Senin, 20 Oktober 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 82


(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. ini Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

Berkata Soka: Ibuku pernah bercerita, beliau berkata: Ayahmu (Muhammad bin Soleh) pernah Bercerita:

“Aku sempat mengalami masa – masa kecil yang indah, sampai pada suatu hari, Aku yang masih kecil, tengah bermain bersama adikku di sekitar sungai Zirbad. Tanpa Aku sadari, Aku membiarkan ia berkeliaran sesuka hatinya. Kami pun kehilangan dia, lalu mencarinya dan menemukannya mengambang di tepian sungai, dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi. Jadilah aku ini satu –satunya pihak yang pantas disalahkan. peristiwa itu mengakibatkan kesedihan yang mendalam di hati ibuku, ia sangat menyesal, jatuh sakit dan wafat. Maka, Yang tersisa tinggalah Aku, Rasa bersalahku, dan ayah. Sejak saat itu, sampai hari ini, aku bahkan sudah lupa bagaimana caranya menembakkan gundu dengan baik.”

***

Muhammad (M): (tengah Merapihkan seisi Rumah dengan sangat teliti)

Ayah: (Geram) aMaaAAd!!! Sini kamu!!! (Teriak)

M: (bergegas Menghampiri)

Ayah: (Wajah Sangar+Menunjuk peralatan makan yang baru dicuci) Lihat tuh?!?! piring masih ada sabunnya?! Pakai Otak klo kerja?! NGERTI GAK?! (bentak+menempeleng) Punya anak goblok banget! (meninggalkan muhammad)

M: (Menundukkan kepala+Bisu+Segera memperbaiki kesalahannya)

“Ayah menjulukiku anak pembawa sial dengan mengaitkannya dengan berbagai musibah yang terjadi di keluarga kami. Ia melarangku bergaul dengan Masyarakat, bermain selayaknya anak – anak pada umumnya, bahkan tidak menyekolahkanku. Ketika itu, Seakan – akan aku melihat diriku berada pada sisi lain dari dunia ini, sendiri berteman sunyi, duka berteman lara, dan sedih berteman perih.”

***

“Ahad pagi, Suasana di luar begitu ramai, orang – orang tengah bergegas ke Masjid Jami’ Lembah Kunang – kunang untuk menyambut kedatangan Syaikh Yunus (Ulama kebanggaan Zirbad) yang akan Berkunjung ke Masjid tersebut dan menyampaikan siraman rohaninya. Aku pun tidak luput dari berita tersebut dan sangat berharap bisa kesana, namun bagaimana mungkin? aku sadar bahwa ayah tidak mungkin mengizinkanku, sedangkan masih banyak tugas darinya yang belum aku tuntaskan? Apa boleh buat, Konyolnya, aku pun nekat kabur.”

***

>> Masjid Jami’ Lembah Kunang – kunang

“di Masjid Jami’, Syaikh Yunus yang berwibawa tengah menyampaikan Nasihat tentang 'Buah - buahan'”

M: (duduk di barisan terdepan, Tegap+manis+Khusyuk)

Syaikh: Ilmu yang baik akan membuahkan amal ibadah yang baik, amal ibadah yang baik akan membuahkan AKhlaq yang baik, sebaik – baik Akhlaq adalah berbhakti kepada kedua orang tua. (Diam sejenak) Ingatlah, Agama itu Hidayah! adapun hidayah terbesar bersumber dari kedua orang tua, siapapun yang berbhakti kepada kedua orang tuanya, maka beruntunglah dia, karena tidak ada sejarahnya Para rosul, Ulama dan orang soleh yang durhaka kepada kedua orang tuanya! (menatap muhammad)

M: (JLEB+Tersinggung sekali+merinding)

Syaikh: (Diam sejenak) Siapa diantara kalian yang datang kesini tanpa restu orang tua?

… Hening …

M: (Jiper namun memberanikan diri mengacungkan Telunjuknya) Aku, Wahai Syaikh!

Syaikh: (Senyum+memejamkan Mata) kemarilah Nak (mengisyaratkan dengan jemarinya)

M: (mendekat)

Syaikh: (Berbisik lembut) Wahai Anakku, Ayahmu sudah menunggu di halaman Masjid, temuilah dia, kembalilah kepadanya, berbhaktilah kepadanya dengan sungguh – sungguh! Mudah – mudahan Allah meridhoimu! (Mencium kening Muhammad)

M: (Gemetar mendengar nama sang Ayah+Heran {bagaimana Syaikh bisa tahu?} +mengucap salam dan berpaling meninggalkan syaikh)

“Benarlah apa yang syaikh katakan. Ayah sudah bersiap menungguku di halaman masjid. Akupun ditarik dan digiringnya dengan kasar ke rumah. Lalu, Sesampainya di rumah, ia mencambukku dengan ikat pinggangnya, sesuka hatinya.”

***

“Suatu Siang yang sejuk, di padang rumput yang cukup jauh dari rumah, aku menggembalakan Domba – domba milik Ayah. Suasana siang itu menggiringku terbaring di bawah pohon rindang dan mengantarkanku tidur sangat lelap. Ketika terbangun, aku segera kembali mengawasi Para Domba. Naasnya, kutemukan domba – domba ayahku berkurang satu ekor. Oh, habislah diriku. aku terus mencarinya dengan penuh kecemasan sampai menjelang maghrib, namun hasilnya nihil.”

***

- di teras rumah, mencekam –

Ayah: (menunggu dengan cemas)

M: (datang beserta gerombolan Domba+mengandangi mereka semua)

Ayah: (Berdiri+menghampiri) sore sekali kamu pulang??? darimana saja kamu?

M: (Keringat dingin)

Ayah: (Curiga+segera meneliti Domba - dombanya) kenapa kurang satu??? (bentak!)

M: (Gugup+gemetar+wajah memucat) Maaf Ayah, tadi amad udah cari tapi,

Ayah: (Langsung Menampar) tapi APAA, Hah??

M: (meneteskan air mata) gak ketemu…(suaranya rintih)

Ayah: (mengambil kayu rotan+memukuli tangan dan kaki Muhammad sampai memar+menghinanya habis - habisan) Pantas saja adikmu mati! Ibumu mati! Disuruh jaga binatang saja kamu gak becus!!! (masih memukulinya)

M: (meronta kesakitan dan menangis)

Ayah: Lama – lama ayah bisa mati gara – gara kebodohan kamu!! (menyeret Muhammad dan mengurungnya di dalam gudang)

***

“semalaman aku digudang, penuh memar dan sangat lapar. Paginya, Kudengar canda tawa gerombolan anak yang melangkah menuju Taman Ilmu Al-Qur’an. hatiku sedih dan bertanya, ‘kapankah saatnya aku seperti mereka?’ tak lama kemudian aku pun pingsan. Aku tidak tahu, apa yang terjadi setelah itu.”

***

“SyaikhYunus semoga Allah merahmatinya, Mengunjungi rumah kami…”

Syaikh: Assalaamu ‘alaikum! (melambai tangan+senyum tulus)

Ayah: (Heran) Wa’alaikum Salaam Warahmatullah wabarakaatuh! (berdiri menyambut) Hal apa yang mengantarkan seorang syaikh ke rumahku?

Syaikh: (bersalaman) Firasat yang baik, InsyaAllah.

Ayah: (penasaran) tentang apa?

Syaikh: (duduk setelah dipersilahkan) tentang anakmu, aku berharap, mudah – mudahan ia menjadi penjaga keluarganya dari api neraka dan menjadi pelita bagi negri ini!

Ayah: (tidak mengerti) Tidak, tidak, dia akan selalu seperti ini sampai aku mati!

Syaikh: (senyum sembako) bagaimana jika kita membuat kesepakatan?

Ayah: Tentang apa?

Syaikh: anda adalah peternak Domba, anakmu sibuk menggembala agar supaya domba – dombamu Layak terjual dengan baik kan?

Ayah: lantas?

Syaikh: aku menawarkan diri menjadi pelanggan dombamu! Aku akan membeli dombamu setiap bulan, dengan syarat, aku diizinkan mengajarkan puteramu dalam sebulan delapan kali pertemuan atau seminggu dua kali pertemuan?

Ayah: (Bimbang)

Syaikh: (senyum sumringah) Tenang saja, aku akan membeli sesuai harga yang engkau tawarkan? Dan kami akan membuka majelis di padang rumput, sehingga anakmu tetap bisa mengawasi domba – dombamu? (senyum) bagaimana? Pikirkanlah baik – baik, bukankah penawaran ini menguntungkan anda?

Ayah: (bingung+shock) tapi tindakan anda ini Sangat mengherankan, namun jika itu yang anda mau, hal itu memang sangat menguntungkanku, (berpikir sejenak) Baik, klo begitu, lakukanlah!

“Dalam kegelapan itu, aku mendengar ayah berbincang dengan seseorang, setelah sadar, ternyata diriku sudah terbaring di dalam rumah, diantara ayah dan Syaikh Yunus. Betapa kagetnya diriku, dan bertanya - tanya, Apa yang dilakukan Syaikh disini?”

Syaikh: (Senyum Tulus) Wah kamu sudah sadar, Apa kabarnya Muhammad?

M: (Senyum terheran - heran) Alhamdulillah Syaikh.

Syaikh: (Senyum) InsyaAllah mulai minggu depan, aku akan mengunjungimu dua kali dalam seminggu untuk mengajarkan Ilmu Agama, apakah kamu bersedia?

M: (mengusap mataku berkali – kali {Mimpi / Nyata?}) Benarkah? (Bahagia dalam kebingungan) Oh, Eh, A, Alhamdulillah, Iya, iya...bersedia Syaikh…

***

- Pertemuan pertama –

Syaikh: (senyum) hai Muhammad, bagaimana hapalan Al – Qur’anmu?

M: (dengan kerendahan hati) Aku belajar membaca dan menghapalkan Al – Qur’an dari ibuku, dan berhasil menghapalnya sejak usia Sembilan tahun, kini usiaku sepuluh tahun. namun aku merahasiakannya dari ayah.

Syaikh: (Senyum kagum) Alhamduillah, baiklah, untuk memulai semuanya, kita akan membagi waktu belajar dengan Muroja’ah hapalanmu dan selebihnya akan aku ajarkan dasar dan cabang ilmu bahasa Arab!

M: (polos) syaikh, kenapa kita harus belajar bahasa Arab?

Syaikh: (Senyum) karena Nabi kita orang Arab, Al – Qur’an berbahasa Arab, begitu juga ilmu – ilmu turunannya pun berbahasa arab. Bahasa arab adalah kunci gudang ilmu agama kita! Maka beruntunglah orang yang bisa menguasainya! Mudah - mudahan kita bukan termasuk golongan keledai pembawa kitab!

M: (gak ngerti) siapakah mereka?

Syaikh: (senyum tulus) orang yang menghapal Al – Qur’an, membaca ayat – ayatnya namun tidak memahaminya. AL – Qur’an hanya indah sampai kerongkongannya saja. padahal ilmu agama itu tertuju pada pengamalan. Sedangkan untuk mengamalkannya dengan baik dan benar, seseorang harus memahaminya.

M: (Senyum Riang penuh semangat) Oooh? Aku akan bersungguh – sungguh Syaikh agar Paham!!!

Syaikh: (Senyum tulus) InsyaAllah.

“Belajar Agama adalah momen - momen yang selalu aku impikan. Pertemuan demi pertemuan diantara kami senantiasa istiqomah. Allah memudahkanku untuk menghapal dan memahami banyak matan – matan kitab berbahas arab dari syaikh. hingga Waktu terus bergulir, tanpa kusadari Umurku terus betambah, namun semakin bertambahnya umurku, justru semakin menambah dahagaku terhadap ilmu agama. Kami senantiasa melakukan pertemuan hingga akhirnya Syaikh Wafat dan memberikan Ijazah sanadnya kepadaku. Semoga Allah merahmatinya dan memberikan manfaat kepada kita melalui beliau dan ilmu beliau di dunia dan akhirat. Aamiin.”

***

“Tibalah Saat umurku dua puluh delapan tahun sedangkan aku masih seperti dulu, selalu dalam perintah dan kekuasaan sang ayah yang kini sudah sangat tua. beberapa tahun terakhir ayah mengalami penurunan kondisi tubuh hingga akhirnya mengalami kelumpuhan, ditambah beberapa bagian tubuhnya terjangkit korengan yang sangat gatal dan menyiksanya. di sisi lain, kemarau panjang menghantui Negri Zirbad, sumber ekonomi kami lumpuh sehingga kami hidup dalam kemiskinan yang berkepanjangan.”

Ayah: (terbaring lemah dalam sakitnya) Amaaad?! Cepetan! Ayah gatel nih! Mana obat kulitnya!!! (teriak gelisah)

M: (menghampiri dengan gelisah) obatnya habis ayah, kita gak punya uang lagi...

Ayah: Arrgghh…(Menggeliat, tak kuasa menahan gatal)

M: (berinisiatif, menjilati koreng di sekitar tubuh ayah dengan lidahnya)

Ayah: (cukup terobati+ mulai merasa nyaman kembali)

“begitulah seterusnya, setiap kali ayah merasa gatal, maka kujilati korengnya, ketika itu pula ia merasa terntram kembali. Alhamdulillah”

***

- Senja kelabu, dalam dialog yang hangat –

Ayah: (kondisi ayah Semakin lemah, berbicara terengah - engah) Ammad, benarkah bahwa setiap yang bernyawa pasti mati?

M: (Mengangguk) Iya, benar.

Ayah: (menarik napas) bagaimana menurutmu jika ayahmu mati?

M: (JLEB+Firasat + memperhatikan ayah) kenapa ayah bicara begitu?

Ayah: (memandang ke langit – langit) Hmm, seakan – akan ayah melihat diri ayah di ambang kematian.

M: (air matanya tiba - tiba meleleh)

Ayah: (heran) kenapa kamu bersedih? Seharusnya kamu bahagia kan? bukankah ayahmu ini banyak menyusahkan mu?

M: bagaimanapun ayah adalah orang tua ammad satu – satunya. Sungguh keridhoan Allah berada pada keridhoan kedua orang tua. amad takut, termasuk orang yang celaka

Ayah: (penasaran) siapakah orang celaka itu?

M: yaitu seseorang yang memiliki orang tua tapi tidak masuk surga, padahal melalui orang tuanyalah InsyaAllah keridhoan Allah bisa diperoleh

Ayah: apakah kamu membenci ayah?

M: (tegas) Tidak!

Ayah: mengapa kamu tidak berpikir untuk membalas dendam?

M: (menggelengkan kepala) Astagfirullah, bagaimana mungkin amad membalas dendam sedangkan membalas kebaikan ayah saja amad tidak bisa?

Ayah: (penasaran) kebaikan Apa yang amad maksud?

M: kebaikan yang tersembunyi di dalam sanubari ayah, dengan kebaikan itu ayah masih mau menganggap amad sebagai anak ayah dan menampung amad di rumah ini?

Ayah: (terharu) Hmph, hehe, lihatlah dirimu itu? kamu sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa lagi berilmu…apakah ini yang dimaksud dengan buah ilmu agama?

M: WaAllahu A’lam

Ayah: bolehkah ayah bertanya sesuatu?

M: Silahkah?

Ayah: Apakah kau benar – benar mencintai orang tuamu? Termasuk ayahmu ini?

M: (meleleh) tentu saja ayah...

Ayah: uraikanlah?

M: sesungguhnya di dunia ini, tiada siapapun yang lebih aku cintai daripada kedua orang tuaku sendiri dan tiada cinta yang lebih aku harapkan melainkan cinta orang tua kepada anaknya? adapun cinta kepada Allah dan Rosul-Nya di atas segala - galanya.

Ayah: (terpejam menahan haru) Lantas, bagaimana caramu berbhakti kepada kami setelah kami meninggalkan dunia ini?

M: maka aku akan selalu menyertai nama kalian di setiap do’aku, di setiap pagi, siang, sore dan malam hari, dalam keadaan berdiri, duduk dan terbaring, baik dalam kesulitan dan kemudahan hidup, selama – lamanya! dan aku akan sertakan nama kalian dalam setiap niat ibadah dan sodaqahku, mudah – mudahan Allah menjadikan Do’a- do’aku dan amal ibadahku sebagai penerang kuburan kalian, menaungi kalian dari panasnya Padang Mahsyar dan memberatkan timbangan amal kebaikan kalian di sisi Allah sehingga kelak kita bisa bersama – sama kembali pulang ke kampung halaman nenek moyang kita, di surga sana, tentunya bersama almarhumah adikku tersayang…

Ayah: (terharu+tersedu – sedu)
Terimakasih,,,Terimakasih,,,Terimakasih,,, Wahai Ustadz Muhammad.

M: Ayah, tidak ada kewajiban bagimu untuk berterima kasih kepadaku…dan aku ini bukanlah seorang Ustadz melainkan anakmu

Ayah: (terenyuh) Ammad, jika ayah mati, mengembaralah sesuka hatimu! Carilah ilmu sampai keliang lahad!

M: (mengheningkan cipta) InsyaAllah…

Ayah: (Berlinang Air mata+merintih+menatap ke langit - langit) Saksikanlah ya… Allah… bahwa anakku ini adalah anak yang berbhakti kepada kedua orang tuanya!

M: (terharu+memeluk erat ayah+bercucuran air mata)

Ayah: (tersedu - sedu) Ayah bangga menjadi orang tuamu, kelak Ayah dan ibumu akan membanggakan namamu di hadapan Allah sebagai anak yang berbhakti kepada kedua orang tuanya!

***

“ Keesokan harinya, menjelang subuh, beliau pun Wafat, ketika itu, barulah aku sadar bahwa aku adalah anak yang paling beruntung karena terlahir dari orang tua seperti beliau ini, wahai istriku, terkadang rasa cinta itu tidak selalu tersurat, namun tersirat, sebagaimana kedudukan hikmah dalam setiap fase kehidupan. Berkat orang tuaku, Maka jadilah aku ini anak yang tahan banting melalui berbagai macam cobaan kehidupan. Semua itu, tidak akan terjadi sekiranya aku tidak terlahir dari orang tua seperti mereka. Mudah – mudahan Allah menjadikan kuburan mereka Taman diantara taman – taman Surga. Mengangkat derajat mereka kepada derajat orang – orang soleh. Aamiin. Mari kita kirimkan Al – Fatihah untuk orang tua kita…”

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 81

(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. ini Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

"Episode ini adalah Bagian terluar dari cerita namun mengiringi cerita" (Penulis)

>> RADIO ZIRBAD <<

Entah orang gila mana yang saat itu mengekspresikan buah pikirannya untuk mendirikan Radio ini? Yang jelas, sampai saat ini kita masih bisa menikmati serangkaian peristiwa mengenai perjalanan hidup para pengembara dari kesultanan Zirbad, di berbagai Penjuru dunia melalui siaran Radio ZIRBAD.

***

Disini, padang ilalang itu terlihat indah dan sangat luas karena sejauh mata memandang hanya merekalah yang bisa kita lihat. ketika angin berhembus, padang ilalang itu menari-nari Menyambut iringan gelombang angin yang menghampirinya, seakan-akan menyerupai gelombang lautan yang indah. berbeda, ketika sang malam tiba, padang ilalang itu begitu mencekam, Seakan-akan Ada sejuta rahasia yang menyelimutinya.

Siapapun tidak akan mengira <namanya juga imajinasi>, bahwa di tengah - tengah padang ilalang seluas itu, berdiri sebuah rumah yang terbuat dari bahan dasar kayu Balo merah, yang tengah melaksanakan tugasnya. Rumah itu terdiri dari beberapa ruangan. Ruang istirahat berkapasitas tiga orang, Ruang Memasak, Ruang Tamu, Ruang penyiaran, kamar mandi dan gudang Arsip. Adapun di gudang arsip tertumpuk berbagai macam Arsip, seperti lembaran-lembaran kertas, manuskrip, botol, kaleng, dan surat - surat dengan jumlah besar yang menyerupai gundukan sampah. Selain itu, di sudut atap rumah yang terbuat dari jerami itu terpasang sebuah antena yang menyerupai parabola atau sejenisnya.

***

Saat itu, Suhu di luar terasa dingin. Anehnya, Di langit, dewi malam telanjang bulat <Mudah – mudahan tidak masuk angin>. Jarum jam menunjukkan pukul 00.00 WZ. (Waktu Zirbad)

>> di Ruangan Penyiaran, Hening...

Telah duduk dua ’Makhluk Tanah’ dengan manis, yakni sepasang penyiar yang belum pernah ada di radio mana pun <karena tidak ada satu radio pun yang mau menerima mereka sebagai penyiar>, di depan meja siaran bersama dua cangkir kopi hitam kupu – kupu. Salah satu diantara mereka bernama Zaman, kunyahnya [nama Panggilan] adalah ’Akhir Zaman’. Selainnya bernama Imam, Kunyahnya adalah ’Imam Masbuq’. Mudah – mudahan mereka ditunjukan kepada jalan yang lurus dan para pendengar dianugerahi kesabaran dalam menyimak siaran ini.

***

... Siaran di mulai...

Zaman+imam : (membuka lembaran-lembaran yang ada di hadapan mereka + Membaca Al-fatihah+Shalawat+berdiri tegap)
Assalaamu’alaikum Wr.Wb. kami ucapkan kepada anda sekalian para penggemar kehidupan para pengembara atau biasa kami sapa dengan sebutan Mustami’un?! juga bagi para Mustami’un yang baru mengetahui atau menemukan keberadaan siaran priodik ini di RADIO ZIRBAD, Siarannya para pengembara!!!
(Suara Datar+Kaku+bercucuran keringat)

Zaman : (masuk) E...Para Mustami’un yang budiman dan rajin menabung!
mungkin istilah siaran priodik bagi para Mustami’un baru, masih agak membingungkan yah? Saya pun mengalami hal yang sama <Gagal ngeLawak>. Ehm, Maksudnya, siaran ini tidak disiarkan secara Live atau On Air, setiap hari atau setiap waktu, melainkan setiap priode dalam bentuk rekaman. (ngelap keringat)

Imam : (Ganti) Teknisnya, siaran ini disiarkan berdasarkan sumber-sumber yang kami peroleh setelah diolah dengan sedemikian rupa. Sedangkan proses pengumpulan dan pengolahannya memakan banyak waktu, <waktu kok dimakan?> sehingga sementara ini, siaran ini belum mampu menyiarkan siarannya secara Up To Date! (ngelap keringat)

Zaman+Imam : (Salah baca, longkap Naskah) ini soal Loyalitas! (teriak+tegas!!) <Dasar, Jaka sembung bawa golok!>

Zaman : (Masuk) E... Maka dari itu, tidak ada seorang pun yang ingin menggantikan posisi kami sebagai penyiar tetap disini (seraya menatap kawan siarannya + senyum dingin) <ya jelas aja, kontraknya seumur hidup>

Imam : (Ganti+membalas senyum dingin) Semua yang sudah terlanjur seperti ini bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Mungkin kalian akan mengerti bila menjadi kami...hanya saja mereka tak pernah mau mengerti <Et dah, dia Curcol>

Zaman : (ganti) E... para Mustami’un yang Qanaah!
kita kembali ke topik! <topik yang mana?> seperti biasa, kami akan Menceritakan, menginformasikan dan membawa anda terhanyut dalam kisah perjalanan para pengembara yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia yang bersumber dari Manuskrip-manuskrip, jejak-jejak sejarah, Folklor, Riwayat bersanad, hikayat, kabar burung, kabar yang dibawakan oleh burung, pesan dari negeri bawah angin, kabar dari lautan, Surat kaleng, buah bibir, rumput yang bergoyang, kesaksian para saksi dan lain sebagainya.

Imam : (ganti) Termasuk kabar ghaaib! <Stress >

Zaman : (Ganti) E... Bisa jadi. <sama – sama stress>

Imam : (ganti) Perlu Mustami’un sekalian ketahui, bahwa kisah dan informasi yang dikaji dan dibahas di siaran ini, kemungkinan besar tidak akan kalian temukan di media manapun <Ya jelaslah, Wong alamnya juga beda>, tempat anda menjalani hidup sehari-hari layaknya manusia pada umumnya! <Maklum, ni penyiar dari golongan manusia khusus>

Zaman : (ganti) E... Benar sekali <bener – bener ngaco kali?>. Biasanya, tanpa Mustami’un sadari, ketika anda mencoba terhanyut dalam siaran ini, anda akan dipaksa untuk menyerahkan seluruh hati dan pikiran anda sekalian, bahkan jiwa dan raga untuk meresapi apa yang sebenarnya terjadi di dunia yang entah berantah ada dimana? <Awas calo aliran sesat!>

Imam : (ganti) Anda tidak percaya??? Apalagi kami!!! <Ngaco!!!>

Terdiam sejenak seraya merapihkan lembaran-lembaran naskah yang berantakan...

Zaman+Imam : kembali lagi bersama...

Zaman: (Masuk) E..saya, Zaman. Salam kenal <gak nanya?>

Imam: (ganti) dan saya Imam

Zaman: (ganti) E... Oke, Mustami’un yang Zuhud dan Wara'!
kali ini Radio Zirbad akan menceritakan Sebuah kisah pengembaraan Soka bin Muhammad bin Soleh Az-zirbadi yang telah diketahui sebelumnya bahwa beliau baru menginjakkan kakinya di ibu kota nusantara, Jakarta.

Imam : (ganti) Menarik sekali untuk ditelaah kisah demi kisahnya!

Zaman: (Ganti+salah baca naskah) E..Nah betul itu! tulisan-tulisan dan kabar-kabar dari merekalah yang menjadi salah satu sumber kisah di siaran tertulis ini. Sedangkan tugas tim kreatif adalah mencari potongan-potongan kisah yang tersebar dari berbagai tempat dengan berbagai cara. <Gagal Fokus>

Imam : (Ganti+Bingung) uhuk (keselek rangginang) Mustami’un yang baik hati dan tidak sombong!
Semua ini tidak semudah yang anda pikirkan!

Mr.Rius: (sedari tadi duduk di belakang para penyiar) Ehm!

Imam+Zaman: (Kaget) Oh, Maaf, ternyata tamu yang ditunggu telah datang! (bersalaman+cipika-cipiki)

Zaman: (Masuk) E...lho tadi masuk lewat mana Mister?

MR.rius: (ganti) saya sudah berkali - kali ketuk pintu tapi tidak ada yang menyahut, jadi saya masuk lewat cerobong asap. <sinter clause kali>

Imam: (Masuk) Hmm, kenapa gak lewat solokan aja Misterr?<Ahay>

Mr.rius: (Cold)

Zaman: (Menahan Tawa geli)

Imam: (lanjut) Para Mustami’un, beliau inilah penulis Buku yang berisikan kisah-kisah hidup Para pengembara Zirbad, termasuk soka az-zirbadi. Nama beliau Mister-Rius. kedatangannya, sebagai narasumber utama yang akan menyampaikan kisah pengembaraan soka sampai tamat, selain itu, selama proses penceritaan, akan banyak terjadi diskusi diantara kami, untuk itu...

Imam+Zaman: (berdiri tegap+teriak!) Mari kita simak kelanjutan kisahnya!!!

Kamis, 17 Juli 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 80



- NaBi Musa a.s. yang diizinkan berbicara dengan Allah Ta'ala di Dunia, Masih disuruh Ngaji (Belajar Agama) kepada Nabi Khidir a.s.
- NaBi Muhammad SAW Sang Penutup Para Nabi, Senantiasa Ngaji kepada Malaikat Jibril a.s.
- ImAm Abu Hanifah pencipta Ilmu Fiqih ngaji kepada Imam Hammad bin Salamah sampai salah satu diantara mereka wafat (kira - kira: 18 tahun)
- ImAm Syafi'i Ngaji kepada Imam Malik yang Ahli Hadits dunia saat itu, sampai Imam Malik Wafat (kira - kira 10 tahun)
- SEtAn juga ngaji (untuk menyesatkan Manusia) kepada Iblis Laknatullah, sampai hari kiamat

EH,,,Yang Bukan Nabi juga bukan Ulama, tapi maunya masuk surga, ditanya:

Soka: (Baru pulang Ngaji) Lagi Ngapain bro?

Soki: Lagi MeRRRess Tape.

Soka: Lho Kok Gak Berangkat Ngaji?

Soki: UdAh LuLuS...(sambil meres tape)

Soka: (!@#$%^&*())

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 79

#DIALOG HIKMAH#



Soki: Pada Dasarnya, sebelum menjadi Manusia Utuh kita adalah Kera yang ber-Evoluasi menjadi Manusia dengan melalui berbagai macam proses dalam waktu yang lama.

Soka: (Polos) Wuidih, Hebat, Terus sebelum menjadi Kera, bentuk kita apa? sebelumnya lagi dan sebelumnya lagi apa?

Soki: (Loading.....)

Soka: Ah lelet, Buruan Jawab Nyet?!

Soki: (Geram) Kamu menghina saya?!

Soka: (Polos) Lho kok monyet marah dipanggil monyet? bukannya situ yang bilang berasal dari monyet?!

Soki: saya itu Kera bukan Monyet. selain itu saya sudah menjadi manusia utuh!

Soka: Ya elah, baru keturunan Kera aja belagu!

Soki: Jangan sombong, kamu pun berasal dari Kera!

Soka: Walah, jangan bawa - bawa saya! jelek - jelek begini Keturunan Nabi Adam A.S.! Manusia coy, bukan kera!

Soki: (Senyum Kesemek) klo begitu sebelum jadi Nabi Adam, bentuknya apa?

Soka: Tanah.

Soki: Lho kok bisa jadi Manusia?

Soka: Karena ada yang menciptakan, yakni Allah Ta'ala

Soki: Siapa yang menciptakan Allah?

Soka: Allah, Tabaraka wa Ta'ala ada sebelum segala sesuatu (By: Imam Abu Hanifah)

Soki: Apakah kamu bisa memberikan bukti dari dunia nyata untuk menjelaskan Masalah ini?

Soka: Angka berapa sebelum Tiga?

Soki: Dua

Soka: Sebelum Dua?

Soki: Satu

Soka: sebelum Satu?

Soki: Tidak ada atau Nol atau Kosong...

Soka: (Senyum Sembako) Jika angka satu saja tidak didahului oleh sesuatu pun, lalu bagaimana dengan Dzat yang Maha satu yang Hakiki, yaitu Allah Ta'ala? Dia adalah dzat yang terdahulu, tidak ada yang mendahului keberadaanNya! (By: Imam Abu Hanifah)

Soki: (Bisu)

Soka: Giliran ane, klo memang Kita adalah Hasil dari Evolusi Kera, mengapa masih banyak Kera berkeliaran di sekitar kita? mereka hidup lalu mati dan tidak berevolusi?

Soki: (Ngeles) itu beda spesies atau mungkin mereka gagal berevolusi atau...

Soka: Ah...Ngaco Ah, cukup, cukup. klo begitu, bagimu pendapatmu bagiku pendapatku. jadi kesimpulannya kamu Keturunan Kera dan saya Keturunan Nabi Adam!

Soki: (Jengkel) apa bedanya? pada akhirnya kita juga manusia

Soka: Ya jelas Beda Kampung Halamannya nanti di AkhiraaT. menurut keyakinan kami, Kita semua keturunan Nabi Adam (yang Selamat), Pulang kampungnya ke Surga. Nah lho, Nanti di akhirat Keturunan Kera Pulang kampungnya kemana? cari aja sendiri, hehe...

Sabtu, 05 Juli 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 78



* Suami Otak Kiri

Anak: (Babak belur pulang tawuran)

Soki: (Geram + menenggelamkan kepalanya di bak Mandi berkali - kali+ Memenjarakannya di Gudang Rumah)

* Suami Otak Kanan

Abdullah:
“Ini sedikit cerita tentang babeh ane. Beliau seorang Ahli Ilmu Agama (Fiqih) yang mengajarkan ilmunya kepada Masyarakat. Masa Senjanya sibuk Belajar dan Mengajar. Akhlaq sama orang tuanya bagus banget, klo ngadepin kelakuan anaknya juga sabar. Beliau Ayah sekaligus Guru bagi ane. Masyarakat Biasa Panggil Beliau, Kiyai.”

***

Jakarta Saat itu jauh dari Kesejahteraan dan Kedamaian. Demoralisasi meluas di setiap sisi dan sudut kota ini. Tawuran menjadi ‘Games’ Harga diri bagi Para pemudanya, termasuk Abdullah.

Soka: (Khawatir) Dul, mau kmn lo?

Dul: (Ngeles) Ada Urusan Beh (Acuh dan segera Pergi)

***

- Sepulangnya dari urusan –

Dul: (Babak Belur+Masuk Rumah)

SOka: (Berdiri tepat di balik pintu) Oh, jadi ini urusan lo?

Dul: (Berpaling+Acuh+berjalan menuju kamar)

Soka: Dul, Bukannya Lo udah khatam Kitab Riyadhus Sholihin? (sindiran)

Dul: (Nyolot) Terus kenape???

Nyak: (nenangin babeh) Udah, udah, babeh ayo duduk dulu yak? Biar adem atinya (mengajak duduk)

Soka: (Ngelus dada) Astagfirullah lulusan pesantren kok begitu...

Nyak: (ikut bersedih) Sabar ya beh, Maklum anak muda…

***

- Suatu hari, rapat keluarga –

Soka: Dul, sebagai Ayah, Babeh udah penuhi kebutuhan pendidikan ilmu agama lo. Sekarang, semuanya terserah lo deh karna lo juga udah gede. tapi Tenang aje, Babeh bakal tetep penuhi kebutuhan lo kok sampe mapan. Tapi babeh Cuma minta satu hal aja?!

Dul: (Nyimak) Apa tuh beh?

Soka: jangan pernah sekali – kali lo mati dalam keadaan Berdosa! Mau gimana kek caranya, lo gak boleh mati dalam keadaan berdosa! Itu juga klo lo mau babeh ama enyak lo ridho!

Dul: (berpikir pendek, Terpatri di Hati) Iya InsyaAllah beh

Soka: (Senyum Misterius)

Nyak: (melirik babeh???)

Soka: (Isarat: ‘tenang aje’)

***

- Akan terjadi tawuran besar dimana dul terlibat di dalamnya –

Dul: (bergegas keluar Rumah)

Soka: (Mencegat + memandang dengan isarat)

Dul: (Geleng kepala+Tegas) Ini soal Harga Diri Beh!

Soka: (Senyum sinis) Wuidih, Hebat, hebat! Pengangguran ngomong soal Harga diri?! Mendingan lo Demonstrasi soal Harga Minyak!

Dul: (berpaling+Acuh+pergi)

Soka: (Teriak) Woy Dul, Inget kesepakatan kita!!!

Dul: (selalu ingat)

- Di majelis Soka –

Masyarakat: (tergesa – gesa menghampiri) Kiyai, Dul!!! (terengah - engah)

Soka: (tenang) Kenape dul?

Murid: (gugup) itu, dia ikut tawuran disana!

Soka: (Tenang) masih hidup kan?

Murid: (Tegas) SEKARAT!

Soka: (Bangkit dan bergegas menuju TKP)

***

Hari berganti Hari, di rumah....

Dul: (terbaring kaku+terbalut luka - luka+tulang kakinya patah)

Soka: (Senyum Sembako) gpp dul, lo udah tepatin janji lo ma babeh, itu udah cukup! (terharu)

Sepanjang waktu babeh dan nyak merawat dul. menyuapinya makan, membimbingnya buang air, nyebokin, memotivasinya dengan penuh kasih sayang tanpa keluhan, seperti Sedia dulu kala ketika dul masih bayi. mereka tidak henti - hentinya berdo'a untuk kesehatan dan kebaikan anaknya. dul mulai bermuhasabah. Perlahan - lahan semua itu merobohkan tembok keangkuhannya, membuka cakrawala pikirannya dan menyadarkannya betapa tinggi derajat dan kasih sayang orang tua. ia pun mulai mengingat kembali harapan babehnya. babehnya selalu berharap kelak dul yang menggantikannya memimpin majelis ilmu.

***

Dul: (dalam pembaringannya) Beh, bisa ajarin dul ilmu Fiqih?

Soka: (Terkejut bukan main??? Senyum Sumringah + Semangat) Oh, Ayo!!! siapa takut?! Hehe...

Dul: (senyum) tapi dul gak bisa nyakalin (memberikan syakal), dul dengerin aje yak sambil berbaring?

Soka: Gpp, belajar menurut kesanggupan dul aje.

***

Agama itu Hidayah. Sumber Hidayah terbesar adalah Orang Tua. Allah Ta'ala gak berteori, jika dia berkehendak, maka jadilah!
(KH. Abdul karim bin abdul Hamid Addary)

Masa - masa sulit yang dialami Dul, dilaluinya sembari belajar Agama kepada Babehnya. Sang babeh pun penuh semangat dan suka cita mengajarkannya. Ilmu agama pun perlahan - lahan menarik dul kepada Keikhlasan. ia mulai membuat dul jatuh cinta sehingga setelah sembuh dari sakitnya pun dul senantiasa belajar terus - menerus dengan tekun dan jarang keluar rumah kecuali untuk keperluan ibadah.

***

- di majelis Ilmu sepeninggal (Wafatnya) sang Kiyai -

Masyarakat: (menunggu dengan penasaran) siapa yang gantiin kiyai?

Kordinator: kata Umi (istri kiyai), pengganti kiyai udah ada, beliau ngajar hari ini, tungguin aja deh!

"Assalaamu 'alaikum!" terdengar salam yang tidak asing lagi.

Masyarakat: (sontak menjawab) Wa'alaikum Salaam Wr.Wb. (terkejut) Lah? jadi lo dul yang gantiin Kiyai?

Dul: (Senyum Tulus) iye, ini amanah dari babeh. (duduk lesehan di tempat Kiyai) jadi gimana? masih pada mau ngaji?!

Masyarakat: (teringat Masa lalu Dul yang suram, saling melirik, Bisu)

Dul: (Menghela nafas, Senyum Sembako) ane cuma memenuhi amanah, klo pada mau pulang silahkan, yang mau ngaji, kita lanjut?!

Masyarakat: (apa salahnya mencoba) Lanjut dul!

"Buah tidak jatuh jauh dari pohonya". Pengajian pun dimulai dengan Asma Allah, do'a2, menyelipkan kisah - kisah hikmah, canda tawa, bahasa yang ringan tapi dalam, istilah - istilah yang uniq, dan kasus - kasus Fiqih terkini. inilah hasil kaderisasi sang Ayah. hal itu membuat masyarakat betah.

***

waktu demi waktu majelisnya mulai dipenuhi pemuda se-tawurannya bahkan lawan - lawannya. dul mulai sibuk dengan belajar dan mengajar. kelak ia akan menjadi Guru bagi Soka (Episode Keliling Dunia)

Dul: Kata Enyak, babeh sepanjang hidupnya selalu membaca do'a ini buat istri dan anaknya. nyok tiap abis ngaji, kita doa rame - rame!

Dul dan Masyarakat: (Mengangkat tangan)

رَبَّÙ†َا Ù‡َبْ Ù„َÙ†َا Ù…ِÙ†ْ Ø£َزْÙˆَاجِÙ†َا ÙˆَØ°ُرِّÙŠَّاتِÙ†َا Ù‚ُرَّØ©َ Ø£َعْÙŠُÙ†ٍ ÙˆَاجْعَÙ„ْÙ†َا Ù„ِÙ„ْÙ…ُتَّÙ‚ِينَ Ø¥ِÙ…َامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al – Furqan: 74)

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 77


(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. ini Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

Sebuah Syair: "Garisan Sang Pengembara"

"Ketika Aku harus hidup di dunia yang Fana ini 
dan Ketika Aku harus menghadapi rintangan di Masa ini

Aku Akan pergi, Meresapi semua yang terjadi 
dan membuang semua beban - beban di Masa ini
Aku Kembali saat diriku lebih dewasa
dan menghadapi rintangan di masa ini

Ketika aku harus kembali dari perjalanan ini
dan ketika aku harus menghadapi rintangan di masa ini

Aku hadapi semua rintangan di masa ini
dari semua yang kualami di perjalananku
Aku akan Bahagia apabila semuanya berakhir
seperti yang kuharapkan selama ini

Kini aku sendiri, berdiri sendiri, takkan kubiarkan mereka bersimpati
dah hari ini aku merasa lebih dewasa dan terus - terus dewasa
Takkan kubiarkan diriku terjatuh hingga terseret kefanaan ini
dan akan terus kuhancurkan musuh - musuh hidupku, dan terus kuhancurkan!

(Karya: Ogey_peace)

***

Lautan telah disebranginnya, Beberapa gunung telah didakinya, Menembus Hutan Belantara, Menyusuri Sungai, Singgah di beberapa Desa sampai menaiki Kendaraan yang belum pernah dilihat di Wilayah Kesultanannya, Yakni Mobil (Bus), hingga sampailah Soka di Ibu Kota Nusantara (DKI Jakarta).

sejak memasuki Ibu kota, pandangan Soka senantiasa merekam setiap sisi dan sudut kota tersebut, mencoba menakwilkan bagian demi bagian agar menghasilkan sebuah tafsiran yang baik terhadap situasi dan kondisi tempat dimana ia akan mencari ilmu dan merubah Nasibnya. Dahulu, di kota inilah Sang Ayah (Muhammad bin Soleh) mengadu Nasib.

Perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki mengelilingi pusat kota. sering kali soka terkagum dan terheran dengan hal - hal yang baru ia lihat. hal ini lumrah terjadi bagi mereka yang berangkat dari kawasan tertentu menuju kawasan tertentu dengan perbedaan yang mencolok dari apa yang mereka ketahui dan pahami tentang sesuatu. Adapun kesultanan Zirbad (Tempat kelahiran dan tumbuhnya soka) adalah kesultanan Islam yang menjaga Akhlaqul Karimah, Para Wanitanya menjunjung tinggi 'Hijab', dan menumpas segala bentuk kemaksiatan yang dilakukan terang - terangan. adapun di ibu kota ini, soka merekam banyak hal yang ia anggap baru.

***

Dewi Malam mulai menampakkan keelokannya, rasa penasaran telah berganti letih, soka yang kehilangan arah pun memutuskan istirahat di Halte sebelah Warung Klontongan yang kebetulan sedang ramai karena perjudian dan Pesta Miras.

Soka: (Menghampiri + senyum) Permisi Tuan - tuan, Bolehkah saya Sejenak beristirahat disini?

................. hening .........

Masyarakat: (Memperhatikan keadaanya+memahaminya) Oya, silahkan Bang! tiduran aja noh disana yak?! klo mau minum tinggal minta aja kesini!

Soka: (Senyum Bahagia, berkata dalam hati: sambutan yang baik)

***

Belum lama soka berlayar di Alam mimpi, tiba - tiba gerombolan Pria berpakaian serba Hitam, sambil terus Menyerukan 'Takbir' menyerbu Warung tersebut dan menghancurkannya. Soka Terbangun dan Terbelalak menyaksikan peristiwa itu. Apesnya, ia dan semua orang yang berada di sekitar warung itu dikeroyok tanpa ampun, tak berkutik, hingga babak belur.

***

- Kawasan Padat Penduduk, Pemukiman Pengamen, Jembatan Lima -

Soka: (sadar) Allahu Akbar?! dimana? dimana? (bingung)

Alam: (Tanggap) Wuish, tenang Bang, kau aman disini? ini rumah kita

Soka: (memperhatikan Mereka + seisi Rumahnya) Alhamdulillah...(mulai tenang) AUWW!!! (Luka - lukanya baru terasa sakit)

Surya: Tenang dulu Bang, abang baru jadi korban keroyokan, jadi badannya pada luka!

Soka: Innalillahi...(meratap) ngomong - ngomong, siapa kalian?

Alam: (Senyum Misterius) Oh, Aku Alam, keturunan kesekian dari Kerajaan Pagaruyung di Minang Kabau (Ah Masa?)

Surya: (Senyum Misterius) Aku Suryawarman, keturunan kesekian dari Kerajaan Tarumanegara! (yang bener?)

Soka: (Terkejut) Wah? Benarkah?! jadi, kalian anak Raja?! dimana Istananya?

Surya+Alam: (Murung) Yah... sudah lama kami tinggalin demi perantauan

Soka: (terheran) Meninggalkan Kerajaan demi Perantauan?

Surya+Alam: (Geleng KEpala) Susah, susah dijelasinnya...

Soka: (Menyimpulkan) Oh... jadi kalian orang - orang yang terbuang yah?

Surya+Alam: (Jleebbb + Senyum Kesemek) Et Dah,,,,Abang sendiri bagaimana?

SOka: Nama Sy Soka, Saya Seorang Pengembara dari Wilayah Kesultanan Zirbad

Surya+Alam: Oh??? (Cengok sejenak, saling menatap, Menahan Ketawa+ Ngakak) Wakakak...(guling - gulingan) Kesultanan Zirbad? (saling menatap) Wakaka... (lompat - lompat jongkok) KIta punya teman baru, wahaha...

Surya: (Membahas) Hadeuh, 'Orang Susah' emang gak jauh dari khayalan...

Alam: (Menanggapi) Menurutku, Justru Khayalan yang buat orang jadi susah!

Surya: (Menanggapi) Justru Kesusahan yang buat orang jadi banyak berkhayal!

...........Yah, Debat Kusir Deh ................

Soka: (Memotong, senyum tulus) Ehm, Ehm, Terimakasih banyak atas bantuan kalian!

Surya+Alam: (Tersadarkan, Menenangkan diri, Membalas Senyum) Terimakasih kembali. sesama perantau, kita harus saling berbagi!

Soka: (Terharu, Mengingat) Oya,siapakah gerangan gerombolan orang tadi?

Surya: (Analisis) menurut Kita, berdasarkan Penampilan dan gerak - geriknya, mereka sepertinya dari Pasukan Negara Islam, yang ingin mewujudkan Negara Islam dengan Menerapkan Gerakan Anti Maksiat dan lainnya

Soka: (heran) kenapa mereka serta merta menyerbu? bahkan saya pun kena getahnya?

Alam: (Cletuk) salah sendiri, abang kenapa tidur disana? serbuan tak pandang bulu. untung kami bawa kemari...

Soka: (Berpikir Keras) Apakah itu dibenarkan dalam Islam?

Surya: (No coment)

Soka: (pikirannya menerawang) Hmmmph...

Alam: Ck, aduh mikir terus kalian ini macam pengamat, ayolah kita makan hidangan ini! kita rayakan kehadiran saudara baru kita ini!

SOka+Surya+Alam: (Makan Bersama)

***

" Persinggahan dan Peraduan Nasib Soka pun sudah akan dimulai "

................................Bersambung.........................

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 76



Ilmu berperan penting dalam mempengaruhi ‘cara pandang’ seseorang. Dalam Prosesnya, ‘cara pandang’ berawal dari ‘melihat’, lalu menyimpan, menganalisis (mengklasifikasi dan mengklarifikasi), mempertimbangkan berdasarkan Hati, selanjutnya memutuskan. Namun pada kenyataannya, untuk melalui tahap demi tahap tesebut membutuhkan waktu yang cukup.

Mari Kita ambil sebuah kasus tentang 'Barang Sisa'. Pada umumnya Manusia Melihat 'Barang sisa' sebagai sampah, namun Segilintir Manusia justru melihatnya sebagai potensi. Perhatikan, Berapa banyak orang yang ‘melihat’ sampah di lingkungan mereka? Namun berapa banyak yang berhasil mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat? Ini persoalan ‘cara pandang’. Seseorang yang memahami ilmu tentang mengelola sampah akan memiliki cara pandang berbeda mengenai sampah dibandingkan dengan mereka yang tidak berilmu. Baginya, ketika ‘melihat’ Gunungan sampah maka tergambarlah Sketsa Perencanaan sampah di dalam otaknya, lalu ia akan Mulai mengklasifikasi gunungan sampah itu dalam beberapa kategori dan mengklarifikasi berdasarkan nalarnya untuk selanjutnya dipertimbangkan berdasarkan Hati sehingga lahirlah sebuah keputusan yang kelak menghasilkan Buah Pemikiran. WaAllahu A'lam.

* SUAMI OTAK KIRI

Soki: (Baru pulang kantor + masuk Rumah dan mendapati anak balitanya tiada) Lho, Mah si dede dimana (Nada Gelisah)?

Mamah: (Terbangun Kaget) Hah? Tadi disini pah sama mamah?

Mereka pun mulai mencari. Ternyata, si balita tertidur di Warung internet sebelah rumah.

- Di rumah -

Soki: (Gerutu) Argh Dasar TOLOL!

Mamah: (Tersinggung) Siapa yang TOLOL, Pah?!(Nada tinggi)

Soki: (berpaling) siapa lagi klo bukan kamu!! Bisa – bisanya anak ketiduran di Warnet?! Emangnya Kerjaan kamu apa sih? Cuma ngurus satu anak aja gak becus!

Mamah: (Emosi Bocor) Oh, jadi begini cara papah menghargai mamah? Aku yang tiap pagi buta sudah bangun, nyiapin keperluan kita, belanja, masak, nyuci, berbenah rumah, mengasuh anak dan melayani kamu, terus kamu bilang TOLOL?!!! (Bentak)

Soki: (Berkelit) Ya...Papah juga capek, Kamu ngertiin Papah dong! Papah ini seharian kerja banting tulang buat cari nafkah!

Mamah: (Heran) Lho Harusnya papah yang ngertiin Mamah! Klo kegiatan Papah Cuma nyari nafkah, ngebujang aja!

Soki: (Grrr..) Oh jadi begitu mah?! jadi itu yang kamu mau?

Mamah: (Terdiam + berlinang air mata) Astagfirullah pah, Mikir dong! Maksud mamah, Kamu itu kan suami aku dan bapak anak kita, bijaklah sedikit, aku ini bukan Pembantu Rumah Tangga!

Soki: ( Kicep )

* SUAMI OTAK KANAN

- Ba'da Subuh -

Soka: (Menenteng Keranjang Belanja sambil Berjalan Menuju Pasar)

Soni (Tetangga Jauh): (Kebetulan bangun Pagi+Terheran) Assalaamu 'alaikum! Lho Pak Ustadz mau kemana? (Nyengir)

Soka: (Senyum + Menghampiri) Wa'alaikum Salaam Wr.Wb.Wm.Wr. biasa, Belanja ke pasar...Lho ente sendiri kemana aja baru kelihatan? (sindiran)

Soni: (Tersipu Malu) Ahaha, bisa aja pa Ustadz ini, kayaknya ane lagi dapet Wangsit nih jadi bangunnya pagian. Ehm (Menatap Keranjang Soka), ternyata Pak Ustadz 'S.U.S.I.' juga? hihi (sindiran)

Soka: Hehe, (Terdiam sejenak+Senyum Simpul) Gini Son, Ane mau tanya sama ente, Kira - kira klo ente punya Perhiasan Antiq, gimane nyikapinnya?

Soni: (Tanggap) oW Jelas ane jaga bae - bae lah, simpen di brangkas, jangan ampe semua orang liat, biar pada kagak ngiri, klo kebelet ngiri kan berabe, nanti rumah ane dibobol, hehe

Soka: (Senyum) Hmm, Kayaknya ente beneran dapet wangsit, cerdas banget jawabnya. satu lagi son, menurut ente klo perhiasan ditaro di tempat kotor macem comberan gmn?

Soni: (Tanggep) Ya gak pantes lah, gak enak dipandang, bisa ngerusak tu barang, nanti disangka perhiasan abal - abal. (Sadar) Nah Lho ini obrolan kok jadi kesini arahnya yak? hehe

Soka: (Senyum Sembako) Pan tadi ente yang mulai. Pertanyaan ente buat ane, udah ente jawab sendiri. Sesungguhnya perhiasan yang paling indah adalah wanita solehah. InsyaAllah semua wanita itu solehah selama ia berakhlaqul Karimah. termasuk Isteri kita. seperti kata ente tadi, ane gak mau perhiasan pribadi ane gak enak dipandang, rusak dan jadi barang abal - abal lantaran tiap hari ke pasar.

Soni: kenapa Pak Ustadz?

Soka: karena Pasar itu tempat yang paling tidak disukai oleh Allah Ta'ala. Ampe setan aje bertelor dan ngibarin bendera disana. Hadeuh, Ribet deh Ribet, klo sampe kemilau perhiasan pribadi ane pudar, nanti giliran ane yang disuruh tanggungjawab,

Soni: (Penasaran) Tanggungjawab ama siapa???

Soka: Allah.

Istri Soni: Waduh...(Nelen Ludah)

- di Pasar, Kios Daging -

Tukang: (Penasaran) Pak Ustadz kok Istrinya diumpetin aje nih di rumah? apa kagak percaya istrinya yang belanja? hehe (Sindiran)

Soka: Ah ente bisa aja, pan ente tau dari bujangan ane biasa belanja ke pasar? Ya elah Timbang ke pasar, nyuci, bersih - bersih doang mah laki - laki kudu bisa, tapi klo soal ngasuh anak sama masak, ane Nyerah deh, itu spesialis seorang Ibu,

Tukang: klo begitu Istri banyak nganggurnya dong?

Soka: Tergantung. Emangnya gampang ngasuh anak? Ya cobain aje, hehe...Pokoknya kagak ada deh yang bisa gantiin peran Ibu bagi anak - anaknya, tangannya beda, hehe...

Tukang: Ya bener juga sih (merenungi Nasib Istrinya)

Soka: setidaknya, biar perhatian ibu banyak ke anak, kasian klo semua - muanya Bini kita yang kerjain, emangnya bini kita Pembokat?

Tukang: Ckckckc...(tertawa kecil + terangguk - angguk)

- di rumah, sepulang dari pasar -

Soka: (Ngepel Teras Rumah)

Istri: (Memandangi Soka+Senyum Delima)

Soka: (membalas pandangan istri+heran) Umi knp? sakit?

Istri: (Menahan tertawa) sehat kok. umi cuma gak kebayang aja punya suami kayak abi? rajin bersih - bersih, nyuciin baju kita dan membatasi umi belanja ke pasar

Soka: (senyum tulus) cukuplah bagi abi, seorang isteri yang menjaga harta suaminya dengan Amanah, membesarkan anak - anak dengan kasih sayang dan patuh terhadap suami dengan kesabaran. Mudah - mudahan Allah menjadikan generasi kita kuat dan menurunkan ketenangan di dalam rumah tangga kita

Istri: Aamiin (Senyum Delima)

- Berangkat Mencari Nafkah -

Soka: (bersiap - siap berangkat + kecup kening umi + berdo'a) "Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak akan menyia - nyiakan titipan - titipan-Nya" (Kitab Al - Adzkaarun Nawawiyyah)

Istri: (Balas mendo'akan) "Aku menitipkan kamu, agamamu, dan amanatmu serta semua penutup amalmu kepada Allah" (Kitab Al - Adzkaarun Nawawiyyah)

(Episode ini terinspirasi oleh Almarhum KH. Abdul Hamid bin Abdul Halim Addary "Semoga Allah Merahmati beliau")

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 75


(Edisi Ngaco: Es Jeruk Yang Panas - 3)

* SUAMI OTAK KIRI

- di Pasar Kaget -

Soki: (Promosi) Yak, kakaknya Dijual Obatnya, Obat Herbal dari timur tengah: Madu, Habatsauda, Zaitun dan Kurma! anti miskin! Biar Lulus UN! Biar Lulus Tes PNS!

Konsumen: (Tertarik + Penasaran) Serius Bang Anti Miskin? Biar Lulus UN? Tes PNS?

Soki: (Senyum Sumringah) Hoho...Klo anti Miskin, Jualin aje Obat2 abang biar dapet duit. Klo mau Tes UN dan PNS Fisik kita Kudu Sehat? klo Mau sehat ya Minum Obat Produk Abang ini, hehe..

Konsumen: Ah, Kerek lo (melempar Es Tong - tong ke wajah Soki)

Soki dan Komsumen: (Berantem)

* SUAMI OTAK KANAN

- di sebuah Majelis atau bisa anda pahami juga di tempat nongkrong-

Soka: (Menghampiri kumpulan orang di Majelis)

Peserta Majelis (PM): (Heran) Kenapa tangan lo blepotan?

Soka: Ah Biasa abis Bongkar Vespa, Olinya udah berkerak, susah banget dibersihinnya

PM: Pake sabunlah

Soka: Udah ane coba tapi masih sulit dan gak tuntas, makanya ane lagi cari tanah

PM: (Bingung) Tanah?

Soka: Lho kalian gak tau? tanah itu memiliki unsur pembersih yang bagus. bahkan ketika kita dijilat anjing, salah satu alat pembersihnya tanah kan?

PM: Oh iya yah...(Memperhatikan soka)

SOka: (mengambil sebagian tanah+dicampur sedikit air+digosokkan ke bagian tangannya yang berlumuran oli)

PM: (Takjub) Wuidih ternyata bersih juga yah?

Soka: (Senyum Misterius) Keren kan? masalahnya masyarakat kita jarang yang tau manfaat dari tanah sebagai pembersih yang efektif, sekalipun tau, sebelum ini, belum ada Produsen yang mengolah tanah menjadi Sabun. Tapi jangan khwatir, baru - baru ini, sudah ada produsen yang mengolah tanah secara higienies menjadi sabun yang bisa kita gunakan untuk mandi dan keperluan lainnya.

PM: (Tertarik) Serius lho? dijual dimana tuh?

Soka: (murung) Nah itu dia, Sayangnya gak semua toko jual sabun itu. jadi masih jarang yang jual, tapi klo kalian mau beli, bisa kok pesen sama ane?

PM: (Terbantu) Serius? Oke deh, kita pesen sama lho ya?!

Soka: (Senyum Misteris, Bicara dalam Hati: Ya iyalah orang ane agenya, hehe) Cocok! Sip!!!

Sabtu, 07 Juni 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 74

(Edisi Ngaco: Es Jeruk Yang Panas - 2)



# Agent Asuransi Jiwa #


* Suami Otak Kiri

Soki: ( Ngeluh) Kayaknya Image Asuransi Udah rusak nih di mata Masyarakat. masa kagak ada satu orang pun yang mau Join sama Gue? atau jangan - jangan mereka masih Awam? Padahal Kita udah Sebar Brosure, Door to Door, Mulut ke Mulut, Penyuluhan dan Blusukan... (Galau)



* Suami Otak Kanan

Update Status di Sosial Media, "Soka Dirawat di Rumah Sakit". Maka, Otomatis Sanak Keluarga dan Kawan - Kawan Ramai Menjenguk.

Soka: (Terbaring Pucat+Lemas+Lesu+terinfus)

Mereka: (Khawatir) Duh, sakit apa sih lo ka sampe masuk Rumah Sakit Mewah begini? Kelas V.I.P. lagi?

Soka: (Terbata - bata) Ngedroup

Mereka: (Gelisah) Terus Gmn soal Biayanya?

SOka: (Senyum Misterius) Tenang, Semua udah ditanggung Asuransi Kok

Mereka: (Terpana) Oya? Se, Semuanya ditanggung Asuransi?!?! kok Bisa?

Soka: (Senyum Sembako) inilah Fungsi dari Asuransi. Men-cover diri kita dari Musibah - musibah yang tidak terduga secara Efektif dan Efisian dengan Penanganan yang Maksimal. Memangnya siapa yang tahu kapan musibah itu datang?

Mereka: (Tertarik + Penasaran) Wiih Enak banget yah...Terus, gimana cara klo kami mau Join sama Asuransi?

Soka: (Senyum Marketing) Gampang, Tinggal Penuhin Syarat - syarat ini (memperlihatkan Daftar Syarat)

Mereka: (Bingung) Terus, Ngajuinnya kemana?

Soka: (Senyum Sembako) Gampang, Titipin ane aja...

Mereka: Lho kok Bisa?

SOka: (Senyum Sembako) Ya iyalah Kan Ane Agen Asuransinya... (Senyum Marketing)

Mereka: (!@#$%^&*()_+)

https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan?ref=stream&fref=nf

Kamis, 05 Juni 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 73

(Edisi Ngaco: Es Jeruk Yang Panas - 1)



# TOILET UMUM Mas SOKI #

Daftar Harga:
Buang Air Kecil: Rp. 2.000
Buang Air Besar: Rp. 3000

* Suami Otak Kiri

Soka: (Selesai Setoran Tunai+Keluar Kamar Toilet+Menemui Kasir)

Soki: (Senyum Marketing)???

Soka: Buang Air Besar' Mas?

Soki: Oh Iya, cuma tiga Ribu Bang!

Soka: (Senyum Kesemek) Bused Deh Mahal Amat, pantesan Toiletnya Sepi...

Soki: (Dahi Mengkerut) Maklum Bang buat susu Anak, hehe...

#TOILET UMUM BANG SOKA#

Daftar Harga:
Buang Air Kecil: Rp. 1.000
Buang Air Besar: Rp. 2000

Penawaran Harga yang Murah, mengakibatkan Toilet Bang Soka dipenuhi Antrian para "Penyetor", Termasuk Soki.

Soki: (Selesai Setoran Tunai+Keluar Kamar Toilet+Menemui Kasir)

Soka: (Senyum Marketing)???

Soki: Wah Toiletnya Rame Yah? hehe...sy 'Buang Air Besar' Bang?

Soka: Oh Iya, cuma tiga Ribu Mas!

Soki: (Senyum Kesemek) Lho kok Tiga Ribu?! di dalam daftar harga, Buang Air Besar cuma dua ribu bang!? Gimana Sih? Klo mau Usaha yang Jujurlah! Emangnya saya gampang dibohongin?

Soka: (Senyum Sembako) Lho, Emangnya Mas klo 'buang Air Besar' Gak Pake 'Buang Air Kecil'?

Soki: (!@#$%^&*()_+)


https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan

Rabu, 26 Maret 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 72

(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

Selain sebagai Negri kepulauan, Indonesia juga dikenal sebagai Negri Pegunungan. Antara Pegunungan dan penduduknya ibarat sayur dan garam yang memberikan cita rasa tersendiri. Anda bisa saksikan bahwa Berbondong – bongong manusia dari berbagai penjuru negri dan luar negri ini, menempuh berbagai petualangan panjang dalam pendakian – pendakian yang menakjubkan. Ada beberapa hal yang memotivasi mereka mendaki, beberapa diantaranya untuk refreshing, mencari jati diri, menguji keberanian, mencari Hikmah, mempererat tali kekeluargaan, bersatu dengan alam, mentafakuri tanda – tanda kekuasaan Allah dan lain – lain. Bahkan Diantara mereka ada yang membuat tema dalam setiap pendakian. InsyaAllah semuanya menjadi baik jika diniatkan baik dan dengan cara – cara yang baik.

Banyak sekali kisah yang beredar seputar pendakian yang sampai kepada kami; melalui pengalaman Pribadi, Teman – teman kami ketika mendaki dan dari orang tua kami selaku pendaki. Ada satu Hal yang sama – sama harus kita ketahui selaku Manusia, bahwa Alam ini tidak diciptakan begitu saja dengan main – main. Tidaklah alam ini diciptakan melainkan dengan Ilmu yang di dalamnya menyimpan segudang Misteri dan teka - teki yang tidak terpecahkan kecuali melalui Ayat – ayat yang tertulis di dalamnya. hal tersebut diketahui bagi yang mau mengetahui. Mungkin berdasarkan sebab itulah, para Manusia Pecinta Alam tertantang menempuh berbagai petualangan dan berusaha menguak misteri di dalamnya. WaAllahu A’lam.

# Garisan Sang Pengembara #

>> Suatu Rombongan dalam ‘sebuah Tema’ Pendakian.

Kapten: (brifing: memastikan semua kru lengkap dan siap menempuh petualangan)

Semua Kru: (Aman) Semua siap kapten!

Kapten: (memotivasi) … Baiklah, Sesungguhnya orang yang rugi adalah orang yang tidak mengambil pelajaran dari setiap sisi dari petualangan ini. Betul tidak?

Semua Kru: (Tegas) Betul!!!

Kru 1: Kapten, apa tema petualangan kita kali ini?

Kapten: (Senyum) Bersatu dengan Alam!

Semua Kru: (saling melirik) Mantab!!!

***

> Tapai Orai / Jalur Ular, sebuah rute panjang nan berliku di pinggiran bukit menuju Gerbang Pendakian Gunung…

Kru 2: (Gregetan) Kapten bisa dipercepat gak langkahnya? Klo lambat begini kapan sampainya?

Kapten: (senyum) Jangan pernah lupakan esensi dari petualangan ini! di belakang kita masih banyak orang yang kelelahan, lebih baik kita seperti ini daripada sampai di puncak namun kehilangan banyak kru kita. sesungguhnya kita hanya perlu bersabar dan tersenyum, “CISSH”? hehe…

Kru: (Senyum) Cissh!

***

> Pasir Kuda

Kapten: (menghampiri Petani yang tengah mengolah lahannya+senyum+salam) Pak, kira – kira Gerbang Pendakian ke gunung masih jauh gak ya?

Petani: (Senyum) Masih dua Pasir lagi de!

Kapten: Pasir? Oh, oke Terimakasih Pak!

***

… Sudah sekian lamanya mereka berjalan…

Kru 3: (Senyum Kesemek) Kapten, kita udah jalan sejauh ini tapi gak ketemu satu gundukan pasir pun?

Kapten: (bingung + bisu)

Kru 4: Kapten, itu ada petani lagi jalan kesini, coba kita Tanyain?

Kapten: (menghampiri sang petani+senyum+salam) Mau Tanya Pak, gerbang pendakian ke gunung masih jauh kah?

Petani: (Senyum) Oh, tinggal satu pasir lagi!

Kapten: (bingung) Pasir??? Kami gak nemuin pasir sepanjang perjalanan, Pasir itu apa ya pak?

Petani: (nyengir) Hehe, pasir itu bahasa kami, kalo di Kota namanya Bukit!

Semuanya: (Gubrak!!!)

***

- Gerbang Pendakian –

Semua: (Melewati Kawasan Pemakaman Para Pendaki+berhenti+Mengheningkan cipta)

Kapten: Sesungguhnya, sebelum kita, sudah ada orang – orang yang melalui jalur ini. diantara mereka ada yang sampai ke puncak dan kembali dengan selamat, diantaranya lagi dikebumikan disini. Kuburan ini menjadi bukti bahwa di dalam perjuangan itu pasti ada pengorbanan, meskipun tidak selalu nyawa yang dikorbankan.

Kru 5+6+7: (Jiper + merinding ketakutan) Kapten, kami udah putusin. kami mau pulang aja! kami gak mau berakhir seperti mereka yang terkubur ini! klopun harus berkorban, lebih baik nyawa kami dikorbankan untuk hal yang lebih bermanfaat dari ini!

Kru 3: (Geram) Eh Toldo! Memangnya kita mendaki buat cari mati?! Lurusin niat dong!!!

Kru 4: (menarik lengan baju salah satu dari mereka) Sadar Woy!! Kita udah jalan sejauh ini?!

Kapten: (Wajah Datar) Sudah Cukup! jangan dipaksain!

Semua: (Hening)

Kapten: (Senyum) Sebuah keyakinan tidak akan bercampur dengan keraguan. Mudah – mudahan keraguan kalian tidak bersumber dari kelemahan, begitu juga kemantapan hati kita yang tetap mendaki sampai puncak! (berat Hati) Silahkan, Kembalilah ke rumah masing – masing dengan selamat!

Kru 5+6+7: (Meneteskan Air Mata) Maafkan kami kapten! kami pamit lebih dulu...

***

Petualangan yang lebih menantang pun dimulai. Rute pendakian memasuki Kawasan Hutan Pinus, Tanah Lapang yang ditumbuhi rerumputan, semak belukar, ladang bebatuan, lembah yang licin dan curam, menjumpai Sumber mata air panas, melewati tebing – tebing yang curam, berpapasan dengan Harimau gunung yang tengah istirahat, Air Terjun mini, jalur Lintah (pacet), tanah amblas, taman bunga, dan rute - rute pada umumnya.

***

Padahal Perjalanan malam jauh lebih mencekam dan menantang. namun Derap langkah mereka masih terdengar jelas di malam hari dari balik sarang semut. Darisini Anda bisa menyaksikan pantulan cahaya dari bola mata hewan – hewan karnivora. setiap kali mencapai titik poin tertentu, Sang kapten sering kali melakukan cek ulang anggota; mengenai keutuhan jumlah Kru dan kesiapan melanjutkan perjalanan.

***

Pendakian pun Terhenti di sebuah hamparan luas yang langitnya terbuka, berhiaskan rembulan dan bintang – bintang.

Kapten: (brifing) Bangunlah tenda, kelilingi kawasan kita dengan garam, kita akan berapi unggun ria namun jangan pula terlalu lama karena ada beberapa resiko di dalamnya. siapapun yang mau meninggalkan kawasan ini untuk keperluan buang air, dll, wajib lapor!

Semua Kru: Yooo’i !!

Kapten: (memotivasi) Saya bisa mencium wangi puncak darisini, besok kita akan berjalan dengan santai dan InsyaAllah menjelang sore kita akan sampai dipuncak!

Semua kru: (saling memandang riang) Yooo’i !!

***

> Rute Liar

Semua: (menebas Ranting dan rerumputan yang menghalangi jalan)

Kapten: (mencekam) sejak kasus kematian misterius dua tahun silam, gunung ini sudah lama tidak didaki oleh pendaki manapun, kisah – kisah mistis kembali disandarkan pada gunung ini, rute ini pun menjadi angker dan kembali liar…

Kru 1: (mencekam) gunung ini emang terkenal dengan kisah mistisnya, bahkan menjadi tujuan para dukun dan ahli ilmu hitam lainnya

Kru 3: (mencekam) selain itu terkenal karena rutenya yang sulit ditempuh dan banyak yang tersesat dan wafat

Keu 2: (mencekam) Iya, bahkan sejak memasuki gerbang pendakian, kita gak bertemu seorang manusia pun

Kru 4: (BeTe) Et dah bocah ya? Oi,,,Kagak ada pembicaraan yang lebih positif napa?

Semua: (Ngakak) Wahaha…

Kru 1: (melihat sesuatu di langit) Kapten?! Lihat! Itu Elang putih si Penunjuk jalan?

Kapten: (Senyum) Wah??? Hehe, ternyata, kisah itu benar adanya? Ayo kita buktikan!

***

> Puncak Gunung <

"...Sabda Alam menghanyutkan suasanaku, kadangkala kebosanan mencekam jiwa...
sabda alam berbuat kodrat tak tertahankan, rasa cinta rasa nista berpadu satu..."
(Chrisye: Sabda Alam)

Semua: (Takbir, Tahmid dan Tasbih dalam sujud, Sorak – sorak bergembira, mengibarkan bendera dan menancapkannya, inilah citarasa yang tidak bisa kami ungkapkan dengan kata - kata) YOOO’i! Yooo’i! Yoo’i! yooooooooo...........'i!

Semuanya : (berkeliling dan menghampiri bendera – bendera para pendahulu yang pernah sampai disini)

Kru 1: (Berbangga) ini adalah pencapaian kita yang gemilang!

Semua Kru: Yooo’i

Kru 2: (Berbangga) kitalah tim yang pertama kali sampai disini setelah dua tahun terakhir!

Semua Kru: Yooo’i!

Kru 3: (Berbangga) Kitalah yang terhebat dari yang terhebat!

Semua Kru: Yooo’i!

Mereka pun terus merayakannya, hingga waktu kembali menjadi hening lantaran fokus mereka teralih pada sang kapten yang sejak tadi berdiri terpaku di tepian puncak dengan pandangannya terfokus pada sudut lain dari puncak itu yang terselimuti kabut tipis.

Kapten: (jiper+merinding+bisu+pucat)

Semua Kru: (Heran + cemas) ada apa kapten???

Kapten: (menunjuk sebuah titik lokasi di puncak itu)

Semua: (jiper + Merinding + sport jantung + pucat+ bisu)

Pandangan mereka terbelalak melihat seorang Pemuda berpakaian putih Polos yang tengah duduk bersila (Berdzikir) di atas batu besar beralaskan sajadah tanpa peralatan dan perbekalan mendaki. sempat Terbesit di dalam pikiran mereka tentang Kisah – kisah mistis dari gunung ini, juru kunci, dan Roh Pendaki yang wafat.

Kapten: (Tersadarkan) Melangkah dengan hati – hati ke titik lokasi pemuda itu

Semua kru: (kemelut mencekam) mengikuti di belakang sang kapten

***

Semua: (berdiri membelakangi sang pemuda itu + memperhatikan keseluruhannya)

Kru: (berbisik) sepertinya ia manusia kapten?

Kapten: (menelan ludah+mencoba menyapa)

Pemuda misterius (PM): (segera Menoleh dan berbalik Badan ke arah mereka)

Kapten+Kru: (Kaget+Roboh+terduduk+Bisu+Gemetar)

PM: (Senyum Tulus) Wah? Assalaamu ‘alaikum?!

Kapten+Kru: (Lega) Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakaatuh!

PM: Alhamdulillah, setelah sekian lamanya, akhirnya aku bertemu dengan manusia di puncak gunung ini…

Kapten: (memberanikan diri + menundukkan kepala) Maaf tuan, kami hanya pendaki, apakah tuan Penunggu Gunung ini? (gemetaran)

PM: (gak ngerti) Penunggu? Maksudnya?

Kapten+Kru: (tambah bingung) Jadi sebenarnya tuan siapa?

PM: (Senyum Sembako) aku hanyalah seorang pengembara

Kapten+Kru: (terbelalak) Hah?! Pengembara? (Cuma itu?) Memangnya Darimana asal tuan? Dan hendak kemana?

PM: (Senyum Misterius) aku berasal dari negeri entah berantah, Yakni Zirbad, negrinya para pengembara! Aku sedang menempuh perjalanan ke ibu kota tanah air ini

Semuanya: (Super Bingung?) Negri para pengembara? Negri macam apa itu? Dimanakah itu? ada perlu apa anda ke Ibukota?

PM: (terdiam + keningnya mengkerut)

Kapten+Kru: (penasaran+menunggu jawaban)

PM: (nyengir) Ahh… lupakan saja! Hehe…

Kapten+Kru: (gubrak!)

Kapten: (penasaran) Tuan, dimana perbekalan dan peralatan mendaki anda?

PM: Maksudnya? (memperhatikan peralatan yang mereka bawa + sadar) Oh jadi begitu yah? (bertanya pada diri sendiri) Ayahku pernah menyampaikan Firman Allah Ta’ala, “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik – baik bekal adalah Taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al baqarah (2):197)”

Kru 1: (Gak masuk Akal) Ah Masa Cuma Taqwa? rute kesini kan liar, rumit dan berbahaya?

Kru 2: (logikanya terpatahkan) kami aja nyiapin segalanya untuk pendakian ini, tapi anda, bahkan…Akh! bisa Gila gue!

Kru 4: (prasangka) atau jangan – jangan anda seorang Wali Allah?! gue denger seorang wali memiliki karomah? Dengan karomah itu dia bisa berpindah – pindah tempat secepat kilat sesuka hati!?

PM: Wali Allah? (teringat) Oh ya, Aku pernah membaca Kitab karangan ayahku tentang Biografi Ulama Nusantara. mereka menyebutnya wali Allah. Lho Bukankah para wali itu berasal dari luar dan dalam tanah air ini? Demi berdakwah, mereka menempuh luasnya daratan, terjangnya ombak samudera, gunung – gunung yang tinggi menjulang bahkan tanpa Perbekalan dan peralatan lengkap seperti kalian ini? bukankah itu juga jelas tidak masuk akal?

Kapten+Kru: (Tersadarkan) Oh iya ya?

PM: InsyaAllah mereka itu adalah orang – orang yang Bertaqwa. soalnya dalam kitab tersebut, Ayahku juga Mengutip Firman Allah Ta’ala, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa” (QS. Yunus (10): 62 - 63)”

Semua Kru: (Berpikir keras + saling berbincang antar sesama) Iya emang gak masuk akal sih apa - apa yang telah mereka lakukan…

PM: (Senyum sembako + menyambung) Wahai saudaraku, Ayahku juga pernah berkata mengenai pengalamannya saat mengembara: “sesungguhnya yang terbatas (akal) tidak akan pernah bisa mencapai Ilmu Allah Ta’ala yang tidak terbatas. Sedangkan Kebanyakan kita berbekal berdasarkan kadar logika kita.” Lihatlah semua peralatan kalian itu? mungkin semua itu bisa menjaga kalian dari hal yang Nampak, namun sekali - kali tidak akan pernah bisa mencegah dari yang tidak Nampak yaitu Musibah dan kematian!

Semuanya: (Jlebb! Muhasabah: karena selama ini menreka mengandalkan kemampuan manusiawi dan perhitungan Logika semata dalam mendaki gunung)

Kapten: (tertunduk malu+berendah hati) ternyata, di atas puncak masih ada puncak yang lain. Oh, Wahai Sang Pengembara yang sudah melanglangbuana, Bagaimana caranya anda bisa sampai kesini dengan polos? (senyum harapan) sudikah anda memberikan kami Nasihat?

PM: (senyum) Ayahku selalu berpesan, “Ketika kalian menuju suatu tempat, maka penuhilah Hak – haknya!”

Semuanya: (Maksudnya???)

PM: Sesungguhnya selain Allah adalah Makhluk ciptaan-Nya. Begitu juga gunung ini. mereka senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan sangat risih kepada Manusia yang bermaksiat dan mempersekutukan Allah Ta’ala di dalamnya. Maka, wajar saja jika makhluk – makhluk itu menjadi tidak bersahabat dengan kita.

Semua: (Muhasabah) Astagfirullah…

Kapten: (Penasaran) Tadi anda sampaikan bahwa sebaik – baik bekal perjalanan adalah Taqwa? Apa hubungannya sehingga anda bisa berpetualang sesuka hati dengan polosnya?

PM: (senyum) Ayahku pernah menyampaikan juga bahwa dengan Ketaqwaan Allah Ta’ala akan memuliakan kita dan mencukupkan kebutuhan – kebutuhan kita. Dan Allah Rela kepada Hamba-Nya yang bertaqwa. Ayah pernah membacakan Firman-Nya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),

“dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,

“dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.

(QS. An-Nahl (16): 12 – 17)

Semua: (Muhasabah + berlinang air mata) Alhamdulillah, melalui anda, Allah telah menunjukkan kepada kita Hakikat dari “bersatu dengan Alam” ini…

PM: (Senyum) Aku? Hehe…Entahlah, aku Bahkan tidak tahu apakah aku ini termasuk orang yang bertaqwa atau tidak, karena Allah Ta’ala tidak akan membiarkan Hambanya mencapai gelar Taqwa kecuali dengan Berbagai Ujian di dalamnya.

***

Setelah banyak berbincang,

PM: (Bangkit dan Bersiap Pergi)

Semua: (Hah?) Hey Tuan, Anda Mau kemana lagi?

PM: (Senyum Sembako + Menunjuk Ke salah satu Arah mata angin) melanjutkan Perjalanan, Bertebaran di Muka bumi!

Semua: Bergabung sajalah dalam Tim kami! kita berjalan bersama!

PM: Maaf saya menolaknya. Terimakasih karena ini sudah menjadi Prinsip kami.

Semua: Wah…(Senyum Kagum)

Kapten: Maaf Sebelumnya (Terlupakan), siapakah gerangan Nama sang pengembara ini?

PM: (Senyum) Namaku, Soka bin Muhammad Bin Soleh AZ-Zirbadi, dan kalian bisa memanggilku Soka! (Senyum) Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh! (Mulai Melangkah tanpa menoleh ke belakang)

Semua: (Melambaikan tangan) Wa ‘alaikum salaam warahmatullahi wabarakaatuh!

***

“Teruslah Berjalan! baik dengan terpaksa maupun suka cita, kelak kau pun akan sampai, pada sebuah titik temu dimana sebuah keraguan berubah menjadi kepastian…” (Sang Pengembara)


Link: https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 71

(Edisi Bisnis: Simulasi)

* SOKI

" Mau bisnis tapi gak punya duit? gimana mau mulainya?"

" Mau promosi tapi gak punya Black Berry? gimana mau laku barang - barangnya?"

* SOKA

Bagi soka Modal Utama = Nyawa, Sehat, Muda, Waktu, dan harta

1. Berencana, Berdo'a, Berusaha dan Tawakkal

2. Mengunjungi kawan yang mendirikan pabrik / distributor usaha + Mengadakan kerjasama

3. MemBuat Brosure yang berisikan produk yang akan dijual + No. Hp+ Email + Alamat Website / Blog, dll

4. memBuat Kartu Nama dengan keterangan: " Soka (Pimpinan Perusahaan + No. Hp)"

5. bagikan brosure dan kartu nama seluas - luasnya

6. jika ada pemesanan, Hubungi Relasi Perusahaan anda untuk menyiapkan pesanannya, pastikan pesanan dalam kondisi baik sampai ke tangan pemesan!

7. Ada barang, ada uang, kerusakan barang dari kami, uang kembali atau ditukar kembali

8. Membangun usaha dengan Jujur dan Amanah

9. Selamat Mencoba!!!


Link: https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan

Rabu, 12 Maret 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 70

(Edisi Bisnis: Penjualan)

...Biasa pake Kendaraan Pribadi dalam memenuhi aktifitas Usaha, Karena bangkrut, Sekarang Harus Naik Angkot ...

Pandangan Umum:

Naik Motor: Hemat Biaya+Jarak Tempuh lebih cepat+Energi lebih kecil+banyak waktu luang +Resiko - resiko bisa diperkecil+Daya Angkut bisa diatur+nyaman (Privasi), lebih Efektif dan Efisien

Naik Angkot: Biaya tergantung Tujuan+Jarak tempuh tergantung sopir dan kondisi lalulintas+Energi yang keluar tentatif+Waktu Luang tentatif+Resiko - resiko banyak bergantung faktor Eksternal+Daya angkut bisa lebih banyak/ lebih sedikit+Kurang privasi, mungkinkah bisa Efektif dan Efisien?

*Suami Otak Kiri

"Halaaah...Gimana Usahanya mau berkembang kalo begini mah...Malay deh ..."

Semangat Usaha soki pun Lumpuh, Usahanya pun Lumpuh,,,

*Suami Otak Kanan

Motivasi diri: "Baru Naik Angkot, Naik sepeda atau jalan KAki pun, ane jabanin!"

Agenda Perjalanan Via Angkot:

1. Membaca Al - Qur'an / Kitab - kitab Ilmu, semaksimal Mungkin sepanjang perjalanan, bagian dari memanfaatkan waktu senggang dan menambah kebaikan

2. Membagikan Brosur kepada Sopir + Penumpang. bayangkan berapa banyak orang yang anda temui selama naik angkot?! belum tentu seefektif saat naik motor

3. Berkenalan / Silaturrahiim dengan penumpang di sebelah anda dan Berikan Kartu Nama anda

4. Lakukan Presentasi / promosi kecil - kecilan kepada penumpang di sebelah anda, baik sambil memberikan kartu nama / brosure maupun saat berkenalan

5. Ajaklah Sopir Angkot + Ojek + Becak sebagai Rekanan bisnia anda!

6. Berikan pengertian sebaik mungkin kepada pelanggan anda mengenai jarak tempuh

7. InsyAllah rezeki gak akan kemana - mana...

8. Tetap BerAkhlaqul Karimah dan Ayo Laksanakan!

Seorang Pengusaha biasanya di dalam Otaknya sudah terinstall Software Analisator!

Seorang Pengusaha Biasanya berpikir, "bagaimana merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin atau sesuatu yang sulit menjadi Mudah atau sesuatu yang merugikan menjadi menguntungkan!"

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 69

(Edisi Bisnis: Mendirikan Usaha)

- Mendirikan Usaha -

* Suami Otak Kiri (soki)

Waduh siapa yang jadi wakil sy yah?
Siapa yang jadi manajer keuangannya?
Siapa yang jadi Manajer pemasaran?
Siapa yang jadi bagian administrasi?
Berapa total biaya gaji mereka yah?

Soki pusing 7 keliling dan akhirnya batal mendirikan usaha...

* Suami Otak Kanan (soka)

Nama Perusahaan: AnA (Bahasa Arab artinya: saya)

Struktur Organisasi Perusahaan AnA

Direktur Utama: Saya sendiri
Wakil Direktur: Saya sendiri
Manajer keuangan: Saya sendiri
Manajer Pemasaran: Saya sendiri
Bagian Administrasi: Saya sendiri
Office Boy: Saya sendiri
Kurir: Saya sendiri

"Pembahasan ini Terinspirasi Oleh Bapak Ir. Hattarajasa"
"Mulailah dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil, Mulai dari sekarang!" (Aa Gym)

Pengusaha Harus siap mandiri dan berdiri di kaki sendiri...Selalu Belajar, Berdoa dan Bertawakkal
Mudah2an Allah membantu memberikan orang - orang yang terbaik bagi tim kita

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 68

(Edisi Bisnis: Pelayanan Prima)

Pelanggan:

Mas ini semua produk herbalnya dari dalam/ luar negeri?
Asli semua gak?
cangkang kapsulnya bersertifikat MUI / minimal ada jaminan halalnya?
Madu - madunya asli gak?
Kok Madunya ada yang pake kemasan dirijen? bukan bekas minyak kan yak?
sy klo belanja disini dapet diskon berapa?


* Suami Otak Kiri

soki: (Ketus) Maaf BU, sebenarnya Ibu mau cari produk apa sih?

Pelanggan: (nyengir) gak ada yang dicari kok mas, cuma nanya - nanya aja, hehe

Soki: (Gondoq + nyindir) Ckck, udah gak beli, banyak Nanya lagi...

* Suami Otak Kanan

Soka: (Senyum+sopan+santun) silahkan duduk dulu Ibu biar saya jelaskan satu persatu...

1. Herbal kami Berasal dari dalam dan luar negeri, Produk Importnya seperti Zaitun + kurma + Habatsauda, klo produk Lokalnya seperti Madu Hutan, Pegagan, Sambiloto, dll

2.InsyAllah produk kita Asli dari produsennya, walau ada satu - dua produk yang kemasannya tidak orijinal, namun isinya original seperti koyo herbal. kami selalu berusaha selektif dalam memilih produk berdasarkan kualitas dan keaslian

3. Cangkang kapsul yang digunakan Herbal InsyAllah Halal krn tersertifikasi MUI dan atau dikelola pihak yang Berhati - hati

4. Madu - madu kami dari produsen - produsen yang lama (teruji waktu), populer, dan Terbukti dengan laporan laboratorium, Rata - rata sudah terdaftar Depkes, dan tersertifikasi SNI. bahkan salah satu produsennya punya laboratorium sendiri. InsyAllah Aman.

5. kemasan dirijen itu adalah salah satu kemasan paling efektif bagi madu. itu khusus dikemas buat madu. umumnya madu kami adalah madu hutan yang mengandung tekanan udara, dirijen tersebut mampu menahan tekanan udara di dalamnya karena elastis, sehingga tidak terjadi ledakan yang merusak kemasan.

6. Pelanggan yang mendaftarkan diri sebagai 'Langganan', berhak mendapat diskon 10 - 20 %. diskon bisa berupa pengurangan / pemberian produk lain

Pelanggan: (Senyum) Terimakasih Informasinya ya De, klo begini kan ibu jadi jelas, InsyaAllah klo ada rezeki ibu belanja disini

Soka: (Senyum Sembako) InsyaAllah. silahkan ambil brosure dan Kartu nama saya, jika suatu saat nanti ibu mau konsultasi atau memesan, bisa langsung menghubungi Nomor di dalamnya...

Pelanggan: (Senyum) Baik,

"Pedagang Harus berkali - kali lebih sabar dari pada Pelanggan, Mudah - mudahan buah kesabaran itu menjadi Matang dan bisa dinikmati"

Kamis, 06 Maret 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 67 (NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

# Catatan Kaki Seorang Soka #

Zirbad (Negeri bawah Angin), begitulah mereka menyebutnya. Sebuah Wilayah Misterius di kepulauan Berkabut , Yakni Negrinya Para Pengembara. Disinilah titik Awal dan Akhirnya Peradaban mereka, dimana belum ada seorang asing pun yang mengetahui, melihat dan berlabuh di dalamnya kecuali Para Isteri dan Anak yang mereka peroleh sekembalinya dari Petualangan panjang.

Siklus Pengembaraan telah membawa Zirbad pada kemajuan yang pesat khususnya dalam Ilmu Pengetahuan, karena para pengembara selalu kembali dengan berbagai ‘Buah tangan’ berupa Informasi yang berguna dalam membangun Peradaban Negri ini. saat ini, Zirbad mengalami kemajuan di bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri rumahan dan Keagamaan. Penduduk Negri ini Menganut Agama Islam sebagai satu – satunya Agama Resmi. Adapun Zirbad, dipimpin Oleh seorang Sultan, yang berasal dari keluarga Pertama yang menempati Wilayah ini dan keturunannya.

***

Pada Masa Keemasan Zirbad, Pernah Hidup seorang Ustadz yang sangat Alim, Hafizh Al – Qur’an, Lihai dalam Bidang Tafsir, Pandai dalam Ilmu Sejarah, cakap dalam bidang hadits, Guru Fikih, kebanggaan Zirbad, seorang Da’I, Penulis kitab – kitab berkualitas, Pengembara Ilmu, Motivator Ulung yang tidak tergantikan di masanya, ialah Abu Soka (ayahnya Soka) Muhammad bin Soleh. Ia hidup bersama keluarga kecilnya yang sederhana di lembah Kunang – kunang.

>> Dalam kegelapan Malam yang diterangi Kunang – kunang, di Ruangan Khusus Sang Ustadz

Ustadz: (Menulis Kitab)

Soka (Umur 10 Tahun): (Memperhatikan dengan penasaran) Ayah lagi Nulis apa lagi?

Ustadz: (Senyum Sembako) Biografi Para Ulama Nusantara, berikut Nasab dan Sanadnya…

Soka: (Terpesona Penuh kepolosan) Hebat! Hehe… (Teringat sesuatu) Eh, ayah, kata orang – orang ayah Hapal Al – Qur’an yak? Ayah Al Hafizh dong?

Ustadz: (Diam sejenak + Senyum) Ayah bukan seorang Al – Hafizh, Ayah cuma hamba Allah yang mencintai Al – Qur’an.

Soka: (Kecewa) Yaahhh, kirain ayah Hapal Al Qur'an Dan Al Hadits

Ustadz: (Senyum Simpul + mengusap kepala soka) Soka, Apalah Artinya gelar ‘Al-Hafidz’ di mata manusia? Sedangkan Pujian – pujian Manusia itu bisa mencemarkan hati dan menjerumuskan kita ke Neraka?

Soka: (Bingung) ???

Ibu: (Senyum Delima) bingungkan? Makanya, sekarang soka harus tidur karena sudah larut malam. masa anak - anak suka begadang? gak baik kan ya ayah? (melirik)

Soka: (Cemberut) kalo gitu soka gak mau kayak anak – anak, soka mau kayak Ayah! Pokoknya soka mau terus nemenin ayah menulis!

Ustadz: (Senyum+memberi kode izin) Baiklah, tapi Syaratnya soka gak boleh bertanya apapun sampai ayah selesai menulis, Sepakat?!

Soka: (Nyengir) Yak, Sepakat!! Hehe…

Begitulah, soka selalu menemani Sang ayah ketika menulis kitab, sepanjang Malam.

***

>> Suatu hari Menjelang Berbuka Puasa (Puasa Nabi Daud AS)

Soka: (Selesai Setor Hapalan Al – Qur’an)

Ustadz: (kecup Kening) Alhamdulillah, soka sudah sejauh ini, masih ada 17 Juz lagi yang harus dihapal yah?

Tiba – tiba…”TOK! TOK! TOK!” , terdengar suara Ketukan yang begitu keras. “Assalaamu ‘alaikum!!”

Ustadz: (bergegas membuka Pintu) Wa 'alaikum Salaam Warahmatullahi wabarakaatuh wa maghfiratuh wa ridhwaaanuhu!

Pengawal2 Sultan: (Langsung Meringkus Ustadz) Maaf Ustadz, kami mendapat Perintah untuk menangkap dan membawa Anda ke hadapan Sultan dalam keadaan Hidup!

Ustadz: (Senyum Tawakkal) Hm, Akhirnya, Masa Uji berkalaku telah tiba…

Ibu dan Soka: (Kaget+Histeris) Allahu Akbar!!! Apa – apaan ini! (mencoba meraih Paksa Ayah dari cengkeraman para pengawal namun tak kuasa) Kalian ini!!! bukankah kalian Muslim??? Suami saya bahkan belum berbuka Puasa!

Pengawal2 Sultan: (tegas) Maafkan kami, Anggap saja ini situasi darurat, kami harus segera membawa Ustadz ke Istana!

Ustadz: (Tenang + Senyum Sembako) semua akan baik – baik saja! Tenanglah, teguhlah, berpikir positiflah! karena di penghujung setiap malam ada pagi yang cerah, di balik setiap bukit ada taman yang indah, setelah perjalanan jauh ada sungai yang mengalir, dan di balik batu yang besar ada mata air yang sejuk, di bawah terik matahari ada tempat bernaung, dan setelah kelelahan ada tidur yang tenang yang lelap dan melapangkan (dikutip dari DR. ‘Aidh Al - Qarni)

Ibu+Soka: (berlinang air mata) Ayah....

Ustadz: (Senyum Tulus) InsyaAllah ayah akan baik – baik saja, (matanya berkaca - kaca) Ayah titipkan kalian kepada Yang Maha Melindungi!

Ibu+Soka: (Berlinang Air mata + Pasrah) tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah…(terduduk roboh)

Secara umum Ustadz memang tidak sepaham dengan berbagai kebijakan yang diatur oleh kesultanan Zirbad, tampak dari Nasihat - nasihatnya kepada Para pejabat dan Sultan. Akan tetapi Hal itu tidak membuktikannya sebagai pemberontak. Namun, para pendengki memanfaatkan situasi tersebut dengan menyebarkan isu bohong yang disandarkan kepada Ustadz tentang Rencana Pemberontakan Ustadz dan Para Jamaahnya. Maka, Orang – orang mulai mencemooh dan meremehkannya, merusak rumahnya dan memporak – porandakan keluarganya. Lalu Al – Ustadz dikurung di Penjara Bawah tanah dalam sebuah ruangan yang sempit selama lima Tahun tanpa ada seorang pun yang boleh diizinkan menemuinya.

***

>> 5 Tahun Kemudian, di Penjara Bawah Tanah, terselip pembicaraan menarik...

Penjaga 1: Bocah itu semakin terkenal, bahkan ia menjadi seorang penceramah yang laris di pasar – pasar dan sangat dihormati, sebab selain isi ceramahnya yang bagus, ia selalu membumbuinya dengan lantunan Prosa dan Puisi.

Penjaga 2: (Tersadar+Kagum) Maksudmu Ibnu Soleh? Aku dengar ayahnya juga seorang Ustadz…Namun, dia adalah ayah yang gagal karena meninggalkan keluarganya dalam keadaan lemah

Penjaga 3: Hmph, betapa beruntungnya bocah itu, minggu depan ia diundang oleh Sultan untuk menyampaikan Syair di hadapan keluarga Istana, para pejabatnya dan rakyat.

Penajaga 1+2: Benarkah?! Dalam rangka apa?

Penjaga 3: dalam Rangka Memeriahkan proses Eksekusi Biang Pemberontak Negri, Al – Ustadz Muhammad

Ustadz: (Mendengar pembicaraan mereka + Hatinya terketuk) Apakah itu “engkau”? (berlinang air mata) Sungguh Ayah merindukan kalian,,,

***

>> Pelataran Istana Kesultanan Zirbad, sebelum Proses Eksekusi

Ibnu Soleh (alias Soka bin Muhammad bin Soleh): (membaca syair dengan gaya Penyair)

“Wahai Jiwa, celakalah kamu jika Uban telah tumbuh
Maka untuk apakah bujuk rayu dan untuk apa pernyataan cinta
Masa mudaku hilang dan Masa tuaku bertahan
Seakan – akan jiwaku penuh dengan kealpaan
Sedangkan utusan kematian telah datang
Andai saja syairku sampai kepada orang yang kutuju
Dan Allah telah menetapkan takdir azaliku”
(dikutikp dari Ibnu Asakir)

Semua Hadirin: (Berdiri + Bertakbir)

***

Proses Eksekusi pun dimulai, Al – Ustadz dibawa ke pelataran oleh Para Algojo. Akhirnya Usaha soka untuk bertemu sang ayah pun berhasil. ketika melihat sang ayah, Soka merinding dibuatnya dan tak kuasa menahan Rindu. betapa banyak hal yang ingin ia sampikan kepada sang ayah.

Sultan: (interogasi) Wahai Ustadz, bukankah aku senantiasa menghormatimu?

Ustadz: (senyum tulus) Iya, engkau senantiasa menghormatiku

Sultan: Lalu, apa yang membuatmu berani memberontak kepadaku hai Ustadz?

Ustadz: (senyum) Aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran, namun kalian anggap itu pemberontakkan, sesungguhnya Setan telah menguasai hati kalian!

Sultan: (Geram) Cih, Keras Kepala!!! Pancung dia!

Soka: (Teriak ) Ayaaahhh…!!! (berlari menghampiri Ustadz)

Semua orang: (Tersentak kaget?) Ayah???

mereka tidak menyangka bahwa Soka adalah anak dari Al - ustadz karena menurut rumor keluarga sang Ustadz telah binasa. sedangkan soka tergolong anak rumahan yang tidak begitu terkenal di masyarakat.

Algojo: (tertahan untuk memancung)

Sultan: (terpaku)

Soka: (memeluk Erat ayah + air mata membanjiri wajahnya) Oh ayah, kami hidup sengsara dan (Terdiam+terisak - isak) Tahun lalu ibu wafat…

Ustadz: (Berlinang Air mata + terisak - isak) Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada – Nya, Sungguh Engkau telah menganugerahkanku sebaik - baik pendamping hidup ya Allah...mudah – mudahan Engkau menikahkan kami kembali di Surga sana. Amiin Wahai Tuhan seluruh Alam…

Algojo: (bersiap – siap memancung)

Sultan: Tahan! Biarkan ia memberikan kata – kata perpisahannya!

Ustadz: (senyum tulus) bagaimana kabarmu wahai buah hatiku?

Soka: (hatinya meleleh) sesungguhnya Allah masih menaruh belas kasihan kepadaku ayah...

Ustadz: (Senyum bangga) Syairmu sungguh menawan soka. kini kau sudah tumbuh dengan cemerlang wahai soka anakku, apakah soka membaca kitab – kitab ayah? hehe

Soka: (Senyum di dalam kesedihan) I, i.. Iya, Ayah

Ustadz: (heran) Mengapa Soka menangis? bukankah usia ayah telah mencapai lima puluh lima tahun?

Soka: (membisu dalam kesedihan yang dalam)

Ustadz: (Spontan) Ayo, bangkitlah anak muda! Sudah saatnya soka melihat Masa depan! Mengembaralah! tinggalkan negri ini! bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dimanapun soka berada!

Soka: (memeluk erat + Menangis histeris) Ayah, tapi soka gak punya keluarga selain ayah!!! (Memelas) Ayo kita pulang!

Ustadz: (Tegas!!!) SOKAAaa!!! (berbisik) ayah gak punya banyak waktu untuk semua ini. Ini perintah terakhir dari ayah dan soka harus patuh!

… Hening…

Ustadz: (berbisik lirih) Selamanya ayah tidak akan pernah rela mati di hadapan Soka, ayah khawatir semua ini akan menjadi beban dendam yang soka pendam seumur hidup! Maka dengarkanlah kata – kata ayah!

Soka: (membisu+menyimak)

Ustadz:

1. jadikanlah Al – Qur’an dan Al hadits sebagai Pedoman hidup soka! Bawalah mereka selalu kemanapun soka berada!

2.Tempuhlah jalan para penuntut Ilmu Agama Islam, karena setiap orang memiliki suku dimana mereka berlindung di dalamnya sementara para penuntut Ilmu tidak memiliki tempat berlindung kecuali Allah Ta’ala.

3.Pergilah ke Ibu kota Nusantara! Tempuhlah semua jalur ke Utara, soka akan melalui lautan yang luas, pegunungan, perbukitan, sungai – sungai sehingga sampai disana, banyak – banyaklah bertanya dan bertawakkal!

Soka: (terdiam + pikirannya menerawang)

Ustadz: (Alih fokus) Wahai Sultan, Izinkanlah buah hatiku mengembara!

Sultan: (Menegaskan) Mengembara adalah suatu kehormatan bagi Negri ini dan suatu kehinaan bagi siapapun yang menghalangi seseorang untuk mengembara!

ustadz: (senyum) Terimakasih. (kembali fokus) Ayo segera Pergilah! jangan pernah sekalipun menoleh ke belakang! Pantang bagi seorang pengembara menoleh ke belakang! Ayo pergilah soka!!! (tegas)

Soka: (Terisa – isak+Berlinang air mata+mencium wajah + tangan Ayah) Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh! (melangkahkan kakinya dengan berat hati dan perlahan meninggalkan sang ayah)

Ustadz: (Berdo’a + Terisak – isak) Wa’alaikum salaam Warahmatullahi Wabarakaatuh Wamaghfiratuh Waridhwaanuh!
"Semoga Allah membekali kamu dengan takwa, mengarahkan kamu kepada segala kebaikan, melaksanakan bagimu segala kebutuhan dan keperluanmu, menyelamatkan agama dan duniamu, mengembalikan kamu pulang dengan selamat dan memperoleh keberuntungan". (HR. Ibnu Babawih)
Amiin Wahai Allah, Tuhan semesta alam.

Soka: (Berjalan semakin jauh meninggalkan Sang Ayah tanpa menoleh sedikit pun ke belakang)

Algojo: (kembali Bersiap – siap memancung)

Ustadz: (Syahadat+Berdo’a)
“Waha Dzat Yang Maha Pemaaf atas orang – orang yang banyak dosa – dosanya
Akan datang kepadamu seorang yang bergelimang dosa seraya memohon ampunan atas dosa – dosa yang telah diperbuatnya
Saya adalah seorang tamu, maka balasan seorang tamu adalah belas kasih dan kebaikan baginya”
(dikutip dari Wasiat Ibnu Al - jauzi)

***

Itulah hari kemenangan bagi Setan karena Wafatnya seorang Ulama. Pasar – pasar ditutup, orang – orang berdatangan dari berbagai penjuru Negri, Mereka baru menyadari semuanya, mereka Sungguh menyesal dan meratapi kepergian Sang Pelita harapan Negri.

Cukuplah seseorang itu dikatakan baik karena ia tidak pernah menzholimi / merugikan kita sama sekali, lantas atas dasar apa kita ikut campur menghinakan seseorang lantaran kesalahan manusiawinya (jika memang terbukti) yang juga bisa terjadi pada diri kita semua. Semoga Allah merahmati para Ulama.

***

dan soka pun memulai petualangannya sebagai pengembara...

https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan