Kapten, apa tema petualangan kita kali ini?

Kapten: (Senyum) Bersatu dengan Alam!

Semua Kru: (saling melirik) Mantab!!!

***

> Tapai Orai / Jalur Ular, sebuah rute panjang nan berliku di pinggiran bukit menuju Gerbang Pendakian Gunung…

Kru 2: (Gregetan) Kapten bisa dipercepat gak langkahnya? Klo lambat begini kapan sampainya?

Kapten: (senyum) Jangan pernah lupakan esensi dari petualangan ini! di belakang kita masih banyak orang yang kelelahan, lebih baik kita seperti ini daripada sampai di puncak namun kehilangan banyak kru kita. sesungguhnya kita hanya perlu bersabar dan tersenyum, “CISSH”? hehe…

Kru: (Senyum) Cissh!

***

> Pasir Kuda

Kapten: (menghampiri Petani yang tengah mengolah lahannya+senyum+salam) Pak, kira – kira Gerbang Pendakian ke gunung masih jauh gak ya?

Petani: (Senyum) Masih dua Pasir lagi de!

Kapten: Pasir? Oh, oke Terimakasih Pak!

***

… Sudah sekian lamanya mereka berjalan…

Kru 3: (Senyum Kesemek) Kapten, kita udah jalan sejauh ini tapi gak ketemu satu gundukan pasir pun?

Kapten: (bingung + bisu)

Kru 4: Kapten, itu ada petani lagi jalan kesini, coba kita Tanyain?

Kapten: (menghampiri sang petani+senyum+salam) Mau Tanya Pak, gerbang pendakian ke gunung masih jauh kah?

Petani: (Senyum) Oh, tinggal satu pasir lagi!

Kapten: (bingung) Pasir??? Kami gak nemuin pasir sepanjang perjalanan, Pasir itu apa ya pak?

Petani: (nyengir) Hehe, pasir itu bahasa kami, kalo di Kota namanya Bukit!

Semuanya: (Gubrak!!!)

***

- Gerbang Pendakian –

Semua: (Melewati Kawasan Pemakaman Para Pendaki+berhenti+Mengheningkan cipta)

Kapten: Sesungguhnya, sebelum kita, sudah ada orang – orang yang melalui jalur ini. diantara mereka ada yang sampai ke puncak dan kembali dengan selamat, diantaranya lagi dikebumikan disini. Kuburan ini menjadi bukti bahwa di dalam perjuangan itu pasti ada pengorbanan, meskipun tidak selalu nyawa yang dikorbankan.

Kru 5+6+7: (Jiper + merinding ketakutan) Kapten, kami udah putusin. kami mau pulang aja! kami gak mau berakhir seperti mereka yang terkubur ini! klopun harus berkorban, lebih baik nyawa kami dikorbankan untuk hal yang lebih bermanfaat dari ini!

Kru 3: (Geram) Eh Toldo! Memangnya kita mendaki buat cari mati?! Lurusin niat dong!!!

Kru 4: (menarik lengan baju salah satu dari mereka) Sadar Woy!! Kita udah jalan sejauh ini?!

Kapten: (Wajah Datar) Sudah Cukup! jangan dipaksain!

Semua: (Hening)

Kapten: (Senyum) Sebuah keyakinan tidak akan bercampur dengan keraguan. Mudah – mudahan keraguan kalian tidak bersumber dari kelemahan, begitu juga kemantapan hati kita yang tetap mendaki sampai puncak! (berat Hati) Silahkan, Kembalilah ke rumah masing – masing dengan selamat!

Kru 5+6+7: (Meneteskan Air Mata) Maafkan kami kapten! kami pamit lebih dulu...

***

Petualangan yang lebih menantang pun dimulai. Rute pendakian memasuki Kawasan Hutan Pinus, Tanah Lapang yang ditumbuhi rerumputan, semak belukar, ladang bebatuan, lembah yang licin dan curam, menjumpai Sumber mata air panas, melewati tebing – tebing yang curam, berpapasan dengan Harimau gunung yang tengah istirahat, Air Terjun mini, jalur Lintah (pacet), tanah amblas, taman bunga, dan rute - rute pada umumnya.

***

Padahal Perjalanan malam jauh lebih mencekam dan menantang. namun Derap langkah mereka masih terdengar jelas di malam hari dari balik sarang semut. Darisini Anda bisa menyaksikan pantulan cahaya dari bola mata hewan – hewan karnivora. setiap kali mencapai titik poin tertentu, Sang kapten sering kali melakukan cek ulang anggota; mengenai keutuhan jumlah Kru dan kesiapan melanjutkan perjalanan.

***

Pendakian pun Terhenti di sebuah hamparan luas yang langitnya terbuka, berhiaskan rembulan dan bintang – bintang.

Kapten: (brifing) Bangunlah tenda, kelilingi kawasan kita dengan garam, kita akan berapi unggun ria namun jangan pula terlalu lama karena ada beberapa resiko di dalamnya. siapapun yang mau meninggalkan kawasan ini untuk keperluan buang air, dll, wajib lapor!

Semua Kru: Yooo’i !!

Kapten: (memotivasi) Saya bisa mencium wangi puncak darisini, besok kita akan berjalan dengan santai dan InsyaAllah menjelang sore kita akan sampai dipuncak!

Semua kru: (saling memandang riang) Yooo’i !!

***

> Rute Liar

Semua: (menebas Ranting dan rerumputan yang menghalangi jalan)

Kapten: (mencekam) sejak kasus kematian misterius dua tahun silam, gunung ini sudah lama tidak didaki oleh pendaki manapun, kisah – kisah mistis kembali disandarkan pada gunung ini, rute ini pun menjadi angker dan kembali liar…

Kru 1: (mencekam) gunung ini emang terkenal dengan kisah mistisnya, bahkan menjadi tujuan para dukun dan ahli ilmu hitam lainnya

Kru 3: (mencekam) selain itu terkenal karena rutenya yang sulit ditempuh dan banyak yang tersesat dan wafat

Keu 2: (mencekam) Iya, bahkan sejak memasuki gerbang pendakian, kita gak bertemu seorang manusia pun

Kru 4: (BeTe) Et dah bocah ya? Oi,,,Kagak ada pembicaraan yang lebih positif napa?

Semua: (Ngakak) Wahaha…

Kru 1: (melihat sesuatu di langit) Kapten?! Lihat! Itu Elang putih si Penunjuk jalan?

Kapten: (Senyum) Wah??? Hehe, ternyata, kisah itu benar adanya? Ayo kita buktikan!

***

> Puncak Gunung <

"...Sabda Alam menghanyutkan suasanaku, kadangkala kebosanan mencekam jiwa...
sabda alam berbuat kodrat tak tertahankan, rasa cinta rasa nista berpadu satu..."
(Chrisye: Sabda Alam)

Semua: (Takbir, Tahmid dan Tasbih dalam sujud, Sorak – sorak bergembira, mengibarkan bendera dan menancapkannya, inilah citarasa yang tidak bisa kami ungkapkan dengan kata - kata) YOOO’i! Yooo’i! Yoo’i! yooooooooo...........'i!

Semuanya : (berkeliling dan menghampiri bendera – bendera para pendahulu yang pernah sampai disini)

Kru 1: (Berbangga) ini adalah pencapaian kita yang gemilang!

Semua Kru: Yooo’i

Kru 2: (Berbangga) kitalah tim yang pertama kali sampai disini setelah dua tahun terakhir!

Semua Kru: Yooo’i!

Kru 3: (Berbangga) Kitalah yang terhebat dari yang terhebat!

Semua Kru: Yooo’i!

Mereka pun terus merayakannya, hingga waktu kembali menjadi hening lantaran fokus mereka teralih pada sang kapten yang sejak tadi berdiri terpaku di tepian puncak dengan pandangannya terfokus pada sudut lain dari puncak itu yang terselimuti kabut tipis.

Kapten: (jiper+merinding+bisu+pucat)

Semua Kru: (Heran + cemas) ada apa kapten???

Kapten: (menunjuk sebuah titik lokasi di puncak itu)

Semua: (jiper + Merinding + sport jantung + pucat+ bisu)

Pandangan mereka terbelalak melihat seorang Pemuda berpakaian putih Polos yang tengah duduk bersila (Berdzikir) di atas batu besar beralaskan sajadah tanpa peralatan dan perbekalan mendaki. sempat Terbesit di dalam pikiran mereka tentang Kisah – kisah mistis dari gunung ini, juru kunci, dan Roh Pendaki yang wafat.

Kapten: (Tersadarkan) Melangkah dengan hati – hati ke titik lokasi pemuda itu

Semua kru: (kemelut mencekam) mengikuti di belakang sang kapten

***

Semua: (berdiri membelakangi sang pemuda itu + memperhatikan keseluruhannya)

Kru: (berbisik) sepertinya ia manusia kapten?

Kapten: (menelan ludah+mencoba menyapa)

Pemuda misterius (PM): (segera Menoleh dan berbalik Badan ke arah mereka)

Kapten+Kru: (Kaget+Roboh+terduduk+Bisu+Gemetar)

PM: (Senyum Tulus) Wah? Assalaamu ‘alaikum?!

Kapten+Kru: (Lega) Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakaatuh!

PM: Alhamdulillah, setelah sekian lamanya, akhirnya aku bertemu dengan manusia di puncak gunung ini…

Kapten: (memberanikan diri + menundukkan kepala) Maaf tuan, kami hanya pendaki, apakah tuan Penunggu Gunung ini? (gemetaran)

PM: (gak ngerti) Penunggu? Maksudnya?

Kapten+Kru: (tambah bingung) Jadi sebenarnya tuan siapa?

PM: (Senyum Sembako) aku hanyalah seorang pengembara

Kapten+Kru: (terbelalak) Hah?! Pengembara? (Cuma itu?) Memangnya Darimana asal tuan? Dan hendak kemana?

PM: (Senyum Misterius) aku berasal dari negeri entah berantah, Yakni Zirbad, negrinya para pengembara! Aku sedang menempuh perjalanan ke ibu kota tanah air ini

Semuanya: (Super Bingung?) Negri para pengembara? Negri macam apa itu? Dimanakah itu? ada perlu apa anda ke Ibukota?

PM: (terdiam + keningnya mengkerut)

Kapten+Kru: (penasaran+menunggu jawaban)

PM: (nyengir) Ahh… lupakan saja! Hehe…

Kapten+Kru: (gubrak!)

Kapten: (penasaran) Tuan, dimana perbekalan dan peralatan mendaki anda?

PM: Maksudnya? (memperhatikan peralatan yang mereka bawa + sadar) Oh jadi begitu yah? (bertanya pada diri sendiri) Ayahku pernah menyampaikan Firman Allah Ta’ala, “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik – baik bekal adalah Taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al baqarah (2):197)”

Kru 1: (Gak masuk Akal) Ah Masa Cuma Taqwa? rute kesini kan liar, rumit dan berbahaya?

Kru 2: (logikanya terpatahkan) kami aja nyiapin segalanya untuk pendakian ini, tapi anda, bahkan…Akh! bisa Gila gue!

Kru 4: (prasangka) atau jangan – jangan anda seorang Wali Allah?! gue denger seorang wali memiliki karomah? Dengan karomah itu dia bisa berpindah – pindah tempat secepat kilat sesuka hati!?

PM: Wali Allah? (teringat) Oh ya, Aku pernah membaca Kitab karangan ayahku tentang Biografi Ulama Nusantara. mereka menyebutnya wali Allah. Lho Bukankah para wali itu berasal dari luar dan dalam tanah air ini? Demi berdakwah, mereka menempuh luasnya daratan, terjangnya ombak samudera, gunung – gunung yang tinggi menjulang bahkan tanpa Perbekalan dan peralatan lengkap seperti kalian ini? bukankah itu juga jelas tidak masuk akal?

Kapten+Kru: (Tersadarkan) Oh iya ya?

PM: InsyaAllah mereka itu adalah orang – orang yang Bertaqwa. soalnya dalam kitab tersebut, Ayahku juga Mengutip Firman Allah Ta’ala, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa” (QS. Yunus (10): 62 - 63)”

Semua Kru: (Berpikir keras + saling berbincang antar sesama) Iya emang gak masuk akal sih apa - apa yang telah mereka lakukan…

PM: (Senyum sembako + menyambung) Wahai saudaraku, Ayahku juga pernah berkata mengenai pengalamannya saat mengembara: “sesungguhnya yang terbatas (akal) tidak akan pernah bisa mencapai Ilmu Allah Ta’ala yang tidak terbatas. Sedangkan Kebanyakan kita berbekal berdasarkan kadar logika kita.” Lihatlah semua peralatan kalian itu? mungkin semua itu bisa menjaga kalian dari hal yang Nampak, namun sekali - kali tidak akan pernah bisa mencegah dari yang tidak Nampak yaitu Musibah dan kematian!

Semuanya: (Jlebb! Muhasabah: karena selama ini menreka mengandalkan kemampuan manusiawi dan perhitungan Logika semata dalam mendaki gunung)

Kapten: (tertunduk malu+berendah hati) ternyata, di atas puncak masih ada puncak yang lain. Oh, Wahai Sang Pengembara yang sudah melanglangbuana, Bagaimana caranya anda bisa sampai kesini dengan polos? (senyum harapan) sudikah anda memberikan kami Nasihat?

PM: (senyum) Ayahku selalu berpesan, “Ketika kalian menuju suatu tempat, maka penuhilah Hak – haknya!”

Semuanya: (Maksudnya???)

PM: Sesungguhnya selain Allah adalah Makhluk ciptaan-Nya. Begitu juga gunung ini. mereka senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan sangat risih kepada Manusia yang bermaksiat dan mempersekutukan Allah Ta’ala di dalamnya. Maka, wajar saja jika makhluk – makhluk itu menjadi tidak bersahabat dengan kita.

Semua: (Muhasabah) Astagfirullah…

Kapten: (Penasaran) Tadi anda sampaikan bahwa sebaik – baik bekal perjalanan adalah Taqwa? Apa hubungannya sehingga anda bisa berpetualang sesuka hati dengan polosnya?

PM: (senyum) Ayahku pernah menyampaikan juga bahwa dengan Ketaqwaan Allah Ta’ala akan memuliakan kita dan mencukupkan kebutuhan – kebutuhan kita. Dan Allah Rela kepada Hamba-Nya yang bertaqwa. Ayah pernah membacakan Firman-Nya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),

“dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,

“dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.

(QS. An-Nahl (16): 12 – 17)

Semua: (Muhasabah + berlinang air mata) Alhamdulillah, melalui anda, Allah telah menunjukkan kepada kita Hakikat dari “bersatu dengan Alam” ini…

PM: (Senyum) Aku? Hehe…Entahlah, aku Bahkan tidak tahu apakah aku ini termasuk orang yang bertaqwa atau tidak, karena Allah Ta’ala tidak akan membiarkan Hambanya mencapai gelar Taqwa kecuali dengan Berbagai Ujian di dalamnya.

***

Setelah banyak berbincang,

PM: (Bangkit dan Bersiap Pergi)

Semua: (Hah?) Hey Tuan, Anda Mau kemana lagi?

PM: (Senyum Sembako + Menunjuk Ke salah satu Arah mata angin) melanjutkan Perjalanan, Bertebaran di Muka bumi!

Semua: Bergabung sajalah dalam Tim kami! kita berjalan bersama!

PM: Maaf saya menolaknya. Terimakasih karena ini sudah menjadi Prinsip kami.

Semua: Wah…(Senyum Kagum)

Kapten: Maaf Sebelumnya (Terlupakan), siapakah gerangan Nama sang pengembara ini?

PM: (Senyum) Namaku, Soka bin Muhammad Bin Soleh AZ-Zirbadi, dan kalian bisa memanggilku Soka! (Senyum) Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh! (Mulai Melangkah tanpa menoleh ke belakang)

Semua: (Melambaikan tangan) Wa ‘alaikum salaam warahmatullahi wabarakaatuh!

***

“Teruslah Berjalan! baik dengan terpaksa maupun suka cita, kelak kau pun akan sampai, pada sebuah titik temu dimana sebuah keraguan berubah menjadi kepastian…” (Sang Pengembara)


Link: https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar