Sabtu, 25 Januari 2014

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 63

Seorang ulama tidak pernah menganggap dirinya ulama, apalagi merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya. semakin tinggi Ilmu seorang Ulama, Maka semakin sering mengintropeksi dirinya. mereka adalah Golongan Manusia paling langka di setiap zamannya, yang menempuh hidupnya dengan Rendah Hati, Zuhud, Wara', menyibukkan diri dengan Menuntut Ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya. Anda bisa melihat bahwa bagian duniawi tidak pernah terdetik di dalam hati orang – orang yang telah diterangi dengan sinar Ilmu Agama. Justru, Ilmu Agamalah yang akan mengantarkan Jiwa - jiwa mereka setapak demi setapak dengan penuh tawakkal kepada Keridhoan Allah Ta'ala. Insya Allah.

* SUAMI OTAK KIRI

Soki: (Menginjak wajah temannya) Gimana rasanya, busuk? Enak kan?!!!

Temen Soki: Ampun Ki, Maafin gue, gue dulu khilaf…

Soki: (meludahinya) Cuih,,,Maaf? Enteng banget lo ngomong? Loe pikir semudah itu! Kenangan itu masih terkubur rapih di kepala gue! Sekarang saatnya kita berbagi kenangan!

Temen soki: (Pasrah)

Soki: Dasar Sampah! (berpaling + kasih kode kepada kawan - kawannya) Abisin!!!

• SUAMI OTAK KANAN

Soka: (digiring Oleh Pengawal kerajaan untuk menghadap Sang Raja yang tidak lain adalah sahabat lamanya sejak remaja)

Jundi: (Senyum Marketing) Wah, Wah, WAh, kita kedatangan Tamu Agung,,, Assalaamu 'Alaikum wahai sahabat seperjuanganku, Ulamanya negeri ini, Syaikhul Islam Soka?!

Soka: (Senyum tulus) Wa 'Alaikum Salaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh Wahai saudaraku, Pelayan Umat, Jundi!

Jundi: (Senyum kesemek) Hehe…dari semua Rakyatku, hanya dirimulah yang aku izinkan memanggilku ‘Pelayan Umat’, karena itu penghinaan bagi Sang Raja…

Soka: (Cuek) Ehm, Adakah yang bisa aku bantu?

Jundi: (senyum) Ehm, E... siapapun yang mendengar tentang Negri ini, mereka akan mengingat kita berdua, dua sosok yang fenomenal, aku sebagai Raja yang Sangat Berkuasa dan dirimu sebagai Ulamanya Negri ini. (berdiri dari duduknya) Bisa kau bayangkan seandainya kita bersatu padu dalam membangun negeri ini?!

Soka: Ehm, Sampaikanlah?!

Jundi: Hwahaha… kau benar – benar belum berubah, tidak suka basa – basi…Wahai soka saudaraku, kami telah menetapkan suatu hukum di dalam sebuah Surat Keputusan Raja yang intinya "seorang Raja adalah Wakil Allah di Bumi dan mewajibkan bagi seluruh Rakyat untuk Taat kepada Raja sebagaimana mereka mentaati Para Nabi". Maka, kami meminta rngkau menandatangani surat keputusan tersebut untuk di sebarluaskan ke seluruh Penjuru Negri???

Soka: (Bisu lama)

Jundi: (Senyum Marketing) Ow, Ow…Bagaimana? Ayolah? Bukankah kau ingin melihat negri ini Sejahtera seperti sedia dulu kala?

Soka: Bukankah kita sudah saling mengenal sejak dulu kala?

Jundi: (Senyum Kesemek) Kih, tapi harus sampai kapan kau bersikap seperti ini?!

Soka: (Senyum) Sampai kau benar – benar sadar bahwa selamanya aku tidak akan membela hal yang mungkar!

Jundi: (Geram) Cukup! Soka, ini tidak sama seperti saat kita remaja dulu, ini soal kedaulatan negri kita?!

Soka: Maaf aku tidak tertarik, Assalaamu 'Alaikum…(Berpaling + Berjalan Perlahan meninggalkan Raja)

Jundi: (Sindrom Tirani) AArRGGhh,,,Pengawal!!! jangan biarkan pemberontak bebas berkeliaran! Jebloskan ia ke penjara!!!

Beginilah, kondisi sebuah Negeri yang tengah sakit, dimana Ulama dan Hakim yang semestinya menjadi Instrumen Pemerintahan, menjadi ‘Rival’ Sang Penguasa.

***

- Di Ruang tahanan –

Jundi: (Senyum Angkuh) Hehe, semoga tempat ini bisa merubah prinsip hidupmu!

Soka: (Senyum Sembako) sesungguhnya Orang yang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya! Sedangkan di dalam dadaku ini terdapat ‘taman’ dan ‘kebun’ yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

Jundi: (geram) Cih… (berpaling meninggalkan Soka)

***

6 Bulan Berlalu. Setiap Harinya, setiap kali Sang raja Menawarkan Soka kesepakatan kerjasama dengannya, setiap itu pula ia mendapat penolakan dan setiap itu pula Soka Disiksa dan dihinakan.

Jundi: Bagaimana hah?

Soka: (Penuh Luka, Bersimpuh darah + Senyum) Uhuk, Alhamdulillah, ‘Aku berserah diri kepada Allah’, Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar

Jundi: (GONDOK) ARRGghh…

***

Menteri: (heran) Wahai Yang Mulia, Kenapa tidak anda bunuh saja dia?

Jundi: (Alih Fokus) hanya Raja bodoh yang membunuh Ulama seperti dia! Apakah kau pikir Rakyat akan diam?

Menteri: (Khawatir) justru itu, Rakyat sudah bergerak?

Jundi: Biarkan saja… mereka tidak akan berani berbuat apapun tanpa kehadiran Ulama di tengah – tengah mereka…

***

Minggu – minggu berlalu…

Jundi: (Memukul dengan cambuk) BODOH! Mau sampai kapan kau bertahan!

Soka: (Terkapar + Senyum Sembako) sampai datang keputusan Allah Ta’ala terhadap kita…

***

Benarlah apa yang dikhawatirkan sang menteri. Kesabaran Soka telah memotivasi banyak pihak, baik Rakyat maupun Internal Kerajaan untuk memberontak. Hal ini melemahkan citra kerajaan di mata masyarakat. Mereka menyusun kekuatan yang besar dan berhasil memporak – porandakan Kerajaan melalui peperangan yang dahsyat.

Pada akhirnya, kekalahan ada di pihak Kerajaan. Sang Raja pun dihinakan di balik Jeruji Penjaranya. Mereka menyiksanya dengan siksaan yang tidak kalah kejam, hingga hampir merenggut nyawanya.

***

- di Ruang Tahanan Sang Raja -

Jundi: (sekarat)

Soka: (berkunjung + Terharu Berlinang Air mata) seandainya aku sempat, pastilah aku akan menahan mereka agar tidak melukaimu…wahai sahabat lamaku?

Jundi: Cih, (Bermuka Masam + memalingkan wajahnya)

… Hening …

Soka: (Menarik Nafas) Sesungguhnya, hamba – hamba Allah Ta’ala yang paling langka ialah yang paling pandai bersyukur disertai kesabaran

Jundi: (Terharu + berlinang air mata) Soka, Mengapa selalu seperti ini…mengapa kau selalu saja berlaku baik kepadaku?

Soka: (Senyum tulus) semua karena Rahmat Allah Ta’ala, melalui kebaikanmu yang tulus dan jalinan silaaturrahiim diantara kita

Jundi: (Kaget + Penasaran) Kebaikanku? Kebaikan apa?! Sejak dahulu remaja, seingatku, aku hanya menjadi beban bagimu bahkan hampir membunuhmu! sekalipun ada kebaikan dariku, pastilah telah terhapus oleh keburukanku terhadapmu!??

Soka: (Senyum Sembako) di zaman Sahabat Rasulullah SAW, tidak ada satu kebaikan / keburukan kecil pun, melainkan mereka anggap itu semua adalah kebaikan / keburukan besar. Karena bisa jadi melalui sesuatu yang kecil itu kelak akan membuahkan sesuatu yang besar

Jundi: (menyimak + Penasaran)

Soka: (Senyum tulus) Masih ingatkah kau dengan seorang pemuda pengembara yang tergeletak di depan pintu rumahmu, yang tengah ditimpa kelaparan karena perbekalannya sudah habis…

Jundi: (????)

Soka: (senyum tulus) jika saja bukan karena 7 butir Kurma dan secangkir air putih yang kau berikan kepadanya, mungkin ia telah wafat. dan Pemuda itu adalah aku. Hal itu tidak pernah terlupakan sepanjang hidupku.

Jundi: (Berpikir keras) Benarkah? Bahkan aku tidak pernah merasa melakukannya?

Soka: (Senyum Sembako) Hihihi…Cukuplah Allah menjadi saksi. Jadi, sekeras apapun atau seburuk apapun perlakuanmu terhadapku (menurutmu), dengan kebaikan tersebut aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, bukankah tidak layak sesama saudara saling membenci dan menyimpan dendam?

Jundi: (Roboh + Menangis Tersedu - sedu) Terimakasih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar