Jumat, 10 Mei 2013

Suami Otak Kiri Dan Suami Otak Kanan - Episode 44



Ternyata, diantara kita (Umat Islam) masih ada orang bahkan segolongan kelompok yang memilih mati daripada dilecehkan. Mereka tidak sungkan untuk membunuh saudaranya (sesama muslim) hanya karena tersinggung, salah faham dan balas dendam. Bagi mereka, balas dendam dan pembunuhan adalah warisan abadi yang perlu dilestarikan. Mudah – mudahan Allah memberikan Taufiq dan HidayahNya kepada kita semua.

“Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” Dengan Suri tauladan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berakhlaq mulia. Mari kita penuhi seluruh kehidupan kita dengan Saling Mengasihi dan Menyayangi!

- di suatu Negri yang tidak pernah kering dari pertumpahan darah –

• Suami Otak kiri (Penasihat spiritual Kerajaan)

Pemberontakkan harus diberantas! “Sampah – sampah” kerajaan harus dibersihkan!

• SUAMI OTAK KANAN (Tokoh Agama negara)

Warga :

Syeikh bisa kah menyampaikan khutbah dalam pernikahan kami…
Syeikh tolong bantu pimpin doa di khitanan anak kami…
Syeikh di daerah kami masih banyak yang buta huruf Qur’an…
Syeikh Malam ini anda mengisi khutbah tarawih…
Syeikh Jumat ini bagian anda khutbah…
Syeikh Suami sy wafat, tolong bantu pimpin proses pemakamannya…
Syeikh Apa hukumnya ini dan itu…
Syeikh Anak2 kami ingin belajar agama di sekolah anda...
Syeikh Para ulama meminta anda memimpin sidang…
Syeikh Bantu kami, Wilayah Kami diserang kaum pemberontak…
Syeikh ……………………….

Syeikh: (Senyum Sembako) Iya InsyaAllah

Menjadi tokoh agama di Kerajaan yang tengah mengalami Revolusi Sungguh penuh tantangan. Terlebih Masyarakatnya yang krisis ilmu agama dan moral. Perkelahian antar personal dan perang antar kelompok sering kali terjadi. Kerajaan pun sering terancam dengan pemberontakkan. Padahal mereka satu persaudaraan (Muslim). Di sisi lain, Ada beberapa pihak yang memanfaatkan situasi ini untuk berbisnis. Senjata api dan peralatan perang menyebar luas di tengah – tengah masyarakat. Pertikaian ini seperti ‘permainan’ yang tidak ada habisnya.

- Markas Kaum Pemberontak -

Syeikh: (datang) Assalaamu ‘alaykum wahai anak – anakku!
Kaum pemberontak: (Hening + hormat) Wa ‘alaikum salaam wa Rahmatullah guru kami (mencium tangan)
Syeikh: Rifal bagaimana bacaan Qur’anmu?
Rifal: Alhamdulillah semakin baik guru,
Syeikh: (Senyum tulus) mudah2n Almarhum kedua orang tuamu diberikan kebaikan!
Rifla: (terharu) Amiin wahai guru.
Roziq (pimpinan pemberontak): Wahai guru kami (mencium tangan)

Dialog antar guru dan Murid (Roziq) pun berlangsung…

Roziq: Maaf guru, semua sudah terlanjur sudah, satu - satunya yang bisa membuat kami berhenti memberontak adalah keruntuhan kerajaan!

Syeikh: (Senyum Sembako) Mudah – mudahan Kita semua diberikan Taufiq dan hidayah Allah dan kembali di dalam pelukanNya dalam keadaan Syahid dan Bertaqwa!

Roziq: (Terharu) guru, engkau tidak pernah berubah, selalu mendoakan yang terbaik bagi kami sekalipun kami berkali – kali melakukan kesalahan…

Syeikh: (memeluk roziq) bagaimanapun juga kalian semua adalah anak – anak(murid)ku

- Di depan Istana kerajaan –

Syeikh dan beberapa jemaah yang Netral terhadap revolusi, mendemonstrasikan perdamaian dan revolusi dengan anti kekerasa…

Raja dan pengawal: (Menghampiri) Wahai guru kami (mencium tangan)

Syeikh: ( Senyum tulus) kau sudah tumbuh menjadi bijaksana anakku?

Raja: iya guru, menjadi pemimpin pada saat genting seperti ini tidaklah mudah.

Syeikh: kau adalah muridku yang cerdas dan bijaksana sejak dulu. Aku berharap kebijaksanaanmu mampu menyelesaikan persoalan kerajaan yang kita cintai ini. Ingat, dalam Islam, satu nyawa itu sungguh sangat berharga! Membunuh satu manusia tanpa alasan yang benar seperti membunuh seluruh manusia!

Raja: (merenung)

>> Puncak Pemberontakkan <<

Ternyata mereka lebih memilih mati untuk menebus warisan dendam yang membara. Pemberontakkan mencapai titik puncaknya. Perang ini sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Perang yang berpusat di sekitar istana meluas sampai ke lingkungan penduduk. Secara tidak direncanakan, Warga sipil pun ikut menjadi korbannya. Langit menjadi menjadi gelap, tanah menjadi basah karena pertempuran.

>> Hening…setiap kubu tengah bersiap siaga untuk melakukan penyerangan selanjutnya.

Tiba – tiba, seorang balita yang bingung mencari orang tuanya yang sudah wafat, berjalan di pusat peperangan sambil menangis.

Semua pihak: (sadar)

Roziq: (sadar) hanya orang bodoh yang mau menyelamatkan balita itu! Itu pasti perangkap!

Raja: (menyerukan pasukannya) tahan! Bisa jadi balita itu perangkap!

Dari sudut lain, seorang pria bertubuh besar tanpa ragu – ragu berlari menuju balita tersebut, bermaksud menyelamatkannya dari amukan perang.

Semua pihak: (Terancam) Tembak!!!

Pria itu pun berhasil membawa balita tersebut menjauh dari lokasi perang walau pun sekujur tubuhnya penuh dengan darah. Sedangkan mereka masih terus menembakinya hingga wafat.

Masing – masing perwakilan kubu berusaha memastikan sosok yang mereka tembaki tadi dan…”Allahu Akbar!!! GURUUUUUU……!!!!!! Syeikh….”

Semua pihak: (melepaskan senjatanya dan segera menghampiri korban)

Seseorang yang biasa mengajarkan Ilmu agama sejak mereka kecil bahkan sampai kepada anak – anak mereka, membacakan doa dan khutbah dalam setiap perayaan hidup mereka, mengajak pada jalan kebaikan, tidak pernah berhenti memberikan doa dan nasihatnya…terbunuh oleh tangan mereka…

* * *
* * *
* * *
>> Pemakaman

Pada hari ini tercatat, sebagai hari paling bersejarah bagi kerajaan karena pada hari ini baik pihak kerajaan, pemberontak dan masyarakat, berkumpul dalam satu duka mendalam dan satu barisan untuk mengantarkan jenazah seseorang yang amat berharga dan mereka hormati bersama, sang guru yang selalu menyuarakkan perdamaian dan anti kekerasan…

"Agamanya bukanlah jalan hidup yang sempit. di mataku (badshas khan) adalah seorang universalis. sikap politiknya, jika dia punya, diperoleh dari islam" (Mahatma Gandhi).

Terima kasih atas sedikit inspirasi wahai Badshah Khan:
Pejuang Muslim anti kekerasan yang terlupakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar