Sabtu, 25 Januari 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 65

(NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

>> di Ruangan Akhwat, dalam sebuah Masjid, di suatu Negara, Dalam Perjalanan Menuju Hongkong <<

Istri Soka (IS): (Selesai Solat Ashar + Membenahi Diri)

Wanita Lain (WL): (Terpana) Wah... Kalung Yang Indah?

IS: (Senyum Delima) Terimakasih, bukan hanya indah, kalung ini juga menyimpan Cerita dan Misteri,

WL: (Mendadak penasaran) Benarkah? Sudikah anda menyampaikah Cerita dan Misteri itu? (Senyum Penuh Harapan)

IS: (Senyum) Yup,,,

# MENAPAK TILAS MASA LALU#

Suatu Siang yang gersang, di sebuah Pondok Pesantren, tepatnya di kediaman Kiyai (Ayahnya IS), ramai di penuhi para santri. Namun kali ini Bukan keramaian majelis Ilmu melainkan Mencari Kalung Peninggalan Almarhumah Isterinya yang baru hilang.

Kiyai: (Sayembara) Barang siapa yang dapat menemukannya, akan bapak berikan Lima Puluh Ribu (Betapa besarnya di masa itu)!

Para Santri: (Tercengang + termotivasi)

***

Hari demi hari berlalu, namun usaha mereka Nihil. Sang kiyai pun turut bersedih, betapa kalung itu begitu berharga dengan sejuta kenangan di dalamnya.

IS: (Terharu) Sabar Ya Ayah...mudah - mudahan kelak ada seseorang yang mengembalikannya?

Kiyai: (Senyum) Aamiin Ya Allah Tuhan semesta Alam, kita semua mengharapkan Hal itu...

***

Ketika Burung - burung Hantu Bernyanyi, seorang Pemuda Pengembara melangkahkan kakinya dengan mantap penuh Optimis. tatapanya fokus dan sesekali jauh menerawang. Ia Menyelusuri tepian Sungai di sebuah Perkampungan.

Langkahnya pun terhenti. Seketika itu pula ia menemukan sebuah kalung berlian yang diuntai dengan benang merah. kontan kalung itupun dipakaikan di lehernya, berharap ada yang mengenali kalung tersebut agar ia bisa mengembalikannya.

***

Malam semakin sunyi, Langkah - langkah pemuda itu semakin lelah. Pengembaraannya pun berlabuh sementara di sebuah Masjid, di dalam Pondok Pesantren yang indah dan nyaman.

***

- Bada Tahajud, dalam keheningan malam yang tersisipkan 'Auman' (ngorok) para santri -

Kiyai: (Memperhatikan Pemuda Asing yang tengah mengelilingi ruangan masjid, seperti tengah mengamati sesuatu) Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh (Senyum Tulus)?!

Pemuda: (Menoleh+Senyum Tulus) Wa 'alaikum Salaam Warahmatullahi wabarakaatuh wa maghfiratuh wa ridhwaaanuhu (Menghampiri kiyai dan mencium tangannya)

Kiyai: Hendak kemana Wahai Pemuda yang penuh semangat??

Pemuda: Hendak Merantau, mengadu nasib di Ibu Kota sekaligus menuntut ilmu wahai Pak Kiyai...

Kiyai: (Tiba - tiba, Pandangannya mulai terfokus pada Kalung yang dipakai Pemuda itu + terdiam + Tersadarkan) SubhanaAllah, darimana anda mendapatkan kalung itu?

Pemuda: (Melirik kalung tersebut) aku menemukannya di tepian sungai yang mengalir cukup jauh dari pondok ini pak kiyai. apakah anda mengenalnya?

Kiyai: (Teringat) Astagfirullah, Oh ternyata disitu...(Tersenyum Lega+Bahagia) Hehe, Alhamdulillah, itulah kalung yang selama ini kami cari...Ternyata Allah menitipkannya kepadamu Wahai Anak Muda

Pemuda: (Senyum Bahagia) Benarkah? Aku turut berbahagia Pak kiyai...(melepas kalung itu) Silahkan (memberikannya pada kiyai)

Kiyai: (menerimanya dengan riang) Wahai anak muda, Janganlah tergesa - gesa, setelah subuh, ikutlah dengan bapak ke rumah!

***

- di Teras Rumah Kiyai -

Kiyai: Wahai Pemuda, Bapak sudah bertekad, bagi siapa yang menemukan kalung ini, akan diberikan uang sejumlah lima puluh ribu. Maka ambilah uang ini sebagai bentuk terimakasih! (menyodorkannya kepada sang pemuda)

Pemuda: (Senyum Sembako) Wah Terimakasih Pak Kiyai (Nada Menolak), akan bermanfaat jika Pak Kiyai memberikannya kepada para santri yang membutuhkan, aku hanya sekedar mengantarkannya, tidak ada daya kecuali atas pertolongan Allah.

Pertemuan singkat itu pun berlalu, sang pemuda melanjutkan perjalanannya.

Kiyai: (Terharu + menangis) Ya Allah kelak Nikahkanlah Puteriku dengan pria seperti orang yang mengembalikan Kalung ini kepadaku!

# KEMBALI KE MASA INI#

IS: Ayahku pun Wafat. Jadilah aku seorang Anak yatim Piatu. aku pun mengambil kalung itu, harta warisan, merantau ke Ibu kota dan tinggal bersama sanak saudara disana.

WL: (Klimax Penasaran) Akhirnya????

... Hening Sejenak ...

IS: (Senyum Haru + mata berkaca - kaca) ternyata Allah mengabulkan Do'a Almarhum ayahku, kini Pemuda Pengembara itu sudah menjadi suamiku dan ia tengah melanjutkan pengembaraannya menuju jalan yang mudah - mudahan Allah meridhoinya...Amiin Ya Allah tuhan semesta alam...(Tak kuasa menahan rindu)

WL: (Berlinang Air mata) Oh...Romantisnya, (hanyut dalam kesedihan) tapi Bagaimana pertemuan kalian bisa terjadi?

>> BERSAMBUNG <<

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 64

 (NB: Baca Episode serupa, sebelumnya. Episode Lanjutan - Dalam Perjalanan Menembus Impian; keliling Dunia)

>> di atas Bus, dalam Perjalanan Panjang Menuju Maroko dengan sisa - sisa kesedihan yang masih jelas


Suara Ghaib:
“...Maka, biarkanlah diri ini yang pergi meninggalkanmu dengan setulus hatiku..."

Soka: (Berkeringat + Terbangun dari Mimpinya + tidur kembali)

***

Suara Ghaib:
"Namun aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sejauh ini. Tak perlu kau kembali mencariku karena aku pun telah pergi."

Soka: (Berkeringat + Terbangun dari Mimpinya + tidur kembali)

***

Suara Ghaib: "Mamah sayang Ayah...”

Soka: (Berkeringat + Terbangun dari Mimpinya + tidur kembali)

***

- Ketika Sang 'Dewi Malam' Menampakkan Keelokkannya -

.... DORRR!!! "AAAAAAHHH..............." Teriak para Penumpang Bus. ternyata, Bus mereka dibajak oleh sekawanan Perampok.

Sekawanan Perampok: (Menjegat Laju Bus + memasuki Bus secara Paksa + Menodongkan Senjata kepada para Penumpang + Mengancam) DIAM!!!

........Mencekam .........

Penumpang: (Bisu)

Perampok: Kami hanya akan mengambil Harta kalian, jika kalian masih ingin mencicipi sarapan besok pagi, serahkan semua yang berharga yang kalian miliki!

Sekawanan perampok itupun mulai menggeledah setiap penumpang. tidak ada seorang pun kecuali harta mereka dipreteli.

Perampok: (Bentak) Apakah kau menyembunyikan sesuatu?!!!

Penumpang: (gugup) Demi Allah tidak...

Perampok: (menyelidiki + menemukan sejumlah perhiasan di kantung rahasia dalam pakaiannya) Apakah ini tidak berharga??? (Tatapan Amarah)

Penumpang: (Kikuk)

Perampok: (Menghajarkan Balok berkali - kali ke Wajah penumpang itu sampai babak belur)

Penumpang Lain: (diselimuti ketakutan + Diam membisu)

***

Sekawanan Perampok itu pun berhasil melucuti seluruh harta penumpang, kecuali seorang pria berpenampilan sangat sederhana di sudut belakang yang tengah duduk tenang sambil menghadapkan wajahnya ke jendela. Ialah Soka yang tengah dirundung Kesedihan lantaran dibayang - bayangi istrinya.

Perampok A: Hei, kenapa kau melewati pria itu begitu saja?

Perampok B: Apakah kau buta? atau kau ingin belajar tasawuf dengannya? Lihat, harta apa yang bisa kita ambil dari 'Al - Ghazali' itu? (menunjuk Soka)

Perampok A: (cuek) tidak ada salahnya mencoba (bergerak menuju soka) Adakah harta yang bisa kami ambil? (Nada introgasi)

Soka: (Menoleh dengan tenang) aku membawa 100 buah keping uang emas di tasku (Bekal, pemberian dari Yayasan Muslim Cehcnya)

Perampok A: (Tercengang tidak percaya + memanggil kawannya)

Perampok B: (Menghampiri) Adakah Harta yang bisa kami ambil?

Soka: di dalam tasku terdapat 100 buah keping uang emas

Mereka Heran, kenapa ada orang sejujur ini? lalu mereka pun membawa soka turun dari bus dan menggiringnya kepada Pucuk Pemimpin Rampok dan membiarkan bus pergi meninggalkannya.

***

Pimpinan Rampok (PR): HmpfH, saya telah mendengarnya, benarkah di dalam tas anda terdapat 100 buah keping uang emas?

Soka: (polos) InsyaAllah benar.

Pemimpin Perampok penasaran, lalu membuka Tas soka, maka didapatilah seratus buah keping uang emas sebagaimana yang dikatakan soka. ia pun hampir tidak percaya.

Soka: (Senyum Tulus) Ambilah semuanya...Mudah - mudahan bisa mencukupi kebutuhan kalian semua...

PR: (Terpaku Heran + terhenyak Kagum) E...Ehm, Wahai Tuan, kenapa anda bisa sejujur ini? bukankah dengan kejujuran ini akan membawa anda pada kesialan???

Soka: (Senyum Sembako) Sedikitpun Tidak. karena Almarhum ayah dan Almarhumah ibuku telah berpesan bahwa, "Dalam Segala Hal, Dalam keadaan apapun, janganlah kau berdusta atau berbohong!" begitupula janjiku kepada istriku. perjalananku kali ini adalah dalam rangka menimba ilmu Agama. jika aku berbohong, maka kepergianku ini menjadi tidak bermakna lagi. karena itu, aku harus tetap Jujur!

PR: (Bisu+Terharu + Menangis + jatuh terduduk di hadapan Soka + Menyesal)

... Hening ...

Soka: (Berpaling meninggalkan mereka tanpa kata - kata)

***

PR: (sadar + mengejar) Tuaann... Maafkan kami, ambilah kembali semua uang emas ini! kami tidak sudi menghalangi tuan dalam menuntut ilmu!

Soka: Aku tidak akan meminta kembali semua yang telah kuberikan. Ambilah dan manfaatkanlah dengan sebaik - baiknya

PR: (Tercengang?) tapi? tapi perjalanan anda masih jauh, bahkan hanya ini harta yang anda miliki?! Siapakah yang akan menjamin hidup anda sampai di tujuan??

Soka: (Senyum Sembako) sejak dimulainya perjalanan kami (soka dan istri), kami sudah menitipkan diri kami kepada Allah Ta'ala, yang tidak akan mengecewakan titipan-titipanNya.

PR: (Terharu+Tercengang Kagum) Tuan, angkatlah aku menjadi muridmu?! (Senyum Penuh Harapan) Aku bersumpah Demi Allah tidak akan Merampok lagi untuk selama - lamanya!

Soka: (Terharu + meneteskan air mata) Alhamdulillah...(Memeluk PR) Berdo'a: ' Semoga Allah membekali kamu dengan takwa, mengarahkan kamu kepada segala kebaikan, melaksanakan bagimu segala kebutuhan dan keperluanmu, menyelamatkan agama dan duniamu, mengembalikan kamu pulang dengan selamat dan memperoleh keberuntungan". (HR. Ibnu Babawih)

PR: (Menangis dalam pelukan) Amiin Ya Allah...

Soka: (senyum + memandang PR) Wahai saudaraku, kini aku dalam rangka menuntut ilmu. Maka, carilah ilmu dimanapun kalian berada, kepada Para ulama, karena di setiap tempat pastilah ada segolongan Hamba Allah yang terus mempertahankan agama ini. mereka lebih layak dijadikan guru kalian. adapun, jika Allah Ta'ala masih memberikan kita umur panjang, mudah - mudahan kita bisa bertemu kembali...baik di dunia mudah - mudahan di Surga-Nya...

PR: (mengusap air matanya) Amiin Ya Allah...Terimakasih Tuan...aku tidak akan melupakan semua ini... Semoga Allah Merahmati perjalananmu...

***

"Dingin malam Menusuk tulang insan
Nan kesejukan dan ketakutan
Resah yang dibalut kegelisahan
Mengiringi suatu perjalanan
Meninggalkan 'kegelapan' Menuju 'Cahaya Kebenaran'

Bermulalah hijrah yang agung
Pengorbanan insan tak ternilai
Harga kepayahan kesusahan
Menempuh dugaan dan rintangan Dalam kehidupan

Mereka tak punya apa - apa, Harta sanak saudara
Tetapi mereka percaya, Hanya janji Rasulnya"

(Nasyid: Nowseeheart : Hijrah)

Soka: "Ya Allah, Engkaulah teman kami dalam perjalanan dan yang kami serahi urusan keluarga kami. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kekurangan (biaya perjalanan dan kawan) dan kesusahan sepulang ke rumah. Ya Allah, dekatkan jarak bumi dan ringankan perjalanan kami." (HR. Ath-Thabrani)

Soka pun melanjutkan perjalanan mencari ilmu agamanya seorang diri, dengan berjalan kaki, tanpa bekal harta sedikit pun...

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 63

Seorang ulama tidak pernah menganggap dirinya ulama, apalagi merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya. semakin tinggi Ilmu seorang Ulama, Maka semakin sering mengintropeksi dirinya. mereka adalah Golongan Manusia paling langka di setiap zamannya, yang menempuh hidupnya dengan Rendah Hati, Zuhud, Wara', menyibukkan diri dengan Menuntut Ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya. Anda bisa melihat bahwa bagian duniawi tidak pernah terdetik di dalam hati orang – orang yang telah diterangi dengan sinar Ilmu Agama. Justru, Ilmu Agamalah yang akan mengantarkan Jiwa - jiwa mereka setapak demi setapak dengan penuh tawakkal kepada Keridhoan Allah Ta'ala. Insya Allah.

* SUAMI OTAK KIRI

Soki: (Menginjak wajah temannya) Gimana rasanya, busuk? Enak kan?!!!

Temen Soki: Ampun Ki, Maafin gue, gue dulu khilaf…

Soki: (meludahinya) Cuih,,,Maaf? Enteng banget lo ngomong? Loe pikir semudah itu! Kenangan itu masih terkubur rapih di kepala gue! Sekarang saatnya kita berbagi kenangan!

Temen soki: (Pasrah)

Soki: Dasar Sampah! (berpaling + kasih kode kepada kawan - kawannya) Abisin!!!

• SUAMI OTAK KANAN

Soka: (digiring Oleh Pengawal kerajaan untuk menghadap Sang Raja yang tidak lain adalah sahabat lamanya sejak remaja)

Jundi: (Senyum Marketing) Wah, Wah, WAh, kita kedatangan Tamu Agung,,, Assalaamu 'Alaikum wahai sahabat seperjuanganku, Ulamanya negeri ini, Syaikhul Islam Soka?!

Soka: (Senyum tulus) Wa 'Alaikum Salaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh Wahai saudaraku, Pelayan Umat, Jundi!

Jundi: (Senyum kesemek) Hehe…dari semua Rakyatku, hanya dirimulah yang aku izinkan memanggilku ‘Pelayan Umat’, karena itu penghinaan bagi Sang Raja…

Soka: (Cuek) Ehm, Adakah yang bisa aku bantu?

Jundi: (senyum) Ehm, E... siapapun yang mendengar tentang Negri ini, mereka akan mengingat kita berdua, dua sosok yang fenomenal, aku sebagai Raja yang Sangat Berkuasa dan dirimu sebagai Ulamanya Negri ini. (berdiri dari duduknya) Bisa kau bayangkan seandainya kita bersatu padu dalam membangun negeri ini?!

Soka: Ehm, Sampaikanlah?!

Jundi: Hwahaha… kau benar – benar belum berubah, tidak suka basa – basi…Wahai soka saudaraku, kami telah menetapkan suatu hukum di dalam sebuah Surat Keputusan Raja yang intinya "seorang Raja adalah Wakil Allah di Bumi dan mewajibkan bagi seluruh Rakyat untuk Taat kepada Raja sebagaimana mereka mentaati Para Nabi". Maka, kami meminta rngkau menandatangani surat keputusan tersebut untuk di sebarluaskan ke seluruh Penjuru Negri???

Soka: (Bisu lama)

Jundi: (Senyum Marketing) Ow, Ow…Bagaimana? Ayolah? Bukankah kau ingin melihat negri ini Sejahtera seperti sedia dulu kala?

Soka: Bukankah kita sudah saling mengenal sejak dulu kala?

Jundi: (Senyum Kesemek) Kih, tapi harus sampai kapan kau bersikap seperti ini?!

Soka: (Senyum) Sampai kau benar – benar sadar bahwa selamanya aku tidak akan membela hal yang mungkar!

Jundi: (Geram) Cukup! Soka, ini tidak sama seperti saat kita remaja dulu, ini soal kedaulatan negri kita?!

Soka: Maaf aku tidak tertarik, Assalaamu 'Alaikum…(Berpaling + Berjalan Perlahan meninggalkan Raja)

Jundi: (Sindrom Tirani) AArRGGhh,,,Pengawal!!! jangan biarkan pemberontak bebas berkeliaran! Jebloskan ia ke penjara!!!

Beginilah, kondisi sebuah Negeri yang tengah sakit, dimana Ulama dan Hakim yang semestinya menjadi Instrumen Pemerintahan, menjadi ‘Rival’ Sang Penguasa.

***

- Di Ruang tahanan –

Jundi: (Senyum Angkuh) Hehe, semoga tempat ini bisa merubah prinsip hidupmu!

Soka: (Senyum Sembako) sesungguhnya Orang yang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya! Sedangkan di dalam dadaku ini terdapat ‘taman’ dan ‘kebun’ yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

Jundi: (geram) Cih… (berpaling meninggalkan Soka)

***

6 Bulan Berlalu. Setiap Harinya, setiap kali Sang raja Menawarkan Soka kesepakatan kerjasama dengannya, setiap itu pula ia mendapat penolakan dan setiap itu pula Soka Disiksa dan dihinakan.

Jundi: Bagaimana hah?

Soka: (Penuh Luka, Bersimpuh darah + Senyum) Uhuk, Alhamdulillah, ‘Aku berserah diri kepada Allah’, Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar

Jundi: (GONDOK) ARRGghh…

***

Menteri: (heran) Wahai Yang Mulia, Kenapa tidak anda bunuh saja dia?

Jundi: (Alih Fokus) hanya Raja bodoh yang membunuh Ulama seperti dia! Apakah kau pikir Rakyat akan diam?

Menteri: (Khawatir) justru itu, Rakyat sudah bergerak?

Jundi: Biarkan saja… mereka tidak akan berani berbuat apapun tanpa kehadiran Ulama di tengah – tengah mereka…

***

Minggu – minggu berlalu…

Jundi: (Memukul dengan cambuk) BODOH! Mau sampai kapan kau bertahan!

Soka: (Terkapar + Senyum Sembako) sampai datang keputusan Allah Ta’ala terhadap kita…

***

Benarlah apa yang dikhawatirkan sang menteri. Kesabaran Soka telah memotivasi banyak pihak, baik Rakyat maupun Internal Kerajaan untuk memberontak. Hal ini melemahkan citra kerajaan di mata masyarakat. Mereka menyusun kekuatan yang besar dan berhasil memporak – porandakan Kerajaan melalui peperangan yang dahsyat.

Pada akhirnya, kekalahan ada di pihak Kerajaan. Sang Raja pun dihinakan di balik Jeruji Penjaranya. Mereka menyiksanya dengan siksaan yang tidak kalah kejam, hingga hampir merenggut nyawanya.

***

- di Ruang Tahanan Sang Raja -

Jundi: (sekarat)

Soka: (berkunjung + Terharu Berlinang Air mata) seandainya aku sempat, pastilah aku akan menahan mereka agar tidak melukaimu…wahai sahabat lamaku?

Jundi: Cih, (Bermuka Masam + memalingkan wajahnya)

… Hening …

Soka: (Menarik Nafas) Sesungguhnya, hamba – hamba Allah Ta’ala yang paling langka ialah yang paling pandai bersyukur disertai kesabaran

Jundi: (Terharu + berlinang air mata) Soka, Mengapa selalu seperti ini…mengapa kau selalu saja berlaku baik kepadaku?

Soka: (Senyum tulus) semua karena Rahmat Allah Ta’ala, melalui kebaikanmu yang tulus dan jalinan silaaturrahiim diantara kita

Jundi: (Kaget + Penasaran) Kebaikanku? Kebaikan apa?! Sejak dahulu remaja, seingatku, aku hanya menjadi beban bagimu bahkan hampir membunuhmu! sekalipun ada kebaikan dariku, pastilah telah terhapus oleh keburukanku terhadapmu!??

Soka: (Senyum Sembako) di zaman Sahabat Rasulullah SAW, tidak ada satu kebaikan / keburukan kecil pun, melainkan mereka anggap itu semua adalah kebaikan / keburukan besar. Karena bisa jadi melalui sesuatu yang kecil itu kelak akan membuahkan sesuatu yang besar

Jundi: (menyimak + Penasaran)

Soka: (Senyum tulus) Masih ingatkah kau dengan seorang pemuda pengembara yang tergeletak di depan pintu rumahmu, yang tengah ditimpa kelaparan karena perbekalannya sudah habis…

Jundi: (????)

Soka: (senyum tulus) jika saja bukan karena 7 butir Kurma dan secangkir air putih yang kau berikan kepadanya, mungkin ia telah wafat. dan Pemuda itu adalah aku. Hal itu tidak pernah terlupakan sepanjang hidupku.

Jundi: (Berpikir keras) Benarkah? Bahkan aku tidak pernah merasa melakukannya?

Soka: (Senyum Sembako) Hihihi…Cukuplah Allah menjadi saksi. Jadi, sekeras apapun atau seburuk apapun perlakuanmu terhadapku (menurutmu), dengan kebaikan tersebut aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, bukankah tidak layak sesama saudara saling membenci dan menyimpan dendam?

Jundi: (Roboh + Menangis Tersedu - sedu) Terimakasih...

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 62

#DIALOG HIKMAH#

Soki: Hai Buronan bid'ah (Sesat)! Assalaamu 'alaikum!?
Soka: (Cu-ek+berpaling)

Soki: Cie..cie ngambek nih, hehe...
Soka: Annii Barii-un minhum, Wa Annahum Baraa-un Minnii (Aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku)

Soki: Wush, Do'a Apaan tuh?
Soka: (Senyum) Do'a Mengusir Ahli Bid'ah...

Soki: (Jlebb) Siapa yang Bid'ah akhi? Ente yang Bid'ah! ane belum pernah dengar Do'a semacam itu!
Soka: InsyaAllah Do'a itu ada dasar Haditsnya...

Soki: Ya iyalah, emang Dasar Ente Bid'ah! Dasarnya juga Bid'ah! semua ahli bid'ah juga bilang begitu, dan ente adalah seorang Ahli Bid'ah yang Tsiqoh (terpercaya)! Haha...

***

Soka: (Berjalan menuju Perpustakaan)
Soki: Eits Tunggu Akhi, ente mau ngapain ke perpustakaan?

Soka: berdialog dengan para ulama Hadits (membaca Kitab2 mereka)
Soki: (ngeledek) Wuidih...Ahli Bid'ah doyan baca hadits juga?! Wakaka...memangnya ente faham hadits? membedakan yang bid'ah dan syariat aja kecolongan! mendingan ente Baca dulu deh kamus Bid'ah!

Soka: (Cuek + mengamati kitab - kitab Hadits di lemari perpus )

Soki: Bro, daripada ente bingung, ane kasih tau aja nih, semua ulama sepanjang Zaman sepakat bahwa Kitab Hadits Karya Imam bukhari adalah Kitab terbaik dan jauh dari Bid'ah! Gak usah sok pinter deh baca Kitab Ulama lain, mendingan baca Kitab Bukhari dulu!

Soka: (Membaca Kitab Al - Lu'lu' wal Marjan +Wajah Polos) Benarkah???
Lho Bukankah Kitab Hadits terbaik itu karya Imam Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Bin Mughirah Bin Bardizbah?

Soki: (Menjabat tangan soka) Selamat Ente telah menjadi Ahli Bid'ah Nomor Wahid! Wakaka...siapa kata ente? Muhammad bin Ismail? itu Ahli Hadits ape Imam Mesjid? Baru denger tuh! ane jadi penasaran kok ente penuh dengan kebid'ah-an...selama ini ente baca Kitab siapa sih!? (Meraih Paksa Kitab Al - Lu'lu' wal Marjan yang dibaca soka)

Soka: (Polos)

Soki: (membaca Biografi Penulisnya) Imam Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Bin Mughirah Bin Bardizbah Al Ju 'fi Al - Bukhari? (Kaget) Akhi, kok nama penulis kitab yang ente baca ada 'Al - Bukhari'nya ya? apa mungkin Imam Bukhari punya kembaran?

Soka: (Senyum)

Soki: ini sebenarnya kitab apaan sih? (membedah) Al - Lu'lu' wal Marjan = Mutiara Hadits Sahih Imam bukhari dan Muslim????????????...(Terpaku beberapa waktu + nelen ludah), Eh...E..Hehe...Oh, jadi nama asli Imam Bukhari itu Imam Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Bin Mughirah Bin Bardizbah Al Ju 'fi Al - Bukhari ya?

Soka: (Senyum Sembako) Lho Ente baru tahu? Selama ini ente kemana aja Akhi?